F-16V Block 72 |
Ini masih tulisan serial mengenai even perkenalan F-16V Block 72 di @America. Saat penulis duduk di simulator dan menghadap ke arah panel avionik, saya bergumam, ah tidak secanggih F-18XT atau F-35 yang menggunakan satu layar display besar tanpa batas. Padahal Lockheed Martin sebagai pabrikan sudah punya pengalaman merancang kokpit F-35 dengan display besar yang tentu memudahkan pilot untuk melihat informasi hanya pada satu layar utama.
Namun begitu, Lockheed Martin pasti punya pertimbangan sendiri. Panel kokpit pada F-16V Block 70/72 adalah sebuah hasil evolusi panjang dari keluarga F-16. Harus diakui, panel kokpit tersebut masihlah konvensional, dengan dua panel CMFD atau display multifungsi yang mendominasi panel kokpit, dan satu panel pedestal.
Nah, yang berbeda pada F-16 Block 70/72 adalah panel pedestal ini, atau yang disebut Center Pedestal Display (CPD). Pada generasi lanjut F-16 seperti Block 52, panel pedestal ini masih diisi indikator analog untuk horison dan kecepatan. Pada F-16 Block 60 yang dipesan oleh Uni Emirat Arab, sudah ada display ketiga tapi ukurannya masih biasa saja, ditambah satu baris indikator analog dibawahnya. Sebagai pembanding, lihat kokpit F-16 Block 50/52 di bawah ini.
Nah, pada F-16 Block 70/72, Lockheed Martin memperbarui CPD tersebut dengan menggunakan display resolusi tinggi berukuran 6x8 inci yang mendominasi seluruh panel pedestal tersebut. Panel baru ini kini mampu menampilkan file video karena dukungan prosesor grafis terdedikasi, ditambah dengan CPU dengan banyak inti (multi core).
Sistem CPD dengan dukungan video ini menjadi penting karena kemampuan F-16 Block 70/72 untuk beroperasi dalam sistem manajemen pertempuran udara berbasis datalink, sehingga mampu berbagi informasi kondisi dan gambaran sasaran yang mungkin telah ditangkap oleh pesawat intai yang terbang jauh di depan. Pilot F-16 Block 70/72 dapat mengenali sasaran dengan lebih baik.
Pilot kini dapat menampilkan informasi di CMFD dan CPD secara berganti-ganti, seperti informasi tangkapan radar AESA APG-83 SABR dalam moda SAR (Synthetic Aperture Radar) untuk sasaran darat maupun moda penjejakan untuk sasaran udara, informasi yang disampaikan oleh datalink standar Link-16, maupun informasi dari CMM (Color Moving Map) untuk navigasi.
Kalau F-16 Block 70/72 membawa pod elektro optik dan pengarah sasaran seperti LITENING atau SNIPER ATP, hasil tampilan kamera dalam moda termal ataupun FLIR bisa ditampilkan di ketiga layar, pilot tinggal memilih mau menggunakan display yang mana. Kalau misalnya butuh lebih banyak informasi, CPD masih bisa mendukung picture in picture, dimana satu pinup berukuran 2x6 bisa ditampilkan dalam segmen layar CPD.
Pendek kata, penerbang ataupun Angkatan Udara yang mengoperasikan F-16 legacy dari generasi awal sudah pasti akan senang ketika melihat kokpit F-16 Block 70/72 karena tambahan CPD tersebut. Namun kalau melihat persaingan yang ada di luar sana, terutama dari pesawat tempur generasi 5, bisa jadi mereka akan berpikir ulang kalau melihat user experience yang dialami.
Merasakan Sensasi Simulator F-16V Block 72 di @America
Niatan Lockheed Martin untuk memasarkan F-16V Viper Block 72 memang tidak main-main. Walaupun pabrikan lain seperti SAAB dan Eurofighter juga melakukan kegiatan sosialisasi terhadap publik, baru Lockheed Martin yang memboyong 'simulator' F-16V Block 72 untuk dicoba oleh publik.
Kata simulator diberi tanda petik karena memang apa yang dibawa Lockheed Martin dalam even publik yang diadakan di pusat kebudayaan Amerika Serikat @America, Pacific Place lantai 3 tersebut memang bukanlah simulator yang digunakan latihan pilot F-16 sungguhan.
Simulator ini lebih berupa demonstrator dari kondisi kokpit F-16V Block 72 yang sesungguhnya, dipadu dengan program simulator komersial yang disajikan dalam lima display vertikal yang digabung menjadi satu.
Tidak ada motor penggerak yang bisa memutar atau menggerakkan 'kokpit' sesuai manuver yang dilakukan, atau menyimulasikan gaya gravitasi yang dirasakan pilot saat mengeksekusi manuver ekstrim. Untuk sarana pemasaran bolehlah, agar yang menaiki punya gambaran seperti apa kokpit F-16V Block 72 sesungguhnya. Yang jelas, seluruh display, tombol, tuas, dan avionik berfungsi seperti aslinya.
Mereka yang berhak menaiki simulator ini adalah yang beruntung memenangkan kuis yang diselenggarakan oleh @America melalui media sosial Twitter. Bagi anda yang belum beruntung, bisa mencoba kuis raffle menggunakan roda keberuntungan yang dilaksanakan langsung di lokasi.
Nah, setiap orang yang menjajal simulator tersebut didampingi oleh seorang bule yang merupakan pilot F-16 yang terlibat dalam pengembangan F-35 Lightning II, jadi pengalamannya sudah cukup banyak. Ia dengan senang hati akan menjelaskan fungsi tombol-tombol dari kokpit F-16V. Beragam angka yang tersaji di indikator juga akan dijelaskan dengan rinci, jadi anda akan tahu yang mana indikator kecepatan, ketinggian, dan g yang dirasakan.
Saat menjalankan misi, semua akan dimulai di sebuah pangkalan militer yang berlokasi dekat Las Vegas, Nevada. F-16V sudah menerapkan prinsip HOTAS (Hands on Throttle and Stick) Jadi saat anda meletakkan tangan kanan di joystick dan tangan kiri di stick throttle, semua kontrol mayoritas sudah ada di situ. Tinggal melihat display di layar depan saja lalu lepas landas.
Soal kontrol, jangan bayangkan tangan kanan yang membelok-belokkan stick. Kontrol untuk F-16, dan kemudian F-16V, ternyata minim gerakan. Stick bisa menerjemahkan input selembut apapun menjadi perintah untuk mengubah arah sesuai perintah yang diberikan.
Manuver yang dapat dilakukan bermacam-macam, apakah mau standar-standar saja seperti terbang mengitari kota Las Vegas dan kemudian mendarat. Kalau mau ekstrim, coba saja terbang di antara gedung-gedung tinggi sambil mencoba fitur GCAS (Ground Collision Avoidance System) yang secara otomatis akan mengendalikan F-16 ketika sudah terlalu dekat dengan permukaan tanah.
Kalau yang mau memacu adrenalin sedikit, ya minta simulasi air to air menyasar jet tempur musuh. Nanti akan dimunculkan bandit berupa MiG-29. Vektor dan arah sasaran diperlihatkan, begitu pula ketinggian. Karena senjata yang disimulasikan adalah rudal AIM-120 AMRAAM, kita tidak akan melihat fisik musuh begitu rudal dilepaskan dari jarak 20 kilometer. Yang terlihat tinggal sasaran yang sudah jatuh. (Aryo Nugroho)