Proyektil Pindad .338 Sniper, Sanggup Melesat 1,5 Km dan Jebol Rompi Anti Peluru Berlapis - Radar Militer

24 Juli 2017

Proyektil Pindad .338 Sniper, Sanggup Melesat 1,5 Km dan Jebol Rompi Anti Peluru Berlapis

Proyektil Pindad .338
Proyektil Pindad .338 

Pembaca yang dibesarkan dalam generasi game komputer online Counter Strike dan sekarang CS:GO pasti tahu jenis senapan runduk (sniper rifle) Arctic Warface Magnum alias AWM. Senapan runduk termahal ini begitu mematikan, karena tipe peluru .338 Lapua Magnum yang digunakannya. Banyak pasukan khusus dan reguler dari negara seperti Inggris, Israel, Belanda, dan Jerman menggunakannya.
Peluru .338 Lapua Magnum sendiri tergolong peluru baru, karena lahir pada dekade 1980an tepatnya pada 1982. Adalah perusahaan bernama Research Armament Industries (RAI) yang berminat untuk membuat sebuah peluru spesial untuk senapan runduk yang mampu melintas lurus dan menjangkau jarak 1,5 kilometer.
Tuntutan lainnya adalah peluru tersebut harus mampu menembus lima lapis rompi anti peluru berbahan kevlar (soft armor), atau menjebol pelat anti peluru SAPI Level III dari jarak 1.000 meter, sesuatu yang tidak bisa dipastikan oleh peluru seperti .308 M118LR yang digunakan Korp Marinir AS.
RAI sendiri sudah berpengalaman membuat senapan runduk untuk pasukan khusus AS, Green Beret. Senapan yang mereka buat, RAI 500, adalah senapan kaliber 12,7mm pertama yang masuk dinas operasional. Walaupun jangkauannya jauh, tetapi operator mengeluhkan hentakan yang besar dan bobot peluru 12,7mm yang harus dibawa. Dan pada masa itu, juga belum ada peluru 12,7mm khusus untuk tembak runduk.
RAI kemudian melakukan riset mendalam, termasuk membuat kelongsong khusus karena AD AS menginginkan proyektil Lapua buatan Finlandia untuk peluru baru tersebut. Akhirnya setelah RAI mengontak langsung perusahaan Lapua, lahirlah purwarupa bernama B408. Peluru ini memenangkan kompetisi tembak jarak 1.000 meter di AL AS.
Anehnya, AD AS ternyata menolak B408 dan RAI pun meninggalkannya karena sibuk dengan RAI 500. Perusahaan Lapua meneruskan proyek ini dan menyempurnakannya, mengubah sebutannya menjadi .338 Lapua Magnum.
Lapua memodifikasi B408 dengan memperpendek kelongsong tetapi meningkatkan kekuatannya sehingga mampu menahan tekanan ledakan mesiu yang lebih besar, lebih dari 4.000 bar. Primer atau pemantik khusus tipe Magnum dipasang untuk memastikan pembakaran mesiu yang cepat dan sempurna.
Lapua kemudian mengontak perusahaan Accuracy International yang saat itu masih muda, dan kedua perusahaan sepakat membuat senapan AWM yang sudah disebutkan pertama. Senapan ini, yang kemudian distandarisasi sebagai L115A3 di dalam militer Inggris, berhasil mencatatkan rekor tembakan terjauh 2.475 meter yang dipegang oleh Kopral Craig Harisson, lebih jauh 1.000 meter dari desain awalnya.
PT. Pindad sendiri, melalui Divisi Munisi mulai melakukan produksi awal peluru .338 Lapua Magnum setelah melihat tren bahwa seluruh kesatuan khusus TNI seperti Kopassus, Kopaska, atau Paskhas, mulai mengadopsi senapan runduk Accuracy International AX338 yang menggunakan peluru khusus ini.
Artinya, terdapat kebutuhan secara terus-menerus untuk logistik peluru, dan untuk mencegah embargo, artinya PT.Pindad harus memanggul tugas tersebut. Pembuatan peluru ini sekaligus juga dipersiapkan untuk mendampingi senapan runduk Pindad yang baru, tentatif disebut SPR-4, yang akan menggunakan peluru .338 Lapua Magnum.
Spesifikasi peluru .338 Lapua Magnum yang dibuat Pindad adalah menggunakan tipe HPBT (Hollow Point Boat Tail) dengan kepala proyektil berongga dan ekor berbentuk seperti buritan kapal untuk stabilitas dan akurasi. Peluru ini memiliki kecepatan 880m/detik, bobot proyektil 250 grain atau 16,2 gram, dan energi pada titik lesat pertama sebesar 6.525 joule. Peluru buatan Pindad ini juga memiliki performa setara peluru .338 Lapua Magnum buatan Winchester dan Lapua Finlandia.
Saat ini peluru tersebut tengah masuk dalam proses sertifikasi internal sehingga belum memiliki kode nama peluru. Kita harapkan proses tersebut berjalan lancar sehingga TNI dan Polri tidak lagi memiliki ketergantungan pada peluru asing. (Aryo Nugroho)
Sumber : https://c.uctalks.ucweb.com/personal/index/5b06b80848d544f1bc567558ff4e8b19?uc_param_str=dnvebichfrmintcpwidsudsvnwpflameefut&stat_entry=detail&stat_second_entry=intro

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb