DCNS Prancis Menangkan Kontrak Kapal Selam Australia senilai $40 Milyar - Radar Militer

28 April 2016

DCNS Prancis Menangkan Kontrak Kapal Selam Australia senilai $40 Milyar

Spesifikasi Kapal Selam DCNS TKMS dan SORYU
Spesifikasi Kapal Selam DCNS TKMS dan SORYU

Prancis mengalahkan Jepang dan Jerman untuk memenangkan kontrak senilai A$ 50 milyar ($ 40 milyar) untuk membangun armada 12 kapal selam baru untuk Australia, salah satu kontrak pertahanan yang paling menguntungkan di dunia, Perdana Menteri Australia Malcolm Turnbull mengumumkan pada hari Selasa (26/04).
Kemenangan untuk kontraktor DCNS Grup menegaskan kekuatan Prancis dalam mengembangkan penawaran militer-industri yang menarik dan merupakan pukulan terhadap upaya Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe untuk mengembangkan kemampuan ekspor pertahanan sebagai bagian dari agenda keamanan lebih kuat.
Reuters sebelumnya melaporkan bahwa DCNS akan diumumkan sebagai pemenang, mengutip sumber yang mengetahui proses tersebut.
"Rekomendasi dari proses evaluasi kompetitif kami ... adalah dengan tegas menyatakan bahwa tawaran Perancis mewakili kemampuan yang terbaik yang dapat memenuhi kebutuhan unik Australia," kata Turnbull kepada wartawan di ibukota negara bagian Australia Selatan, Adelaide dimana kapal selam tersebut akan dibangun.
Australia meningkatkan pengeluaran pertahanannya, dalam upaya untuk melindungi kepentingan strategis dan perdagangannya di Asia-Pasifik dimana Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya tengah berusaha mengimbangi meningkatnya kekuatan Tiongkok.
Pemerintah Jepang dengan kapal selam dari Mitsubishi Heavy Industries dan Kawasaki Heavy Industries dipandang sebagai kandidat awal untuk kontrak tersebut, namun kurangnya pengalaman mereka dalam hal deal pertahanan global dan keengganan pada awal-awal untuk mengatakan bahwa mereka akan membangun kapal selamnya di Australia membuat mereka tertinggal di belakang DCNS dan Jerman ThyssenKrupp AG.
IMPLIKASI POLITIK
Pengamat industri mengantisipasi keputusan untuk pemilihan tersebut akan terjadi di akhir tahun, tetapi pertaruhan Turnbull pada pemilihan umum 2 Juli mendatang telah mempercepat prosesnya.
Kontrak tersebut akan berdampak pada ribuan pekerjaan di industri perkapalan di Australia Selatan, di mana mempertahankan suara para pemilih kunci akan menjadi hal penting bagi peluang pemerintah untuk terpilih kembali.
"Proyek kapal selam ini.. akan melibatkan pekerja Australia membangun kapal selam Australia dengan baja Australia," kata Turnbull.
DCNS, yang memulai usahanya pada 1624 dan 35 persen sahamnya dimiliki oleh raksasa elektronik pertahanan Thales SA, menawarkan versi diesel-listrik dari kapal selam 5.000 ton Barracuda bertenaga nuklir. DCNS meminta para pemimpin industri dan tokoh-tokoh pemerintah atas untuk meyakinkan Australia tentang manfaat penawarannya dan keuntungannya untuk hubungan kedua negara yang lebih luas.
Jepang telah menawarkan untuk membangun untuk Australia varian kapal selam 4.000 ton Soryu, kesepakatan yang akan memperkuat hubungan strategis dan pertahanan yang lebih erat dua sekutu utama Washington di wilayah itu tapi akan mempertaruhkan tentangan dari Tiongkok yang merupakan mitra dagang utama Australia.
Di bawah Perdana Menteri Australia sebelumnya, Tony Abbott, yang ingin memilih pembuat kapal selam tanpa kompetisi, Jepang dipandang sebagai hampir pasti akan mendapatkan kontrak kapal selam tersebut, dibantu oleh hubungan pribadi yang dekat dengan Abe dan dengan dukungan diam-diam dari Amerika Serikat.
Ketika Abbott digulingkan oleh Turnbull dalam coup partai, kritik terhadap tawaran, kurangnya pengalaman dan kurangnya hubungan industrial Jepang, menjadi semakin berkembang.
Paul Burton, Direktur Industri dan Anggaran Pertahanan IHS Jane mengatakan adalah suatu kejutan dari sudut pandang strategis bahwa Jepang tidak menang.
"Jepang sangat ingin untuk mendapatkan potongan yang signifikan dari bisnis di luar negeri menyusul melunaknya peraturan ekspor (senjata), dan kesepakatan kapal selam Australia ini secara umum dianggap sebagai menjadi penjualan yang bersejarah," katanya. "Pengalaman berdagang diperlukan untuk meyakinkan pembeli domestik yang canggih bahwa (senjata) Jepang lebih unggul dari yang ditawarkan oleh Perancis."
ThyssenKrupp menawarkan kapal selam 2.000 ton kelas Type 214 yang diperbesar, suatu tantangan teknis yang oleh sumber mengatakan kepada Reuters sebelumnya bahwa hal itu menjadi pertimbangan tawaran Jerman.
Kedua penawar yang kalah mengatakan bahwa mereka kecewa dengan keputusan tersebut namun tetap berkomitmen untuk bisnis mereka di Australia.
"Thyssenkrupp akan selalu bersedia untuk lebih berkontribusi untuk kemampuan angkatan laut Australia," kata Hans Atzpodien, pimpinan Thyssenkrupp Marine Systems.
Menteri Pertahanan Jepang Gen Nakatani menggambarkan keputusan itu sebagai hal yang "sangat disesalkan".
"Kami akan meminta Australia untuk menjelaskan mengapa mereka tidak memilih desain kami," tambahnya.
Raytheon Co Amerika Serikat, yang membangun sistem untuk kapal selam kelas Collins Australia, bersaing untuk kontrak sistem tempur terpisah dengan Lockheed Martin Corp, yang memasok sistem tempur armada kapal selam Angkatan Laut AS. Keputusan mengenai sistem senjata yang akan dipilih dijadwalkan akan diambil pada akhir tahun ini.

Sumber : http://reuters.com/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb

:)
:(
hihi
:-)
:D
=D
:-d
;(
;-(
@-)
:P
:o
:>)
(o)
:p
(p)
:-s
(m)
8-)
:-t
:-b
b-(
:-#
=p~
x-)
(k)