Pesawat Tempur MiG-29 |
Pesawat tempur Mikoyan MiG-29 (pengkodean NATO: Fulcrum) yang akan diekspor ke Mesir akan dilengkapi dengan perangkat infrared search-and-track (IRST) dan pod peperangan elektronik (electronic warfare - EW) yang canggih, menurut harian Izvestia.
Menurut perwakilan dari kontraktor pertahanan yang turut ambil bagian dalam mengeksekusi kontrak tersebut, MiG-29 Mesir akan dilengkapi dengan IRST OLS-UE terbaru yang tidak hanya mampu mendeteksi pesawat musuh dengan jejak inframerah-nya, tetapi juga mendeteksi ancaman dipermukaan, mendapatkan koordinat-nya dan menunjukkan gambar sasaran pada layar di kokpit.
Selain IRST, MiG-29 yang dipesan oleh Mesir akan dilengkapi dengan targeting pod PPK yang terdiri sistem thermal imager/TV dan pengukur jarak laser yang memungkinkan tidak hanya penggunaan amunisi presisi berpemandu (precision-guided munition - PGM), misalnya bom dan rudal dengan homing head TV atau laser, tetapi juga amunisi 'bodoh' dengan kemungkinan radius kesalahan (circular error probable - CEP) puluhan sentimeter.
OLS-UE dan PPK dikembangkan dan diproduksi oleh perusahaan yang sama, yaitu Precision Instrument Systems, anak perusahaan dari Roscosmos State Corporation.
Armada MiG-29 Angkatan Dirgantara Rusia (RusAF) dilengkapi dengan IRSTs juga, tetapi lebih ditujukan untuk dogfighting, petugas RusAF mengatakan. Menurut sumber, IRST yang dirancang untuk MiG-29 Mesir dapat memberikan citra TV dan IR untuk display di kokpit dan jika perlu, menandai sasaran dengan menggunakan laser rangefinder yang integral yang menciptakan titik laser yang tidak terlihat dengan mata telanjang tapi dapat cukup terlihat untuk memandu senjata presisi berpemandu.
Hal baru lainnya yang akan dipasok ke Mesir adalah sistem electronic countermeasures (ECM) berukuran kecil MSP dari Axel Berg Central Research Institute. MSP mampu mengecoh homing head rudal.
Pengerjaan MSP telah dilakukan cukup lama. MiG Corp pernah menampilkan MiG-29 yang membawa MSP pada hardpoint-nya di pameran udara internasional MAKS di Moskow. Namun hingga kini RusAF belum memesan MSP.
Menurut seorang pakar Anton Lavrov, MiG-29 versi Mesir telah mengubah pesawat tempur lama buatan Soviet menjadi sebuah pesawat multirole yang up-to-date yang mampu bersaing melawan pesawat tempur F-16 Fighting Falcon buatan AS dan JAS 39 Gripen buatan Swedia. Peningkatan yang paling radikal dalam kemampuannya adalah pada akuisisi dan engagement sasaran di darat. Dengan mengusung pod perangkat penglihatan PPK, MiG-29M bahkan akan melampaui mayoritas dari pesawat tempur yang aktif dalam kedinasan RusAF dalam hal ini.
Pada saat yang sama, menurut pakar Andrei Frolov, kontrak Rusia-Mesir ini mirip dengan perjanjian yang ditandatangani Rusia sebelumnya dengan India untuk pesawat tempur Sukhoi Su-30MKI (Flanker-H) dan MiG-29K/KUB (Fulcrum-D). Pada saat itu, India setuju untuk mendanai berbagai upaya penelitian dan pengembangan yang dimaksudkan untuk meningkatkan pesawat Rusia yang akan diakuisisi oleh New Delhi. Pada saat itu, dana dari India sangat bermanfaat bagi Sukhoi untuk meningkatkan Su-30 secara ekstensif dan memperkenalkan solusi terbaru pada pesawat yang hendak diakuisisi. Setelah pesawat tempur berpangkalan kapal induk MiG-29K/KUB selesai dikembangkan untuk Angkatan Laut India, versi modifikasi dari pesawat tempur serupa dibeli oleh Kementerian Pertahanan Rusia. Seperti halnya New Delhi, Kairo tertarik pada pesawat tempur dengan kemampuan maksimal meskipun beberapa sistemnya belum siap.
Menurut Frolov, peralatan IRST dan EW yang dipasang pada MiG-29M yang dipesan oleh Mesir, dapat juga digunakan pada pesawat-pesawat tempur Rusia dikemudian hari.
Kontrak yang diberikan oleh Mesir untuk pesawat MiG-29, menetapkan setidaknya 50 pesawat tempur canggih dengan nilai lebih dari $2 miliar. Wakil Direktur MiG Corp Jenderal Alexei Beskibalov mengatakan pada tanggal 6 Februari tahun ini bahwa perusahaan tersebut akan menyerahkan dua pesawat MiG-29M ke sebuah negara Afrika Utara sebelum akhir tahun 2016, sementara kontrak tersebut rencananya akan seluruhnya dipenuhi sebelum akhir 2020, menurut harian Izvestia.
Sumber : http://airrecognition.com/