Ratel, Panser Tangguh dari Afrika Selatan - Radar Militer

20 Agustus 2017

Ratel, Panser Tangguh dari Afrika Selatan

Panser Ratel
Panser Ratel  

Panser Ratel pertama kali muncul pada tahun 1974, setelah masa pengembangan yang makan waktu tiga tahun, tepat ketika sanksi terhadap rezim Apartheid Afrika Selatan sedang berada di titik puncaknya. Biangnya adalah Resolusi PBB 418, yang melarang ekspor sistem senjata berat ke Afrika Selatan.
Kendaraan tempur asli Afrika Selatan diproduksi oleh perusahaan bernama Sandock-Austal dengan produksi pertama dimulai pada tahun 1976 dan pengiriman penutupan lini produksi pada tahun 1987. Diperkirakan produksi total Ratel dalam berbagai versi adalah 1.500 unit.
Bentuknya sangat khas dan bisa diterka dari jauh, berkat ‘kokpit’ untuk pengemudi dengan kaca pandang yang luas, mencakup 180 derajat dengan tiga bidang yang semuanya anti peluru. Awaknya total ada tiga, dan penumpangnya ada tujuh. Karena diciptakan untuk menolak embargo, Ratel dengan segera dikembangkan menjadi beberapa versi. Variannya cukup banyak, mulai dari angkut pasukan, kendaraan logistik, kendaraan intai, kendaraan tempur dengan kanon 20mm, dan kendaraan dukungan tembakan, baik dengan rudal maupun kanon besar.
Ratel menjadi kunci dari doktrin mobilitas mekanis Afrika Selatan dalam menghadapi Bush War melawan Angola. Kalau tidak ada Ratel, entah apa jadinya Afrika Selatan di kala itu. Salah satu varian yang dominan adalah Ratel 90 adalah varian Ratel untuk peran dukungan tembakan. Pada versi ini, bagian atap Ratel diadaptasi untuk bisa memuat kubah Eland 90. Varian ini dirancang sebagai tanggapan atas kebutuhan kendaraan dukungan tembakan yang bisa mengikuti dan mengimbangi mobilitas Ratel varian kendaraan tempur infantri (Infantry Fighting Vehicle).
Pada masa-masa itu, para pemberontak FAPLA musuh Afrika Selatan seringkali bersembunyi di balik bebatuan, dan hanya Meriam 90mm yang bisa membongkarnya. Dalam perannya tersebut, Ratel 90 menjadi suplemen dari ranpur Eland (yang berbasil Panhard AML) pada formasi-formasi Infantri Mekanis dari Angkatan Darat Afrika Selatan.
Posisi pengemudi Ratel ada di bagian depan kendaraan dengan bidang pandang yang luas melalui tiga jendela kaca anti peluru. Jika diperlukan, ketiga jendela kaca tersebut dapat ditutup oleh pelat baja yang dikaitkan di bawahnya dan dioperasikan oleh pengemudi melalui gagang yang ada di bagian dalam kendaraan. Dengan pelat baja terpasang, pengemudi mengamati medan melalui tiga periskop yang ada di atas posisi pengemudi, di bagian depan dan satu di masing-masing sisi kiri dan kanan.
Lambung Ratel terbuat dari pelat baja yang dilas dan memberi proteksi menyeluruh terhadap munisi 7.62 mm dan pecahan peluru, dengan proteksi terhadap munisi AP 12.7 mm di area depan. Rancang bangun Ratel juga memberikan perlindungan terhadap ancaman ranjau berkat desain v-hull yang membuang energi ledakan ke arah samping. Awak Ratel 90 terdiri dari komandan kendaraan, pengemudi, juru tembak, komandan seksi dan 5 orang prajurit. Apabila hendak membawa lebih banyak amunisi, maka jumlah prajuritnya tinggal dikurangi saja.
Terpasang di bagian atap kendaraan, di belakang pengemudi adalah kubah yang terbuat dari pelat baja dan diawaki oleh dua kru. Kubah tersebut identik dengan yang digunakan pada kendaraan intai lapis baja Eland (4x4) untuk versi 90mm. Untuk versi 20mm digunakan kubah dengan kanon 20mm F2 buatan Vektor/ Denel, yang saat ini banyak digunakan oleh kapal perang TNI AL sebagai senjata pertahanan udara jarak dekat.
Komandan kendaraan duduk di sisi kiri dan penembak di sebelah kanan. Penembak dilengkapi dengan empat periskop siang hari dan optik M494 untuk membidik senjata utama dan sekunder. Karena sistemnya yang sederhana, tidak ada sistem stabilisasi maupun komputer pengendali penembakan pada sistem kubah ini.
Senjata utama yang terpasang pada Ratel 90 adalah meriam 90 mm GT 2 buatan Denel Land System. Meriam ini memiliki sudut elevasi mulai dari -8 derajat hingga +15 derajat dan sudut rotasi 360 derajat. Akan tetapi, sudut depresi maksimum hanya bisa dicapai pada 285 derajat di sisi kiri dan kanan dikarenakan adanya kompartemen penumpang di bagian belakang kubah.
Elevasi meriam dan rotasi kubah dilakukan secara manual oleh penembak dengan memutar tuas. Meriam 90 mm pada Ratel 90 mampu menembakkan munisi HEAT (dengan jarak efektif 1.200 m), HE (dengan jarak efektif 2.200 m) dan latihan (dengan jarak efektif 1.200 m). Tidak ada munisi APFSDS untuk misi anti tank Terdapat 29 munisi 90 mm di kubah dan 42 munisi di lambung.
Terpasang di sisi sebelah kiri meriam 90 mm adalah senapan mesin koaksial kaliber 7.62 mm, dimana 2.000 munisi 7.62 mm ditempatkan di kubah sementara 4,000 munisi tambahan ditempatkan di dalam kabin. Terpasang di sisi kiri dan kanan kubah adalah dua unit pelontar granat asap kaliber 81 mm yang dapat dioperasikan oleh komandan ataupun penembak untuk membuat tabir asap. Sebuah senapan mesin untuk PSU (pertahanan serangan udara) kaliber 7.62x51mm terpasang di atas palka komandan dan di sisi sebelah kiri kubah terdapat palka yang digunakan untuk keperluan resuplai amunisi.
Ratel 90 pertama kali digunakan dalam operasi tempur di awal 1980an melakukan operasi lintas batas ke negara-negara yang bermusuhan dengan Afrika Selatan. Dalam operasi-operasi tersebut, Ratel 90 kerap digunakan untuk menghancurkan perkubuan dan menghadapi tank-tank yang digunakan oleh SWAPO dan FAPLA.
Operasi terakhir yang diikuti adalah Operasi Modular dan Hooper di akhir 1980an dimana Ratel 90 digunakan untuk menghadapi T-55 yang digunakan oleh Angola selama operasi tersebut. Betapapun, Meriam 90mm GT2 terbukti kepayahan, tak mampu menembus tebalnya kulit baja tank T-54 dan T-55. Peranannya sebagai ranpur antitank diakhiri ketika Ratel ATGM masuk dengan modal rudal ZTS-3 Ingwe yang berhasil menjagal banyak tank-tank lawan. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb