Torpedo Black Shark Untuk Kapal Selam Nagapasa Class TNI AL - Radar Militer

20 Agustus 2017

Torpedo Black Shark Untuk Kapal Selam Nagapasa Class TNI AL

Kapal Selam  Nagapasa Class TNI AL
Kapal Selam  Nagapasa Class TNI AL 

Di artikel kami yang lalu telah disinggung tentang potensi akuisisi torpedo Black Shark guna melengkapi kehadiran tiga unit kapal selam Type 209/1400 Nagapasa Class (Changbogo Class), pasalnya pengadaan torpedo heavy weight sudah menjadi agenda belanja dalam MEF (Minimum Essential Force) Tahap I periode 2009 - 2014. Namun hingga berakhirnya MEF I dan masuk ke MEF II, belum juga terdengar jenis torpedo baru yang akan melengkapi Nagapasa Class. Namun kini tanda-tanda Black Shark akan dimiliki TNI AL mulai santer terdengar.
Seiring berita telah dilayarkannya KRI Nagapasa-403 dari Korea Selatan ke Indonesia, pertanyaan tentang sistem senjata yang bakal melengkapi Sang Monster Bawah Laut mulai kembali ditanyakan beberapa pihak. Seperti dikutip dari Janes.com (18/8/2017), Laksamana Madya Widodo selaku Sekjen Kementerian Pertahanan (Kemhan) dalam laporan di MetroTV (13/8), menyebut bahwa Indonesia akan mengakuisisi torpedo Black Shark. “Ada kemungkinan kita akan memiliki Black Shark pada akhir tahun ini,” ujar Laksamana Widodo. Meski begitu, belum ada penjelasan lebih lanjut tentang proses pengadaan dan nilai ToT (Transfer of Technology) yang akan diterima Indonesia.
Black Shark adalah tipe torpedo heavy weight buatan Whitehead Sistemi Subacquei (WASS), Finmeccanica Company, Italia. Tak hanya garang dari nama yang disematkan, tapi Black Shark atau yang akrab diberi label IF21, juga wujud dari torpedo tercanggih di kelas kaliber 533 mm. Sejak aktif digunakan pada tahun 2004, Black Shark di dapuk sebagai sosok senjata monster bawah laut yang mampu menjangkau target long range dan multi purpose.
Lalu apa yang menjadikan Black Shark terasa special? Pertama adalah kemampuannya yang dual purpose, Black Shark asasinya untuk mengahajar kapal selam dan kapal permukaan, torpedo ini juga mampu manjalankan misi antiship torpedo. Dari segi operasional, Black Shark ideal untuk digunakan di perairan dalam dan perairan dangkal. Agar sukses menghantar maut ke sasaran yang dituju, Black Shark punya kemampuan full stealth, dalam artian tingkat emisi suara yang dipancarkan nyaris tidak terdeteksi. Sebagai alutsista berstandar NATO, Black Shark mengusung STANAG 4405, dengan interface yang punya kompabilitas dengan semuan CMS (Combat Management Systems) modern.
Torpedo dengan bobot 1,5 ton ini punya kemampuan long range dengan jarak luncur ideal hingga 50 km dengan kecepatan maksimum 50 knots. Namun, sesuai kebutuhan operasi dan jenis sasaran yang ingin dihantam, Black Shark dapat di setting meluncur hingga kecepatan 52 knots untuk jarak luncur 22 km. Sementara bila dibutuhkan, jarak luncur bisa di setting sampai 90 km, namun kecepatan melorot jadi 12 knots. Black Shark dibekali dua bilah propeller yang masing-masing bergerak secara berlawanan, pola gerakan propeller ini menghasilkan tingkat kesenyapan yang tinggi, selain laju kecepatan tinggi pada torpedo.
Untuk urusan hulu ledak Black Shark dibekali powerful explosive charge, meski pihak pabrikan merahasiakan berat hulu ledaknya. Pada prinsipnya, hulu ledak dapat diaktifkan oleh pengaruh dari gelombang akustik dan efek tabrakan. Amunisi yang diusung bersifat sensitif dengan standar STANAG 4439 dan MURAT-2.
Low Maintenance
Sumber pasokan tenaga Black Shark berasal dari desain baru advanced lithium polymer rechargeable battery. Sistem propulsi listrik, didasarkan pada baterai oksida perak dan aluminium. Baterai ini punya kepadatan energi yang tinggi dan konduktivitas elektrolit tinggi menawarkan keamanan maksimum dan penyimpanan energi hingga 12 tahun. Dengan sistem pasokan energi yang berlaku, maka wajar bila Black Shark dapat menghemat biaya maintenance. (Gilang Perdana)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb