
Dunia penerbangan di Indonesia punya sejarah yang panjang. Sebelum muncul pesawat buatan PT Dirgantara Indonesia, dulu pernah ada 'burung terbang' yang menggegerkan Eropa. Seperti apa ceritanya?
Pada Kamis (10/12) lalu, PT DI dan LAPAN baru saja meluncurkan pesawat N219 buatan anak bangsa. Pesawat tersebut adalah generasi terbaru produksi lokal yang diharapkan bisa bersaing di pasar internasional dan memenuhi kebutuhan transportasi udara Tanah Air.
Jika melihat ke belakang, ternyata Indonesia pernah membuat geger Eropa saat pesawat buatan anak negeri mendarat di sana. Pesawat itu bernama Walraven-2 dibuat oleh Achmad Bin Talim dan dua temannya pada tahun 1935.
"Yang tertua dan tercatat itu tahun 1935, itu sudah hebat, baling-balingnya dua, masalah keseimbangan dan powernya juga besar. Diterbangkan ke Eropa dan membuat geger Eropa. Mereka kaget orang kita bisa membuat pesawat sendiri hingga bisa terbang dari Bandung ke Eropa," ucap pengamat penerbangan, Alvin Lie, Senin (14/12/2015).
Berdasarkan tulisan dalam majalah 'Lucthvaart' edisi Januari 1935 diceritakan awal mula pembuatan pesawat ini berdasarkan pesanan dari seorang konglomerat yang merupakan pengusaha roti dan kue bernama Mr Hien Ke Khow. Khow merasa berat harus mengeluarkan ongkos yang begitu besar untuk distribusi roti dari Bandung ke Jawa Tengah dan Bali dengan menggunakan jalur darat. Akhirnya dia berpikir untuk membuat pesawat sendiri agar distribusi barang daganganya cepat dan efisien.
Pada Maret 1934 Khow menugaskan Laurens Walter Walraven yang kala itu menjadi Kepala Departemen Desain pada Departemen Teknis Luchtvaart Afdeling/Koninklijke Nederlands-Indische Leger atau Departemen Penerbangan pada tentara Hindia-Belanda (LA/KNIL) untuk merancang dan merakit pesawat dua kursi dengan kecepatan tinggi. Ia juga meminta bantuan dari seorang pribumi yang merupakan seorang teknisi pesawat bernama Achmad bin Talim dan Kapten M.P. Pattist.
Kapten M.P. Pattist dan Walraven merancang desainnya sedangkan Achmad menangani pengerjaannya. Karena pesanan tersebut merupakan kerja sambilan, maka Achmad mengerjakannya sore hari usai jam kerja di Andir. Pesawat berbadan kayu ini merupakan pesawat "pribadi" pertama yang didesain khusus untuk kepentingan bisnis.
Dalam waktu 6 bulan seluruh badan pesawat buatan Talim selesai. Sedangkan kelengkapan pesawat seperti pipa besi, kabel baja, roda pendarat dan lain-lainnya dilakukan oleh kapten Pattist dan Walreven.
Lalu pada 27 September 1935 untuk pertama kalinya pesawat buatan anak bangsa menjejakkan kaki di daratan Eropa, pesawat ini menggunakan mesin Pobjoy Niagara 7 silinder dengan kekuatan masing-masing 90 tenaga kuda yang terpasang di kedua sayapnya. Pesawat ini dirancang untuk penerbangan jarak jauh berkisar 1.100 mil di udara.
Walraven-2 berbeda dari kebanyakan pesawat kala itu yang desainnya belum compact dan rendah nilai estetis. Selain bodi ramping, Walraven-2 bersayap tunggal dan rendah juga dilengkapi cowl (penutup) mesin dan roda dengan bentuk aerodinamis.
