Oerlikon Revolver Gun MK3 |
Sukses dalam beberapa kali uji penembakkan membuat Detasemen Pertahanan Udara (Denhanud) Paskhas cukup puas dengan kinerja kanon Oerlikon Skyshield 35 mm. Bahkan di HUT RI Ke-71 tahun 2016, Fire Control Unit (FCU) yang terdiri dari dua pucuk Skyshield dipercaya untuk mengamankan wilayah obyek vital Istana Negara dan Lapangan Monumen Nasional. Berita terakhir terkait kanon buatan Swiss ini tentu sangat menyenangkan bagi pihak manufaktur, pasalnya KSAU Marsekal TNI Hadi Tjahjanto dalam pernyataannya di beberapa media telah mengungkapkan rencana untuk menambah pengadaan kanon Skyshield untuk memperkuat hanud di Lanud-Lanud strategis.
Bahkan lebih spesifik KSAU menyebut angka 11 unit kanon PSU (Penangkis Serangan Udara) yang akan diakuisisi dari Rheinmetall Air Defence AG (Swiss), anak perusahaan dari Rheinmetall Defence yang bermarkas di Jerman. Namun yang jadi pertanyaan, apakah Oerlikon Skyshield yang akan dibeli sama jenisnya dengan varian yang saat ini telah dioperasikan Paskhas?
Sejauh ini belum ada keterangan lebih lanjut tentang 11 unit Oerlikon Skyshield yang telah dilirik KSAU, namun yang digunakan Paskhas saay ini adalah jenis Oerlikon Skyshield MK2, kanon ini dirilis pada medio 2013 - 2014. Sementara Rheinmetall Air Defence sejak 2016 lalu telah merilis varian yang lebih baru, yakni Oerlikon Revolver Gun Skyshield MK3 yang resmi diperkenalkan sosoknya pada ajang Eurosatory 2016 di Paris, Perancis.
Dari segi tampilan dan dimensi, kanon ini sekilas tak ada perbedaan antara jenis Skyshield MK2 dan MK3. Performa fire power-nya kanon kaliber 35 mm ini pun relatif sama, yakni mengandalkan kecepatan tembak 1.000 proyektil per menit dengan jarak tembak sampai 4.000 meter. Fungsi untuk Counter Rocket Artillery & Mortar system (C-RAM) juga melekat penuh. Nah, justru letak pembeda antara MK2 dan MK3 adalah keberadaan integrated tracking sensor unit, yang hanya ada di jenis Skyshield MK3.
Integrated tracking sensor unit ini disematkan pada bagian atas kubah, komponen sensornya terdiri dari X-band TR (Transmit Receiver), infra red camera, HDTV (High Definition Television) dan LRF (Laser Range Finder). Sementara untuk perintah pengendalian dan eksekusi tembakkan dari unit pusat kendali (Command Post) dapat dilakukan lewat radio dan fiber optic link. Kanon nirawak ini cukup ditangani oleh dua personel yang berperan untuk loading magasin yang berisi 253 munisi.
Bersamaan dengan dirilisnya Oerlikon Skyshield MK3, Rheinmetall juga memperkenalkan sistem Skynex Air Defence, yang sudah barang tentu terkait dengan kanon dan radar. Persisnya di IDEX 2017 yang berlangsung di Abu Dhabi bulan Februari lalu, Rheinmetall merilis X-TAR3D search radar. Sistem radar unmanned modular dengan kemampuan ECCM (Electronic counter-countermeasure) ini menjadi indra penjejak bagi kanon Skyshield, di radar ini pula dilalukan proses IFF (Identification Friend or Foe).
Kemudian untuk adaptasi pada sistem hanud Skyranger, Oerlikon Skyshield MK3 dipasang pada platform ranpur lapis baja MOWAG Piranha IIIH, Piranha IV and Boxer 8×8. Dalam skenario Skyranger, gelar Oerlikon Skyshield menjadi lebih reaktif dengan mobilitas tinggi untuk meng-cover suatu obyek vital secara cepat.
Skyshield menggunakan jenis laras tunggal, kanon ini mampu melontarkan 1.000 proyektil dalam satu menit. Hal tersebut dapat berlangsung berkat sistem revolver empat kamar. Peluru yang dipasok sabuk memasuki salah satu lubang peluru dari revolver untuk kemudian ditembakkan dari revolver yang terus berputar, menghasilkan kecepatan tembak cukup tinggi tanpa perlu menghambur-hamburkan peluru dibanding kanon multilatras dengan konsep Gatling pada Phalanx. Dalam hal kecepatan tembak, proyektil Skyshield dapat melesat hingga 1.440 meter per detik dengan jarak tembak efektif hingga 4 kilometer.
Syshield menggunakan jenis amunisi AHEAD (Advanced Hit Energy & Destruction). AHEAD merupakan peluru dari tipe airbursting atau pecah di udara. Peluru ini punya dua varian, yaitu ADV (Air Defence Variant) dan IFV untuk menghadapi kendaraan tempur. Khusus untuk peluru ADV, tiap ujung proyktil tersimpan 152 pellet (sub proyektil) berbahan tungsten yang setiap pellet memiliki bobot 3,3 gram. Bila yang dihadapi sasaran seperti rudal, digunakan AHEAD konvensional dengan 31 sub proyektil yang masing-masing terdiri dari susunan 11 pellet dengan bobot 1,5 gram. (Haryo Adjie)
Sumber : http://www.indomiliter.com/