Howitzer M109A4BE |
M109 surplus boleh dikata dapat ditemui pada beberapa negara terutama di Eropa Barat yang beralih menggunakan sistem baru. Lalu kenapa TNI memilih membeli M109A4BE, apa istimewanya varian ini?
Jawabannya ada pada sejumlah program upgrade yang dilakukan sendiri oleh Belgia. Seperti diketahui, sebenarnya M109 yang dibeli Belgia adalah dari varian M109A2. Ketika varian A4 keluar, Belgia memutuskan untuk meningkatkan kemampuan M109A2 yang mereka miliki, tidak setara, tapi lebih unggul.
Jadi item standar seperti paket upgrade NBC/ RAM (Nuclear, Biological, Chemical/ Reliability, Availability, and Maintainability) memang dipasang sebagai standar, tapi ada lagi yang lebih. Paket upgrade yang menjadikan M109A4BE berbeda dengan M109A4 biasa ada pada pemasangan SAL (Semi Automatic Loader), MHS (Metric Hydraulic System), APU (Auxiliary Power Unit), SSPC (Stowage System Propellant Charges), dan IBC (Improved Ballistic Cover).
Sistem SAL pada M109BE menggunakan sistem rak semiotomatis yang mengantarkan proyektil dan charges ke juru pengisi dan asistennya, sehingga meningkatkan kecepatan tembak menjadi 3 peluru dalam 20 detik pertama dengan total penembakan 6 proyektil dalam 1 menit pertama, meningkat 50% dari kecepatan tembak varian M109A4.
Paket SAL juga menyertakan BAD (Breech Activating Device) yang memastikan breech selalu menutup dan membuka secara sempurna pada sudut elevasi meriam berapapun. Kemudian ada lagi TMS (Temperature Measurement Sensor) yaitu sensor yang mengukur suhu di dalam kamar peluru, untuk menekan risiko cook off atau kantung propelan menyala prematur akibat suhu yang terlalu panas setelah penembakan terus-menerus. Sistem SAL dan ikutannya tersebut dibuat oleh Rheinmetall Landsystems dan dipasang sendiri oleh Belgia.
Sementara untuk MHS (Metric Hydraulic System) merupakan modifikasi untuk menyamakan seluruh skala atau ukuran sistem hidrolik ke dalam satuan metrik yang berlaku internasional, mengingat AS masih menggunakan sistem imperial misalnya inci dan yards. Konversi ke sistem metrik ini akan memudahkan pengoperasian sehingga awak tidak perlu terlebih dahulu melakukan konversi perhitungan yang tentu akan sangat memakan waktu. Sistem MHS ini disiapkan oleh Rheinmetall Landsystems.
Modifikasi lain yang tak kalah penting adalah pemasangan sistem APU berupa mesin diesel 4 tak yang menyediakan daya 1,2kW @ 28VDC yang dipasang pada kompartemen mesin M109A4BE. Pemasangan APU ini memungkinkan penghematan bahan bakar mesin utama karena dalam kondisi stasioner cukup menyalakan APU untuk mentenagai perputaran kubah dan sistem hidrolik yang mengatur elevasi meriam. APU juga membantu mencegah aki kehabisan daya sehingga keandalan operasional M109A4BE juga meningkat. Sistem APU ini disediakan oleh Kissling Service GmbH.
Daftar upgrade berikutnya adalah sistem SSPC yaitu sistem kontainer tahan api dan benturan untuk menyimpan propelan (charges) yang sangat sensitif dan rawan terbakar. Sistem SSPC memampukan penyimpanan propelan langsung di dalam kubah tanpa perlu kuatir adanya resiko kebakaran, mengingat sekali terpantik propelan dapat menimbulkan api yang sangat panas dan terjadinya cepat, sehingga amat berbahaya bagi awak yang berada di dalam kubah dan sasis M109.
Terakhir, sebagian dari M109A4BE juga kebagian ballistic cover yang menutup alat bidik panoramik untuk meningkatkan bidang pandang dari juru tembak. IBC buatan RDM Belanda ini mengurangi risiko alat bidik prismatik menjadi kotor, berembun, atau silau karena paparan matahari.
Dari 20 unit yang dibeli TNI AD, belum diketahui apakah IBC masuk daftar. Dari jumlah 20 yang dibeli TNI AD, tidak semuanya varian M109A4BE. Beberapa unit di antaranya sudah pasti merupakan kendaraan pengisi amunisi M992 FAASV (Field Artillery Ammunition Support Vehicle) yang merupakan kendaraan pemasok amunisi untuk M109A4BE.
Positif, Indonesia Akan Membeli Howitzer M109A4
TNI terus giat membangun kekuatan artilerinya. Setelah diberitakan bahwa rombongan Pusat Kesenjataan Artileri Medan (Pussenarmed) melakukan peninjauan ke Belgia pada April 2016 untuk melihat demo sistem meriam howitzer swagerak/ Gerak Sendiri (GS) M109A4, akhirnya muncul konfirmasi bahwa TNI akan kebagian 20 unit sistem legendaris tersebut.