Pesawat Walraven 2 ini menggunakan sistem Nivex, pesawat ini memiliki total beban sayap pesawat sebesar 56,5 kg per meter persegi, luas permukaan sayap sebssar 17,7 meter persegi. Pesawat ini diestimasikan memiliki kecepatan 235 km per jam dan bisa terbang sekitar 3380 mdpl. Pesawat ini merupakan pesawat dengan desain modern pertama yang kemudian dia tempatkan di Bandara Andir Bandung yang sekarang bernama Bandara Husein Sastranegara.
Achmad Bin Talim, Pembuat Pesawat di Masa Penjajahan yang Gegerkan Eropa
Terciptanya pesawat Walraven-2 di tahun 1935 tak lepas dari buah karya anak negeri bernama Achmad bin Talim. Bersama dua orang temannya sebuah pesawat berhasil diciptakan dan sempat membuat geger Eropa.
Diberitakan Majalah Suara Angkasa edisi Januari 2012, Achmad disebut sebagai salah satu teknisi yang sangat terampil dan cekatan dalam bekerja.
Achmad dilahirkan di kota Kembang, Bandung, Jawa Barat, tahun 1910. Dia menempuh pendidikan Sekolah Rakyat (SR) Ciroyom kemudian melanjutkan ke Sekolah Teknik.
Sejak kecil Achmad memang akrab dengan pesawat terbang yang biasa berlalu lalang di Pangkala Udara Andir (sekarang Bandara Husein Sastranegara-red) dekat rumahnya. Pengalaman masa kecil itu membuat dia begitu menyukai pesawat. Hingga akhirnya setelah lulus dari Sekolah Teknik dia menerima tawaran bekerja di Luchtvaart Afdelling, suatu bagian dari Militaire Luchtvaart Dients (penerbangan Militer Hindia Belanda) di Andir.
Karier Achmad dimulai sebagai tukang kikir pesawat, pekerjaan ini dilakukannya dengan senang hati dan ketekunannya selama 3 tahun. Setelah itu dia mendapat tawaran dari seorang teknisi pesawat yang bekerja di pabrik pesawat terbang Fokker, Belanda. Achmad diminta untuk membantu memperbaiki pesawat.
Pekerjaan ini membawa Achmad berkenalan dengan jantung pesawat terbang. Achmad dipekerjakan pada bagian perbaikan mesin dan pemasangan rangka. Dengan berjalannya waktu kemampuan Achmad dalam memperbaiki pesawat makin terasah. Hingga pada tahun 1934 ia mendapat tawaran dari seorang pengusaha roti bernama Khouw Khe Hien untuk membuat pesawat sendiri.
Achmad bin Talim membicarakan pesanan tersebut dengan teman-temannya di Luchtvaart Afdelling. Ada dua orang yang menyanggupi yaitu Kapten M.P. Pattist dan tenaga sipil L.W. Walraven. Mereka berdua yang merancang desainnya sedangkan Achmad bin Talim menangani pengerjaannya. Karena pesanan tersebut merupakan kerja sambilan, maka Achmad bin Talim mengerjakannya sore hari usai jam kerja di Andir. Bengkel pembuatan pesawat terletak di garasi rumah Achmad di jalan Pasirkaliki, Bandung. Sementara perakitannya dilakukan di Andir.
Pengerjaan badan pesawat ini membutukan waktu hingga 6 bulan dan dikerjakan oleh Achmad. Sementara kelengkapan pesawat seperti pipa besi, kabel baja, roda pendarat dan lain-lainnya diselesaikan oleh kapten Pattist dan Walreven.
Pesawat diuji terbang dan berhasil. Bahkan tahun 1935 pesawat bisa dibawa terbang hingga ke Belanda, Eropa dengan nomor ragistrasi internasional PK-KKH (PK kode Hindia Belanda dan KKH singkatan Khouw Khe Hien pemrakarsanya). Penerbangan ini sempat membuat geger Eropa, karena ada pesawat buatan anak Indonesia yang saat itu masih dalam masa penjajahan bisa sampai ke sana.
