Stryker 8x8, Pasang Pagar untuk Antisipasi Roket Anti-Tank - Radar Militer

31 Juli 2017

Stryker 8x8, Pasang Pagar untuk Antisipasi Roket Anti-Tank

Stryker 8x8
Stryker 8x8 

Apa momok paling menakutkan untuk kendaraan tempur dan tank? Jawabannya bisa beragam. Namun ditilik dari prevalensinya, ancaman yang paling besar alias clear and present danger adalah roket dan rudal anti-tank.
RPG-7. Mendengar namanya, para awak ranpur dan tank di seluruh dunia boleh jadi meringis saja. Walaupun terlindung di balik tebalnya baja atau alumunium, RPG-7 dengan hululedak HEAT (High Explosive Anti-Tank) berbasis prinsip shaped charge bisa membongkar logam sampai ketebalan tertentu. Karena bobotnya yang ringan, seorang penembak RPG-7 bisa membawa tiga sampai empat hululedak sekaligus.
Karena harganya yang murah, penembak RPG-7 pasti jumlahnya lebih dari satu, dan bisa muncul secara simultan dari berbagai arah. Berbagai konflik sudah membuktikan bahwa RPG-7 bisa digunakan untuk menghabisi ranpur dalam sekejap melalui taktik gerilya yang efektif. RPG-7 menjadi ikon perlawanan sekaligus momok yang menakutkan, karena jumlahnya memang jauh lebih banyak daripada populasi roket dan rudal antitank lainnya.
Untuk tank modern mungkin relatif lebih aman walau tidak sepenuhnya kebal, namun untuk ranpur dan kendaraan angkut pasukan tunggu dulu. Walaupun teknologi ranpur dan kendaraan angkut pasukan berkembang cukup drastis sejak 1960-an, namun secara konsep kurang lebih masih sama: satu shell atau cangkang keras yang dipasangi mesin, transmisi, sistem penggerak roda atau rantai, serta kursi untuk penumpang.
Ketebalan bahan pembuat ‘cangkang’ kulit kendaraan tersebut memiliki keterbatasan dalam hal seberapa tebal tubuh ranpur bisa dibuat. Menambah proteksi yang berarti harus menambah tebal kendaraan akan meningkatkan bobot kendaraan secara drastis. Sebagai akibatnya, daya gerak akan melorot, kecuali memasang mesin yang lebih bertenaga.
Memasang mesin yang lebih besar pun juga memiliki keterbatasan, seperti semakin melonjaknya bobot kendaraan yang berarti akan mempersulit mobilitas kendaraan dari markas ke teater operasi, atau kendaraan menjadi terlalu berat jika ada kebutuhan untuk operasi amfibi.
Nah, untuk menangkal ancaman RPG-7 (dan rudal antitank modern lainnya), beragam pabrikan menawarkan solusi yang juga bermacam jenisnya. Secara umum sistem penangkalan RPG-7 terbagi menjadi Empat kelompok besar. Yang pertama adalah sistem penangkalan berbasis deteksi aktif atau yang dikenal sebagai Active Protection System.
Sistem APS ini mengandalkan pada kamera dan sensor untuk mendeteksi vektor dan kecepatan ancaman yang datang, lalu melontarkan sistem penangkal dengan memanfaatkan gotri atau proyektil berkecepatan tinggi yang dapat meledakkan roket atau rudal sebelum menyentuh permukaan kendaraan.
Sistem Trophy dari Rafael Israel dan Afghanit buatan Rusia adalah contoh dari kategori pertama ini. Solusi kedua adalah membuat sistem panel ERA (Explosive Reactive Armor) atau elemen dinamis yang melontarkan bahan peledak ke arah berlawanan begitu roket atau rudal antitank menyentuhnya sehingga kendaraan pengguna terlindungi.
Versi ketiga adalah dengan menambahi ‘rompi anti peluru’ pada kendaraan berupa pelat-pelat Applique yang terbuat dari material sintetik berkepadatan tinggi, sehingga mampu menyerap dan menahan impak dari hululedak HEAT. Opsi keempat adalah menggunakan ‘pagar’ alias slat armor.
Sejatinya opsi keempat ini tidaklah menerapkan teknologi yang njelimet: awak kendaraan angkut pasukan M113 di Vietnam memanfaatkan kawat pagar kandang ayam (chicken coop wire) dan rantai besi yang dipasang di rangka seadanya untuk mengalahkan RPG-2 dan RPG-7.
Menggunakan pagar berongga macam kawat kandang ayam untuk mengalahkan RPG-7, bagaimana bisa? Rupa-rupanya inilah kelemahan inheren dari RPG-7. Sumbu PIBD (Point Initiating Base Detonating Fuse) bekerja dengan mengirimkan sinyal elektrik dari kepala sumbu saat menumbuk permukaan, yang memerintahkan sirkuit di dasar hululedak untuk memantik bahan peledak dan memicu reaksi detonasi.