Kepastian datang dari Nota Keuangan dan Rancangan Anggaran Pendapatan Belanja Negara 2017 yang diterbitkan oleh Kementerian Keuangan dan bagiannya disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam Pidato Kenegaraan di hadapan DPR/MPR tanggal 16 Agustus 2016.
Fokus TNI AD untuk memodernisasi dan memperkuat artileri telah tampak dari akuisisi sejumlah alutsista seperti pengadaan 37 unit howitzer 155mm berbasis truk Nexter CAESAR dan kendaraan pengarah artilerinya yang memperkuat dua batalion di Yonarmed 9 Pasopati di Sadang, Purwakarta dan Yonarmed 12 Angicipi Yudha di Ngawi, Jatim.
Pengadaan besar lainnya adalah 36 unit sistem peluncur roket ASTROS II Mk6 dari Brazil yang menjadi inti dari dua batalion, Yonarmed 1/Roket Ajusta Yudha di Malang dan Yonarmed 10/Roket Brajamusti di Bogor. Pengadaan sistem artileri modern ini jadi kebutuhan mengingat wilayah geografis Indonesia yang sangat luas dan berkontur.
Belgia sendiri dalam rencana efisiensi anggaran dan kekuatan sudah memensiunkan 64 unit M109A4 dan menggantinya dengan sistem Pzh-2000 buatan Jerman, sehingga Indonesia bisa membeli 20 di antaranya. Belgia tercatat membeli 127 unit M109A2 lalu menyempurnakannya ke standar M109A4BE. M109A4 merupakan iterasi keempat dari sistem M109 buatan Amerika Serikat yang pertama kali keluar pada tahun 1963.
AS sendiri menggantikan sistem M126 dengan sistem M109 dalam format sistem meriam yang dipasang pada sasis berpenggerak roda rantai. Sasis yang digunakan sama dengan sasis tank lintas udara M551 Sheridan yang digerakkan oleh mesin Detroit Diesel 6V63T berdaya 300hp.
M109 memiliki kecepatan maksimal sampai 56 km/ jam dan jarak tempuh 349 km, sehingga mampu mengimbangi gerak manuver lapis baja dan memberikan perlindungan yang memadai untuknya. Awak dari M109A4 berjumlah empat orang: komandan seksi, juru tembak, asisten juru tembak, pengemudi, dan 2 pengisi.
Meriam andalan dari M109A4 adalah sistem meriam M185 L/39 yang digunakan sejak varian M109A2. Meriam ini memiliki jangkauan sampai 18 km dengan munisi 155mm konvensional, atau 23,5 km apabila menggunakan RAP (Rocket Assisted Projectile). Apabila dibutuhkan, M109A4 juga dapat ditembakkan lurus (direct fire) dengan amunisi HEAT (High Explosive Anti Tank) untuk menghadapi ancaman lapis baja.
Kecepatan tembak maksimalnya mencapai 4 peluru per menit, yang dapat dipertahankan selama 3 menit. Sistem pengoperasiannya menggunakan moda recoil yang diredam dengan peredam kejut hidrolik.
Kubah pada M109A4 dioperasikan dengan sistem hidrolik yang dapat berputar 360 derajat. Pada M109A4 juga diperkenalkan sistem proteksi Nubika berupa filter dan dekontaminan untuk kubah dan juga sasis, plus kit seragam MOPP anti Nubika untuk awaknya. Peningkatan lain dari versi sebelumnya adalah penggunaan alternator 180 ampere yang lebih besar untuk meningkatkan keandalan starter terutama dalam iklim dingin dan tropis, sehingga meningkatkan keandalan operasionalnya. Untuk senjata pengamanan, tersedia sepucuk M2HB 12,7mm untuk anti infantri dan anti helikopter.
Menyimak dari 20 unit M109A4 yang akan dibeli, sudah jelas bahwa TNI AD akan menempatkannya di satu batalion saja. Mengenai batalion yang akan dipilih, belum jelas memang Yonarmed mana yang akan kebagian. Namun mengingat bahwa salah satu fokus yang menguat adalah pengamanan ibukota, besar kemungkinan bahwa M109A4BE akan dibeli dan ditempatkan ke salah satu Yonarmed yang ada di Jakarta. (Aryo Nugroho).
Sumber : http://angkasa.co.id/
Bismillah alhamdulillah jika diakuisisi M109 A4 jenis yang cocok sesuai dengan kebutuhan,bila sedapat mungkin M777,EVA juga diakuisisi,agar dapat kombinasi dengan howitser yang ada.untuk TNI rakyat dukung penuh alutsistanya.
BalasHapus