Selain W2, Achmad juga pernah membuat pesawat ringan pada tahun 1938. Pesawat itu memiliki baling-baling yang menghadap belakang dan motor dipasang di atas kabin penumpang.
9 April 1946 dibentuk Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) yang dipimpin oleh KSAU Komodor Udara Soerjadi Soerjadarma. Soerjadarma lalu meminta Achmad dan temannya lulusan Luchtvaart Afdelling untuk menghidupkan bengkel pesawat AURI di Pangkalan Udara Maguwo, di Yogyakarta.
Namun saat sampai di Yogyakarta, Achmad justru mendapat Surat Perintah pergi ke Pangkalan Udara Maospati untuk membantu Opsir Udara III Wiweko Supono. Achmad yang sudah terdaftar sebagai anggota AURI itu ikut membantu membuat pesawat WEL-1 RI-X.
Selain WEL-1 RI-X Achmad juga ikut membuat pesawat Si Kumbang, Belalang, dan Kunang. Achmad bin Talim juga merakit helikopter yang pertama di Indonesia.
Begini Hebatnya Pesawat Walraven 2 Bikinan Anak Bangsa yang Gegerkan Eropa
Pesawat Walraven 2 milik konglomerat Khouw Khe Hien yang dibuat di Bandung tahun 1934 sempat mendarat di Eropa dan membuat geger orang-orang di sana. Salah satu pembuat pesawat itu adalah Achmad bin Talim seorang pemuda Bandung.
Achmad mampu membuat pesawat di masa negara Indonesia masih dalam kuasa penjajah. Hal ini membuktikan bahwa bangsa Indonesia memiliki sumber daya manusia yang cakap, berkualitas dan tidak bisa diremehkan oleh bangsa lain.
Pesawat berbadan kayu ini merupakan pesawat "pribadi" pertama yang didesain khusus untuk kepentingan bisnis. Pemesannya adalah konglomerat Tionghoa Khouw Khe Hien yang meminta pesawat dua kursi dengan kecepatan tinggi. Khouw membutuhkan pesawat untuk mengunjungi perusahaan makanannya yang tersebar di Hindia Belanda.
Achmad menangani pengerjaan badan pesawat sedangkan dua temannya Kapten M.P. Pattist dan Walraven merancang desainnya.
Pesawat ini diterbangkan pertama kali oleh Letnan Satu Cornelis Terluin pada 4 Januari 1935. Dalam 20 hari pesawat ini mendapat sertifikat laik terbang dan didaftarkan dengan kode PK-KKH dan tercatat pemiliknya adalah Khouw Khe Hien / Tjililitan.
Achmad bin Talim dan dua temannya Kapten M.P. Pattist dan L.W. Walraven membuat pesawat di tahun 1034 di Bandung saat Indonesia belum merdeka. Pesawat ini menggunakan mesin Pobjoy Niagara 7 silinder dengan kekuatan masing-masing 90 tenaga kuda yang terpasang di kedua sayapnya. Pesawat ini dirancang untuk penerbangan jarak jauh berkisar 1.100 mil di udara.
Walraven 2 berbeda dari kebanyakan pesawat kala itu yang desainnya belum compact dan rendah nilai estetis. Selain bodi ramping, Walraven-2 bersayap tunggal dan rendah juga dilengkapi cowl (penutup) mesin dan roda dengan bentuk aerodinamis.
Pesawat Walraven ini menggunakan sistem Nivex, pesawat ini memiliki total beban sayap pesawat sebesar 56,5 kg per meter persegi, luas permukaan sayap sebssar 17,7 meter persegi. Pesawat ini diestimasikan memiliki kecepatan 235 km per jam dan bisa terbang sekitar 3.380 mdpl.
Sumber : http://news.detik.com/berita/3096833/ketika-pesawat-buatan-anak-bangsa-gegerkan-eropa-tahun-1935