Rudal UGM-84L Harpoon II |
Meski kecil kemungkinan untuk diakuisisi Indonesia, rudal anti kapal sejatinya dapat saja diluncurkan dari kapal selam Type 209/1400 Nagapasa Class TNI AL. Rasanya lumrah ketika armada kapal selam terbaru tiba di Tanah Air, akan muncul harapan dari masyarakat agar kapal selam andalan Korps Hiu Kencana dapat dipersenjatai secara layak. Selain bekal torpedo yang sifatnya mutlak, pengadaan rudal anti kapal juga layak diperhitungkan, mengingat negara tetangga pun sudah mengoperasikan rudal anti-kapal pada kapal selam Scorpene Class.
Ya, lebih tepatnya TLDM (AL Malaysia) telah melengkapi Scorpene Class dengan rudal anti-kapal permukaan SM39 Exocet buatan MBDA, Perancis. Sementara Nagapasa Class yang menginduk pada basis Changbogo Class, sedari awal dirancang untuk ‘berjodoh’ dengan UGM-84 Harpoon, rudal anti- kapal buatan Boeing Defence (d/h McDonnell Douglas).
Nagapasa Class yang mengadopsi combat management system MSI-90U Mk 2 dari Kongsberg, memang dirancang pas untuk mengendalikan torpedo jenis Black Shark, dan juga rudal anti kapal UGM-84 Harpoon. Sebaliknya kapal selam Scorpene Class Malaysia yang dibuat di Perancis, menggunakan combat management system dari DCNS yang juga dari Perancis, yang tentunya dirancang untuk melayani rudal anti kapal SM39 Exocet. India pun tercatat sebagai pengguna SM39 Exocet untuk Kalvari Class, kapal selam produksi India yang dibangun dari platform Scorpene Class dan mengadopsi combat management system dari DCNS.
Meski ada perbedaan dalam combat management system, pola peluncuran UGM-84 Harpoon dan SM39 Exocet relatif mirip, yakni sama-sama diluncurkan dari slot tabung torpedo 533 mm. Saat diluncurkan dari kapal selam, sosok rudal dikemas dalam tabung khusus (kontainer), pola peluncuran tak ubahnya seperti torpedo biasa, yakni ‘ditembakkan’ dengan compressed air. Kemudian rudal yang masih dalam kontainer mengarah ke permukaam dengan special cannister. Dan saat muncul di permukaan, sensor akan mulai bekerja untuk melepaskan bagian hidung dan ekor kontainer. Secara simultan motor rudal mulai diaktifkan. Dan fase berikutnya rudal keluar dari cangkang kontainer dan membuka sirip serta mengaktifkan penuh tenaga dari propellant, rudal pun terbang secara sea skimming ke sasaran.
Tentang UGM-84 Harpoon, Boeing Defence hingga kini telah merilis dua varian utama, yakni UGM-84A yang dirilis perdana pada tahun 1981 dan UGM-84L Harpoon II yang dirilis tahun 2001. Di luar Amerika Serikat, UGM-84A telah digunakan oleh AL Mesir, Al Turki, dan AL Israel. AL AS sejak tahun 1997 tak lagi mengoperasikan UGM-84A. Sedangkan UGM-84L baru resmi dipesan oleh AL Mesir pada tahun 2016.
Pihak pabrikan menyebut, kedua varian punya success rate dalam hal akurasi diatas 90 persen. Harga rudal ini disebut-sebut sangat mahal. Mesir dalam kontrak tahun 2016 mendapatkan 20 unit UGM-84L dan 2 unit Encapsulated Harpoon Certification Training Vehicles (EHCTV) senilai US$143 juta. Meski harga per unit akan bergantung pada paket pendukung yang dipilih oleh user, satu unit rudal UGM-84L bisa ditaksir seharga US$5 - US$6 juta. AL Mesir akan memasang UGM-84L pada dua unit kapal selam Type 209/1400. (Haryo Adjie)
Berikut dibawah ini spesifikasi dari kedua varian UGM-84 Harpoon.
- UGM-84A Harpoon
- Range: 130 km
- Warhead: Single warhead 222 kg HE blast penetration
- Speed: Mach 0.85
- Weight: 682 kg
- Length: 4,64 meter
- Diameter: 34 cm
- Wingspan: 91,4 cm
- Propellant: Teledyne Turbojet/solid propellant booster
- Guidance System: Active radar homing dan inertial navigation.
- UGM-84L Harpoon II
- Range: 124 km
- Warhead: Penetration, high-explosive blast 226,80 kg
- Speed: High subsonic speed
- Weight: 690,8 kg
- Length: 4,68 meter
- Diameter: 34,29 cm
- Wingspan: 0,9 meter
- Propellant: Teledyne Turbojet/solid propellant booster
- Guidance System: SLAM guidance computer, GPS, dan inertial navigation system (INS)
Sumber : http://www.indomiliter.com/