Militer Amerika |
Rusia dengan seijin rezim Pemerintahan Bashar Al Assad berhasil memperoleh konsesi atas pangkalan udara Khmeimim dan pangkalan laut Tartus, atas jasa-jasa Rusia membantu rezim Assad mempertahankan kekuasaannya. Konsesi selama nyaris satu abad, yaitu 50 tahun dan 25 tahun perpanjangan otomatis, tentu membuat gusar Amerika Serikat.
Amerika Serikat yang tak mau kalah pun membangun pangkalan militer di Suriah, tak peduli walaupun Pemerintahan Bashar al Assad yang masih sah berkuasa tidak dimintai ijin. Seperti diberitakan Defensenews (17/1), Amerika Serikat membangun dan memperkuat dua titik. Yang pertama adalah di Al Tabaqah yang letaknya dekat kota Raqqa yang tadinya merupakan markas ISIS, dan Al-Tanf.
Al Tabaqah akan dijadikan pangkalan untuk pos komando dan pelatihan pejuang Kurdi yang banyak jasanya dalam gerak maju ofensif merebut Raqqa, sementara Al-Tanf akan dijadikan pangkalan untuk mengirim kekuatan yang bisa memblokade gerakan pasukan Suriah dan penasehat militer dari Rusia.
Al Tabaqah sendiri merupakan pangkalan udara militer Suriah sebelum Perang Saudara berkecamuk, sementara Al Tanf memiliki posisi strategis untuk mendukung pasukan khusus di perbatasan tiga negara yakni Yordania, Irak, dan Suriah. Kehadiran pasukan AS di Al Tanf membantu menciptakan blokade atas manuver militer Iran setelah kota Deir Ezzour juga jatuh ke tangan pasukan AS dan Kurdi.
Posisi Suriah memang amat strategis, karena menjadi gerbang ke Timur Tengah dan juga Teluk. Siapa yang menguasai atau dekat dengan penguasa akan memperoleh akses jalur perdagangan yang sangat vital. Permasalahannya tinggal apakah memang pembangunan pangkalan untuk membela kepentingan ekonomi itu dilakukan dengan cara yang sah dan legal, atau main kasar seperti Amerika Serikat? (Aryo Nugroho)