Nah, dengan ukuran rongga yang tepat, kawat ayam tersebut mampu menjepit sumbu dan membuatnya korslet, sehingga tidak bisa mengirimkan sinyal elektrik untuk memantik hululedak. Kalaupun ternyata meledak juga, roket akan meledak pada pagar yang terpasang dengan selisih ruang kosong dari kulit kendaraan, sehingga inti jet yang terbentuk tidak sempat merusak kulit kendaraan, atau daya hancurnya sudah jauh berkurang.
Di antara keempat solusi tersebut, racikan model slat armor dianggap paling ideal karena mudah dan murah. Penambahan pelat applique menjadi opsi populer berikutnya, lagi-lagi karena ringan dan mudah digelar, karena pelatnya modular dan bisa cepat diperbaiki. Memasang sistem APS dianggap masih terlalu mahal dan teknologinya relatif belum matang, dengan sedikit pabrikan dan lebih sedikit lagi militer di dunia yang mengaplikasikannya, walaupun secara konsep sudah terbukti jaguh menangkal rudal antitank.
Sejauh ini baru Israel dengan MBT Merkava IV yang mengaplikasikannya dalam level operasional. Untuk proteksi ERA, beragam pabrikan sudah menawarkan bermacam solusi dan cukup banyak penggemarnya, khususnya untuk Main Battle Tank. Namun untuk ranpur aplikasinya masih sangat terbatas karena daya rusak yang dihasilkan tekanan ke arah dalam saat pelat ERA meledak. Kulit ranpur yang tipis bisa retak akibat tekanan tersebut.
Nah, di masa modern yang serba konsumtif, proteksi hasil kreasi sendiri nyaris sudah tidak dapat ditemui lagi. Beragam pabrikan berlomba-lomba mendorong versi canggih dari slat armor tersebut. Beragam inovasi ditabur, semua demi mencapai proteksi yang diharapkan dengan bobot seringan mungkin, plus agar juga masuk ke dalam rentang harga yang diinginkan dalam anggaran pertahanan.
Mittal Steel USA Slat Armor
Dalam hal penggunaan slat armor sebagai pelindung ranpur, yang bertanggungjawab memulai tren ini adalah AD AS, yang memasang slat armor untuk Stryker ICV. AD AS memang menemukan fakta pahit, bahwa Stryker yang mereka gunakan ternyata terlalu tipis proteksinya, tanpa mampu menahan impak dari RPG-7. Karena beroperasi di Irak, tentu saja AD AS ketakutan. Mereka kemudian mendorong agar General Dynamics Land System (GDLS) sebagai kontraktor Stryker buru-buru memasang slat armor sebagai pelindung dari RPG-7, dalam waktu hanya 10-12 minggu. Pendek sekali untuk hitungan industri pertahanan.
GDLS kemudian mengontak pabrik baja Mittal Steel Company milik konglomerasi Mittal India. Sebelumnya pabrik baja ini sudah menyuplai sejumlah pelat baja untuk paket up-armor HMMWV, yang dibuat di fasilitas mereka di Coatesville. Beruntung, Mittal masih memiliki sejumlah sisa inventori baja anti peluru dari pesanan AD AS sebelumnya, dan mereka dengan cepat berkumpul di meja desain.
Fasilitas Coatesville membuat baja dengan melebur baja scrap pada tungku AC Electric Arc Furnace, dilanjutkan dengan pemurnian di Ladle Refining Furnace, kemudian ditambahkan logam campuran lainnya, lalu dihilangkan gasnya di Ladle Degasser. Baja cair tersebut kemudian dimasukkan ke cetakan, kemudian digulung, dan akhirnya pendinginan sehingga bentuknya menjadi slab baja canai gulung. Slab ini kemudian dipertipis di fasilitas di Conshohocken, kemudian diproses lebih lanjut di rolling mill, roughing mill, dan Steckel Mill.
Produk jadinya kemudian dipotong menjadi panel-panel kecil sesuai ukuran tiap sirip dalam slat armor untuk Stryker, diberikan heat treatment, diinspeksi, dan kemudian dirakit kedalam satu rangka besar yang siap dipasang pada Stryker. Untuk bobotnya tak usah ditanya, mencapai 2,5 ton karena penggunaan baja tanpa adanya komponen komposit!
AD AS sampai harus meminta penerbangan khusus untuk mengangkut paket-paket sangkar baja tersebut, untuk kemudian dipasang di setiap Stryker yang transit di Kuwait. Hasilnya memang efektif, dimana Stryker mencatatkan 91 hit dari RPG-7, dan hanya dua yang berhasil menembus, itupun tidak fatal pada tahun pertama penggunaannya.
Salah satu Stryker berkode C21 malah menerima sembilan kali hantaman RPG-7, yang berhasil ditahan sepenuhnya berkat keefektifan slat armor. Apa yang diawali oleh Mittal tersebut akhirnya menjadi batu loncatan untuk perusahaan lain dalam mengembangkan sistem perlindungan yang ringan, murah, dan efektif. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb