Panser Anoa 6x6 Pindad, Bukti Keberhasilan Kolaborasi Perwujudan Produk Pertahanan Nasional - Radar Militer

22 September 2017

Panser Anoa 6x6 Pindad, Bukti Keberhasilan Kolaborasi Perwujudan Produk Pertahanan Nasional

Panser Anoa 6x6 Pindad
Panser Anoa 6x6 Pindad 

Kalau ditanya, kendaraan militer apa yang paling banyak jumlahnya di Indonesia? Jawabannya sudah pasti paser APS (Angkut Personel Sedang) 6x6 Anoa dengan segala variannya buatan BUMN PT.Pindad. Sejak diperkenalkan di hadapan para pejabat TNI dan masyarakat umum saat HUT TNI 5 Oktober 2006.
Dalam tulisan ini, penulis tidak hendak membahas spesifikasi Anoa secara mendetail, karena yakin pembaca sudah sering melihat dan mungkin naik dan berkendara di dalam Anoa. Penulis lebih ingin menyoroti studi kasus panser Anoa sendiri yang merupakan satu contoh kasus produk yang lahir dari kolaborasi sejumlah pihak yang sinergis dan saling bekerjasama.
Dalam catatan penulis, TNI AD sudah membeli lebih dari 300 unit panser Anoa dan segala variannya melalui serangkaian kontrak yang ditandatangani pada tahun 2009 sampai dengan 2014. Dengan pencapaian ini, Anoa menjadi contoh keberhasilan pertama pengembangan produk industri militer domestik yang berhasil, mulai dari hulu sampai ke hilir atau mulai tahap perancangan sampai dengan penjualan.
Kenapa penulis mengatakan dari hulu ke hilir, karena Anoa lahir dari Rahim TNI AD sendiri, melalui Dinas Penelitian dan Pengembangan TNI AD yang mengembangkan purwarupa panser beroda ban yang sesuai kebutuhan TNI AD namun tetap dengan harga yang ekonomis sesuai kemampuan anggaran untuk menggantikan seri panser tua TNI buatan Inggris seperti Ferret dan Saracen.
Langkah selanjutnya, Penelitian lanjutan Anoa diserahkan dan dilanjutkan oleh PT. Pindad, dan biaya produksinya ditutup oleh BUMN perbankan seperti BNI, BRI, dan Bank Mandiri yang mengucurkan kredit jangka panjang sehingga PT. Pindad dapat membiayai pembelian bahan baku dan ongkos produksi sebelum memperoleh pembayaran dari TNI saat menyerahkan pesanan Anoa.
Jujur saja, tanpa dukungan dari BUMN perbankan, PT. Pindad tidak akan sanggup untuk menyelesaikan pesanan panser Anoa. Kementerian Pertahanan selaku pemilik anggaran tidak mungkin membiayai atau membayar di depan karena secara aturan tidak memungkinkan. Pembayaran akan dilakukan kalau ada penyerahan barang.
Akses perusahaan pelaku industri pertahanan nasional terhadap permodalan masih sangat terbatas. Sebagai industri padat modal dan berteknologi tinggi, industri pertahanan relatif belum dikenal oleh perbankan nasional, sehingga faktor resiko yang menjadi salah satu pertimbangan utama dalam penyaluran kredit oleh perbankan untuk industri pertahanan dianggap masih terlalu tinggi.
Padahal perusahaan pelaku industri pertahanan membutuhkan dana di awal untuk membeli bahan baku dan ada jeda yang cukup panjang selama waktu produksi sampai dengan penyerahan, sehingga pembayaran atas bunga pinjaman tidak selalu bisa dilakukan dengan segera sesuai dengan siklus kredit bank. Akibat siklus bisnis yang berbeda dengan industri lainnya, industri pertahanan tidak termasuk dalam kategori layak kredit (feasible dan bankable).
Untungnya, Pemerintah sangat tanggap dan memerintahkan konsorsium BUMN Perbankan milik negara untuk mengucurkan kredit. Sejumlah fasilitas terkait produksi kendaraan khusus antara lain plafon L/C dari bank BNI senilai Rp 500 Milyar pada 2008 untuk mengimpor bahan baku, kemudian fasilitas revolving senilai Rp 700 Milyar dalam bentuk Installment Loan untuk memenuhi pesanan TNI AD pada tahun 2012.
Pada tahun 2015 PT. PINDAD (PERSERO) juga mendapatkan fasilitas line credit untuk pembiayaan ekspor dari LPEI (Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia) dimana negara lain yang membeli produk kendaraan khusus dari PT. PINDAD (PERSERO) dapat membayar secara mencicil dengan pembiayaan tersebut.
Akhir kata, kerjasama tanpa pamrih dari seluruh pemangku kepentingan yang terlibat memang berbuah manis. Di TNI AD sendiri, pengguna panser Anoa juga sudah sangat banyak. Di luar batalyon infantri mekanis, Skadron Kavaleri Serbu (Dronkavser) Paspampres juga menggunakan Anoa berkelir hitam untuk melakukan pengamanan, membuka jalan, dan menyediakan kendaraan escape bagi Presiden dan Wakil Presiden. Artinya para pejabat tinggi negara pun mempercayai kualitas Anoa.
Di luar negeri, PBB mempercayai penggunaan Anoa di Lebanon sebagai bagian dari pasukan penjaga perdamaian PBB. Padahal PBB menerapkan standar tinggi untuk peralatan militer yang digunakan, dan melakukan inspeksi secara berkala.
Artinya, Anoa sudah memenuhi segala standar yang ditetapkan tersebut. Saat ini, Anoa masih diproduksi berdasarkan pesanan Paskhas TNI AU. Kita harapkan bahwa kandungan lokal Anoa akan terus meningkat, serta pesanan tambahan akan terus berdatangan mengingat masih banyak alutsista TNI AD yang berusia tua dan membutuhkan penggantian, sehingga Anoa bisa terus jadi ikon keberhasilan industri pertahanan nasional. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb