![]() |
Peluncur Rudal Berbasis Kereta Api |
Rusia tampaknya siap untuk membangun dua senjata perang yang mengerikan: sebuah rudal balistik 100 ton yang dapat menghancurkan negara dan sebuah kereta api yang dapat membawa dan menembakkan enam rudal nuklir. Begitu bunyi laporan media milik Partai Komunis Rusia, Pravda.
"Rudal dan kereta api pada tingkat kesiapan mutlak industri untuk implementasinya, jika keputusan yang relevan dibuat untuk memasukkan proyek dalam program persenjataan negara," ujar Wakil Perdana Menteri Rusia Dmitry Rogozin seperti disadur Business Insider dari Pravda, Rabu (12/7/2017).
Rudal nuklir RS-28 Sarmat yang berkapasitas 100 ton, atau "Satan 2" seperti yang disebut NATO, dilaporkan memiliki 10 hulu ledak dan mampu menghancurkan sebuah negara seukuran Prancis. Satan 2 adalah versi terbaru dari RS-36M, yang oleh NATO disebut "Satan" di tahun 70-an.
Namun produksinya telah ditunda sejak 2014. Kementerian Pertahanan Rusia juga mengatakan pekan lalu bahwa pihaknya tidak akan mengujinya sampai akhir 2017.
Sementara di sisi lain, kereta Barguzin akan terlihat seperti kereta penumpang yang dapat menempuh jarak 1.500 mil per hari. Kereta ini juga mampu menahan hingga enam 55-ton RS-24 Yars thermonuclear ICBM. Kereta Barguzin juga merupakan pembaruan dari desain kereta Soviet yang hanya membawa tiga rudal antar benua (ICBM) nuklir.
Rusia berencana untuk menguji ICBM dari kereta Barguzin pada tahun 2019, seperti dilaporkan The National Interest pada bulan Maret.
Amerika Serkat (AS) mempertimbangkan untuk menempatkan nuklir di kereta pada tahun 1980-an, namun kemudian membatalkan gagasan tersebut. Kereta nuklir bermanfaat karena mobile dan sulit ditemukan.
Namun, studi RAND 2014 mengatakan bahwa ada kekurangan kereta nuklir. Perkeretaapian bisa diblokir oleh salju, dan musuh hanya perlu mengintai kereta api untuk menemukan kereta. Juga, sekali ditemukan, mereka lebih mudah untuk dibawa keluar.
"Sistem mobile yang bergantung pada jalan atau jalur kereta api yang terlihat melalui gambar di atas memungkinkan penyusutan area target secara signifikan dan secara signifikan dapat menurunkan jumlah rudal yang dibutuhkan untuk menabrak sistem mobile," tulis RAND.
Rusia saat ini memiliki sekitar 7.000 senjata nuklir, sementara AS memiliki sekitar 6.800.
Sumber : https://www.sindonews.com/