Gripen vs Viper, Medan Pertempuran Berikutnya di Kurusetra - Radar Militer

01 Agustus 2017

Gripen vs Viper, Medan Pertempuran Berikutnya di Kurusetra

Viper
Viper 

Menarik memang melihat bagaimana dunia berputar 180 derajat. Pada masa Perang Dingin, begitu sulit melihat negara yang hendak memiliki jet tempur canggih untuk mendekati negara produsen. Di hari-hari ini, anda akan melihat beragam pabrikan pesawat tempur datang dan menawarkan produknya, bahkan membuat eksposisi di depan publik.
Indonesia contohnya. Dassault, konsorsium Eurofighter-Airbus, Lockhed Martin, dan SAAB semuanya sudah pernah mampir ke Jakarta dan menampilkan ragam produknya. Sebagian malah sudah pernah membuat eksposisi di depan publik demi merebut hati masyarakat pembayar pajak.
Namun tidak ada pasar yang lebih menarik dibandingkan dengan India. Negara besar asal epos Mahabarata tersebut memiliki skadron aktif jet tempur sebanyak 45 skadron, mungkin terbanyak sesudah Amerika Serikat, China, dan Rusia. Namun dari sekian banyak skadron tersebut, mayoritas diisi pesawat tua seperti MiG-21 Bison yang butuh pengganti.
Faktanya, dari 45 skadron udara tersebut, sebanyak 20-an skadron diantaranya kesiapannya cukup rendah, mengingat faktor keselamatan sepertinya nomor dua di AU India, ditandai dengan banyaknya pesawat tempur yang jatuh. Artinya ada kebutuhan antara 250-270 pesawat tempur baru. 36 unit sudah dipenuhi oleh Dassault Rafale, dan 123 unit oleh Tejas MkI. Berarti masih ada 100an unit pesawat tempur ringan lagi yang dibutuhkan.
Porsi inilah yang diincar secara jeli oleh pabrikan dunia. Walaupun kompetisi MMRCA (Medium Multi Role Combat Aircraft) terakhir dibatalkan pada 2012 lalu karena tidak ada pemenang definitif, naga-naganya AU India akan mengulang lagi program pengadaan pesawat tempur MMRCA tersebut.
Nah, program MMRCA India akan dilakukan melalui evaluasi terbatas, yang akan mempertemukan antara Lockheed Martin F-16IN dan SAAB Gripen-E/F. Tawaran F-16IN dari Lockheed Martin didasarkan pada F-16V Block 70, yang dijanjikan 100% akan diproduksi dalam inisiatif Make In India dari PM Narendra Modi.
Untuk menunjukkan minatnya yang serius, Lockheed Martin bahkan sudah menandatangani perjanjian kerjasama dengan perusahaan konglomerasi Tata Advanced Systems dalam even Paris Airshow 2017 untuk rencana memindahkan fasilitas produksinya dari Texas ke India. Tidak hanya memproduksi untuk kebutuhan dalam negeri, Lockheed Martin bahkan sesumbar bahwa pesanan ekspor baru untuk F-16 akan diproduksi di India.
Selain produksi, India kelak juga akan ditunjuk untuk menjadi OEM Service Centre untuk perbaikan atau peningkatan kemampuan dari F-16, sehingga menambah layanan purna jual dari elang penempur yang usianya mendekati setengah abad di udara tersebut. Bisa jadi TNI AU kelak akan melakukan perawatan besar F-16nya di India, apabila memang kemudian India jadi memilih F-16IN.
Sementara itu, SAAB yang dalam kompetisi MMRCA terakhir terlempar dari persaingan karena ketidaksiapan radar AESA, kini sudah punya jawara dalam bentuk Gripen-E/F yang dilengkapi radar Leonardo/ Selex ES-05 Raven dan sudah melakukan terbang perdana. SAAB menjanjikan produksi sebagian di India dan transfer teknologi khususnya dalam membantu pengembangan Tejas MK.2 untuk AL India.
Menarik memang melihat persaingan F-16IN versus SAAB Gripen E/F yang bak menyaksikan laga para ksatria di medan peperangan Kurusetra. Namun yang paling sulit sebenarnya adalah integrasi. India diketahui senang sekali mengintegrasikan avionik buatannya ke seluruh pesawat tempur yang dimilikinya, entah buatan Rusia ataupun Eropa. Hal ini yang seringkali membuat fase pengembangan menjadi lama, karena keharusan melakukan integrasi dan sertifikasi ulang. (Aryo Nugroho)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb