M134D Minigun |
Bahkan dalam beberapa kesempatan, helikopter angkut berat Mi-17 TNI AD juga nampak menggunakan door/window gun FN MAG. Tambah unik lagi, door gun yang terpasang dengan mounted portable ini memakai model popor kayu, tak ubahnya FN MAG yang digunakan pada unit pasukan infanteri. Bila berkaca ke pasar Amerika Serikat, adopsi FN MAG sebagai door gun adalah porsi senapan M-60, jenis GPMG yang menggunakan kaliber 7,62 x 51 mm NATO.
Rasanya tidak ada yang salah dari FN MAG, tapi bicara soal tuntutan operasi, maka senjata yang digunakan pada door gun harus berasal dari jenis yang lebih mematikan, dan mampu menciptakan efek getar pada lawan. Dan mengacu kepada standar AS/NATO, belum lama ini Puspenerbad tengah melakukan serangkaian uji coba pemasangan M134D Minigun pada helikopter NBell-412.
Bagi Anda pemerhati dunia militer, bisa dipastikan akan langsung akrab mata dengan Minigun, sebabnya senjata model gatling ini lumayan sering beraksi di layar kaca. Wujudnya yang terkesan futuristik dan mampu menciptakan kerusakah hebat, menjadi modal besar larisnya Minigun beraski di layar kaca. Padahal jika diurut dari waktu penciptaannya, Minigun sudah tak muda, genarasi pertama M134 Minigun buatan General Electric sudah mulai beraksi sejak era Perang Vietnam. Selain peningkatan pada varian-varian terbaru, resminya tidak ada tanda-tanda untuk mengganti M134.
Meski punya kaliber sedang 7,62 x 51 mm, M134D Minigun tidak masuk sebagai golongan senapan mesin biasa, sebab Minigun punya daya tembak 4 - 6 kali lipat dari senapan macam M60 atau FN MAG plus punya multi laras. Dari segi mekanisme operasi, juga jelas beda dengan dua senapan mesin diatas yang memanfaatkan mekanika gas untuk menyemburkan proyektil. Sementara dari sisi desain, memang bentuknya, terutama pada laras mirip kanon Gatling gun Vulcan M61 20 mm yang terpasang di pesawat tempur F-16 Fighting Falcon. Tapi setelah dinalar, menyiratkan Minigun tidak pas sebagai kanon, pasalnya kaliber 7,62 mm tidak layak untuk masuk ke segmen kanon.
Dengan kecepatan tembak mencapai 3.000 - 4.000 - 6.000 peluru per menit, sudah pasti efek gentar yang dihasilkan membuat lawan menjadi takut. Kerapatan tembakan yang amat tinggi sanggup memotong sasaran dengan tembakan yang sangat terkontrol, bahkan dari platform yang bergerak secara konstan, seperti helikopter.
Salah satu pabrikan yang memproduksi M123 yaitu Dillon Aero, mereka menyebut jika satu unit M134D bisa memiliki keefektifan setara sembilan pucuk senapan mesin sekelas FN Minimi. Dengan kecepatan tembak di rentang 3.000 - 4.000 - 6.000 per menit (tergantung setting), jelas M134D adalah senjata kaliber sedang yang sangat menakutkan. Saking cepatnya kemampuan tembaknya, saat di setting ke kecepatan tembak tertinggi, muntahan proyektil dapat membentuk garis yang tak terputus, dalam beberapa foto ini menyiratkan bak sinar laser di film-film fiksi ilmiah.
Senjata ini merupakan satu-satunya arsenal senapan mesin yang sumber pasokan tenaganya berasal dari eksternal, alias tidak mengandalkan pada gaya tolak balik ataupun pemuaian gas hasil penembakkan yang dihasilkan peluru yang dipantik. Sokongan sumber tenaga dari luar ini tentu punya sisi positif dan negatif. Positifnya tembakan dapat punya kinerja terkendali pada jenis peluru yang digunakan. Dengan meniadakan tabung gas, detonasi dari peluru ke peluru dapat dilakukan tanpa perlu khawatir pada kegagalan pantik peluru dan tabung gas kotor, yang dapat mempengaruhi kecepatan tembak. Sumber pasokan tenaga berasal dari motor listrik dengan daya 28 volt DC, yang bisa dipasok dari aki atau sistem kelistrikan di dalam platform kendaraan.
Sokongan sumber tenaga eksternal nyatanya juga bisa menjadi titik lemah M134, karena hanya mengandalkan sumber tanaga dari luar, saat pasokan listrik terputus maka senjata ini tak dapat digunakan sama sekali. Masalahnya bagaimana saat menghadapi situasi genting. Putusnya aliran listrik di M134 memang telah berdampak sial bagi pasukan AS di Afghanistan. Kisahnya sekawanan unit Ranger dan SEAL terjebak di pegunungan Thakur Ghar saat heli MH-46 tertembak jatuh di puncak gunung terpencil di Afghanistan. Andaikata M134D dapat difungsikan, maka bisa dipastikan korban jiwa di pihak pasukan khusus AS dapat ditekan.
Dalam salah satu adegen di film Black Hawk Down (2001), diperlihatkan peran M134D Minigun saat berhasil memberi bantuan tembakkan ke pasukan di darat. M134D yang ditempatkan sebagai door gun di helikopter Black Hawk mampu memukul milisi Somalia dengan sapuan tembakan yang dahsyat. Namun juga diperlihatkan prajurit di permukaan yang terkenda dampak hamburan selongsong M134D yang langsung dimuntahkan lewat selang pipa.
M134D bila diibaratkan sebagai enam senjata yang bekerja selaras menjadi satu senjata tunggal. Sosoknya tidak lebih dari dua silinder besar dengan enam laras, ditambah beberapa silinder kecil di kanan dan kirinya. Tidak banyak yang bisa dilihat, karena dibelakang laras seluruh komponen yang ada terbungkus dalam satu receiver. Setiap laras memiliki bolt dan bolt carrier sendiri yang berisi pegas dan pena pemukul. Setiap bolt juga memiliki cam bearing yang mengarahkan bolt di jalur cam di dalam receiver.
M134 juga dilengkapi sistem pengendali tembakan (Fire Control Unit) berbentuk kotak modul. Selain istilah FCU, ada juga yang menyebut GCU (Gun Control Unit) seperti yang terdapat pada M134 besutan Dillon Aero. Jika melihat dua kabel melintang dari kotak di belakang, itulah lakasi FCU. Instrumen lainnya ada lampu indikator yang menandakan apakah M134 siap tembak atau tidak. Untuk menembakkan M134 ada beberapa pilihan opsi, di varian darat bisa disediakan spade grip seperti yang digunakan pada pemasangan SMB (Senapan Mesin Berat) M2HB kaliber 12,7 mm. Atau bisa juga dipasang pada helikopter serbu sebagai door gun. Sementara, M134 juga ada yang dipasang pada platform pod, contohnya pada model SUU-11/A dan MXU-470/A, atau dicantelkan pada pylon, disini tentu saja penembakkan dilakukan oleh pilot yang bertindak sebagai gunner.
Sumber : TSM/IM