AU Afghanistan, Kurang Pilot dan Tanpa Jet Tempur - Radar Militer

07 Desember 2016

AU Afghanistan, Kurang Pilot dan Tanpa Jet Tempur

AU Afghanistan
Super Tucano AU Afghanistan

Sejak Afganistan diinvasi AS pada tahun 2001 berbagai upaya dilakukan pemerintah Afganistan dengan dukungan AS untuk membangun kembali kekuatan udaranya. USAF memberikan bantuan dengan mengerahkan 700 personelnya, baik pria maupun wanita, yang terwadahi dalam 438th Air Expeditionary Wing.
Sementara markas komando NATO di Afganistan, Air Training Command yang berpusat di Kabul juga memberikan pelatihan terhadap para personel AU Afganistan, termasuk membangun gedung skadron, fasilitas rumah sakit dan markas militer dengan mengucurkan dana sebesar 183 juta dollat AS.
Pembangunan kekuatan udara Afghanistan yang disokong oleh USAF dan NATO itu terwujud dalam bentuk kekuatan udara yang terdiri dari 31 unit heli Mi-17 dan 9 unit Mi-35, 12 pesawat transpor yang terdiri dari lima unit Antonov An-32, satu An-26 dan enam unit Alenia C-27.
Pada tahun 2010, kekuatan AU Afganistan bertambah lagi dengan kehadiran empat heli Mi-17 dan dua unit C-27. Tugas heli-heli AU Afganistan adalah untuk mendukung kekuatan tempur pasukan darat yang hingga kini masih berperang melawan pasukan Taliban.
Tapi karena sumber daya personel AU Afganistan masih dalam tahap pengembangan, sebanyak enam unit helikopter jatuh. Akibatnya, sehingga 438th Air Expeditionary Wing harus menambah lagi kekuatan AU Afganistan, khususnya helikopter.
Selain helikopter yang juga berperan untuk melaksanakan misi operasi kemanusian, AU Afganistan masih memiliki pesawat-pesawat transpor, seperti tiga unitBoeing 727, empat unit C-130 Hercules, 17 unit Pilatus PC-12, dan Cessna-208.
Berkat asistensi USAF, hingga tahun 2016 kekuatan udara AU Afganistan terus berkembang, sehingga mampu melaksanakan sejumlah peran, seperti Presidential airlift, air mobility, close air support, evakuasi korban perang, dan pengintaian udara.
Pelatihan personel AU Afganistan, termasuk membangun fasilitas markas juga terus dilakukan sehingga kemampuan tempurnya bisa masuk ke tahap Counter Insurgency (COIN), atau anti gerilya. Kemampuan COIN ini penting mengingat tantangan militer Afganistan kebanyakan adalah melawan para pejuang Taliban yang kerap menerapkan strategi tempur secara gerilya.
Meskipun upaya membangun kekuatan AU Afganistan oleh USAF dan NATO itu terus diupayakan, hingga tahun 2020 nanti kekuatannya masih belum mencapai level ideal. Kondisi untuk mencapai level ideal itu masih sulit dicapai karena dari tahun 2016 hingga 2018 tidak akan ada penambahan pesawat baru.
Menurut Komandan pasukan NATO di Afganistan Jenderal John Campbell, pada tahun 2020 nanti AU Afganistan baru akan menerima pesawat baru, yakni dua unit A-29 Super Tucano dan heli MD-530 lebih dari 50 unit.
Lalu bagaimana kehadiran jet tempur di AU Afganistan? Sama sekali belum ada kejelasan.
Pasalnya, untuk menerbangkan helikopter saja, AU Afganistan masih kekurangan pilot dan teknisi. Hingga saat ini Afganistan belum memiliki pilot jet tempur. Padahal di kisaran tahun 1980 hingga 1990, semasa masih di bawah kolonialisme Uni Soviet, AU Afganistan pernah berjaya dan memiliki ratusan jet tempur, seperti 90 unit MiG-17, 45 MiG-21, 60 unit Su-7 dan Su-17. (Agustinus Winardi)
Sumber : http://angkasa.co.id/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb