Wulung |
Wulung merupakan pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau drone yang diproduksi oleh PT Dirgantara Indonesia (PT DI). Dalam waktu dekat, Wulung akan mengantongi sertifikat tipe siap produksi dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA).
Bila sertifikat terbit, Wulung diklaim sebagai drone pertama di Asia Tenggara yang mengikuti standar industri penerbangan, yakni mulai material, proses hingga kualitas.
"Di Asia Tenggara yang mengikuti standar pesawat baru Indonesia," kata Chief Engineer untuk PTTA, PT DI, Bona P Fitrikananda, Senin (25/1/2016).
Tak tanggung-tanggung, PT DI melibatkan 100 insinyur hingga mekanik pesawat untuk melahirkan drone siap produksi.
Selama proses ujicoba hingga sertifikasi, PT DI memakai 5 unit drone. Bila berhasil mengantongi sertifikat dari IMAA, Wulung akan menyerahkan 3 unit kepada Kementerian Pertahanan pada Februari 2016, sedangkan sisanya dipakai untuk tahap pengembangan drone fase berikutnya.
"Kami sudah buat 5 pesawat, yakni 3 diserahkan ke Kemhan, 1 kita diserahkan ke Balitbang (TNI), 1 sebagai pesawat untuk development," tambahnya.
Setelah masuk fase produksi, PT DI mampu melahirkan 1 unit drone jenis Wulung siap terbang dalam waktu 5 minggu. PTDI mengaku komponen lokal pada drone jenis Wulung telah mencapai 75%.
"Komponen lokal di atas 75%. Airframe bikin sendiri, yang belum komponen elektronik, pilot control, dan kamera belum ditemukan (diproduksi) di Indonesia," sebutnya.
Kandungan Lokal 75%, Wulung Si Mata-mata Dikerjakan 100 Insiyur
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) mengerahkan 100 insinyur dalam proses pengembangan dan sertifikasi Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau drone bernama Wulung. Para insinyur dan mekanik pesawat itu bekerja dari tahun 2014, agar drone yang awalnya dikembangkan oleh Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bisa diproduksi, dan mengikuti standar industri penerbangan.
"Ini melibatkan 100 insinyur untuk pengembangan drone," kata Chief Engineer untuk PTTA, PT DI, Bona P Fitrikananda, Senin (25/1/2016).
Bona menjamin, para insinyur dan mekanik tersebut merupakan putra-putri Indonesia yang bekerja di PT DI.
"Kita menggunakan insinyur PT DI dan nggak ada yang asing," tambahnya.
Kerja keras 100 insinyur dan mekanik pesawat tersebut membuahkan hasil. Akhir Januari 2016 ini, drone yang memiliki tugas mata-mata ini ditargetkan akan memperoleh sertifikat tipe dari Indonesian Military Airworthiness Authority (IMAA). Dengan dikantonginya sertifikat tipe, Wulung telah siap diproduksi massal.
"Sertifikat tipe akhir bulan dapat," sebutnya.
Pesawat tanpa awak tersebut diklaim memiliki komponen lokal sampai 75%. PTDI masih mengimpor peralatan elektronik, pilot control hingga kamera. Ke depan, PT DI akan menggandeng BUMN lainnya yakni PT LEN untuk meningkatkan komponen lokal.
"Sekarang komponen lokal di atas 75%. Dari airframe bikin sendiri, terus kita uji," tambahnya.
Hasil Foto Mata-mata "Si Wulung", Drone Made In Bandung
PT Dirgantara Indonesia (PT DI) pada awal Februari 2016 akan menyerahkan Pesawat Terbang Tanpa Awak (PTTA) atau drone bernama Wulung, kepada Kementerian Pertahanan (Kemenhan).
Saat diserahkan, selanjutnya Wulung akan dioperasikan oleh TNI AU untuk menjalankan misi intelijen, pemantauan, dan pengawasan.
Wulung, saat bertugas, bisa terbang dengan radius 120 kilometer (km) dari pusat take off dengan ketinggian jelajah maksimal 8.000 kaki. Sebelum menjalankan misi mata-mata, pusat pengendali telah menyusun rencana rute atau terbang.
Selama terbang, Wulung bisa mengambil gambar sesuai target yang diincar.
"Sebelum terbang sudah diset mau ke mana, namun saat terbang juga bisa berubah rute sesuai perintah (pusat pengendali)," kata Chief Engineer untuk PTTA, PT DI, Bona P Fitrikananda, Senin (25/1/2016).
Beberapa gambar sasaran atau saat wulung sedang uji terbang di udara. Meski mampu terbang hingga ketinggian 8.000 dari permukaan, Wulung hanya bisa mengambil foto secara jelas dengan ketinggian antara 3.000-4.000 kaki.
"Ini lumayan tinggi sampai 8.000 kaki. Itu maksimum altitude (ketinggian), kalau kamera punya keterbatasan optimalnya 3.000-4.000 kaki," sebutnya.
Selain terbang siang, Wulung memiliki teknologi infra red, sehingga misi mata-mata tetap bisa dijalankan saat malam hari. Dengan kemampuan itu, Wulung memang akan ditempatkan di daerah perbatasan atau daerah yang rawan kegiatan ilegal.
"Misi utamanya ialah mengawasi perbatasan," tambahnya.
Sumber : http://finance.detik.com/read/2016/01/25/100632/3126063/1036/wulung-drone-pertama-di-asean-yang-berstandar-industri-pesawat