Pesawat Wilga atau Gelatik (Pesawat Capung) |
Kebanyakan orang Indonesia menyebut pesawat yang berukuran kecil, apalagi dengan baling-baling, dengan nama pesawat Capung. Begitu tersohornya istilah ini, sampai-sampai pesawat ATR 72 yang dioperasikan beberapa maskapai, seperti Wings Air dan Garuda Indonesia, yang masuk dalam kategori pesawat regional pun disebut pesawat capung. Apa sebenarnya pesawat capung itu?
Menurut literatur sejarah penerbangan Indonesia, pesawat dengan nama Capung sebenarnya tidak ada. Hanya saja, pesawat capung ini merujuk pada pesawat-pesawat generasi pertama yang dibuat 100 persen di Indonesia.
Pesawat generasi pertama dibuat oleh Nurtanio Pringgoadisuryo. Sebelum menempuh pendidikan teknik penerbangan di FEATI (Far Eastern Aero Technical Insitute) Manila, Filipina Nurtanio bersama dengan sahabat seperguruannya Wiweko Soepono sudah pernah merancang pesawat layang, alias glider, yang diberi nama Zogling NWG. NWG sendiri adalah kependekan dari Nurtanio-Wiweko-Glider.
Selepas menempuh pendidikan teknik penerbangan itu, Nurtanio bersama Wiweko Soepono merancang pesawat Sikumbang. Setelah itu, Nurtanio memperoleh lisensi dari PZL Warszawa-Okęcie, sebuah perusahaan pesawat asal Polandia untuk membuat pesawat dengan basis desain pesawat Wilga. Pesawat ini dibuat untuk proyek Depot Penyelidikan, Percobaan, dan Pembuatan AURI, yang kemudian berubah menjadi Lembaga Persiapan Industri Penerbangan (LAPIP). LAPIP sendiri adalah cika bakal terbentuknya PT Dirgantara Indonesia.
Pesawat Wilga ini kemudian diubah namanya menjadi Gelatik. Nah, kelak gelatik inilah pesawat pertama yang disebut dengan pesawat Capung. Disebut demikian karena secara fisik bentuknya memang mirip capung.
Dalam literatur lainnya disebutkan bahwa tidak cuma Gelatik yang disebut sebagai pesawat Capung. Setelah berhasil menerbangkan Gelatik, Nurtanio bersama timnya merancang tiga pesawat latih untuk AURI, yaitu Belalang, Sikunang, dan Kepik. Ketiga pesawat ini juga sering disebut dengan sebutan pesawat Capung di awal berkembangnya industri penerbangan di Indonesia. (Remigius Septian)
Sumber : http://angkasa.co.id/