Teroris Santoso |
Santoso merupakan buron teroris nomor satu di Indonesia saat ini. Sejak 2011, polisi memburu pria bernama Abu Wardah ini di pegunungan sekitar Poso, Sulawesi Tengah.
Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Tito Karnavian berharap Santoso dapat digulung sebelum masa operasi tim Tinombala berakhir September 2016. Bila belum sukses, ia menginginkan operasi Tinombala terus berlangsung hingga tuntas. “Saya penginnya sampai selesai,” ujar Tito, Jumat, 15 April 2016.
Saat ini kekuatan Santoso diyakini melemah. Menurut Tito, anggota Santoso tinggal 27 orang. Ke-27 orang itu pun, kata Tito, terpecah ke pelbagai grup kecil akibat terdesak pasukan gabungan TNI-Polri. Bahkan, Santoso terindikasi hanya ditemani tujuh pengikutnya.
“Yang ikut Santoso tujuh orang, termasuk istrinya. Yang lain turun ke bawah. Nah, yang di bawah ini kelaparan,” kata Tito. Mereka yang kelaparan dan turun gunung akhirnya ditangkap tim gabungan.
Di dalam hutan, Santoso selalu mengenakan pakaian loreng khas tentara. Ia pun selalu membawa senapan SS1 buatan Pindad ke mana-mana. Yang menarik, ternyata kelompok ini juga membekali dirinya dengan sepeda motor seperti foto yang diperoleh Tempo di bawah ini. Santoso menunggang bebek “jantan” sepeda motor bebek dengan shock breaker depan seperti sepeda motor sport sambil mengalungkan senapan.
Kepala Kepolisian RI Jenderal Badrodin Haiti, mengatakan Santoso dan anak buahnya makin terdesak. Sebab, kelompok yang bersembunyi di hutan Poso, Sulawesi Tengah, itu kekurangan logistik.
Badrodin mencontohkan dua anggota kelompok Santoso yang tertangkap tim gabungan operasi Tinombala saat hendak mencuri makanan di Kampung Baru, Desa Padalembara, Kecamatan Poso Pesisir Selatan, Kabupaten Poso, Jumat siang, 15 April 2016, karena kelaparan. “Mereka turun dari hutan mencari makanan,” katanya ketika dihubungi, Sabtu, 16 April 2016.
Badrodin menjelaskan, kedua orang itu adalah Ibadurohman alias Ibad alias Amru dan Muhammad Sulaeman alias Sul alias Ifan. Saat ditangkap, kata dia, mereka berdua membawa bom dan senjata tajam. Selain itu, menurut Badrodin, malam seusai penangkapan dua teroris, petugas baku tembak dengan kelompok teroris.
Sayang, ujar dia, karena medan yang sulit dan baku tembak terjadi pada malam hari, teroris itu tidak tertangkap. “Agak sulit mengejarnya,” katanya. “Kini, yang ditangkap sedang diperiksa di Poso.”
Di hutan, kelompok Santoso menyembelih hewan-hewan yang mereka temukan. Di antaranya burung rangkong dan anoa. Mereka juga menangkap ikan sidat atau ikan sogili, ikan endemik di Poso, lalu membakarnya.
Ternyata Buron Teroris Santoso Suka Selfie
Pasukan gabungan operasi Tinombala terus memburu pemimpin kelompok teroris Mujahidin Indonesia Timur, Santoso alias Abu Wardah, di hutan Poso, Sulawesi Tengah. Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme Komisaris Jenderal Tito Karnavian menyebutkan saat ini kelompok Santoso tinggal 27 orang.
Ke-27 orang itu pun, kata Tito, terpecah ke pelbagai grup kecil. Hal itu disebabkan kontak senjata dengan pasukan gabungan TNI-Polri yang terjadi dua pekan lalu. Bahkan, Santoso terindikasi hanya ditemani tujuh pengikutnya.
“Yang ikut Santoso tujuh orang, termasuk istrinya. Yang lain turun ke bawah. Nah, yang di bawah ini kelaparan,” kata Tito, Sabtu, 16 April 2016.
Polisi memasukkan nama Santoso ke daftar buron teroris sejak ia diduga mendalangi pembunuhan terhadap tiga polisi di BCA Palu pada 25 Mei 2011. Setelah itu, ia terlibat dalam sejumlah tindakan terorisme lain, termasuk menculik dua anggota Kepolisian Resor Poso yang sedang lewat di Dusun Tamanjeka, Poso.
Selanjutnya, ia memproklamasikan Mujahidin Indonesia Timur. Anggota kelompoknya berasal dari Jawa, Nusa Tenggara Barat, bahkan Uighur, China. Pegunungan Poso seakan-akan menjadi tempat latihan dan operasi kelompok ini. Polri dan TNI mengepung mereka tapi belum berhasil menggulungnya.
Sumber : https://nasional.tempo.co/read/news/2016/04/19/078763829/ini-tampang-santoso-naik-motor-di-hutan-poso-bawa-senapan