Pesawat Tempur T-50 PAK FA Rusia |
Selama dua dekade, Amerika Serikat begitu mendominasi teknologi lapisan RAM (Radar Absorbent Material) atau bahan penyerap radar untuk membuat pesawat tak kasat radar (stealth) seperti pembom F-117 dan B-2 'menghilang' dari tangkapan radar karena gelombang radar yang dipantulkan oleh bentuk yang efisien serta diserap oleh lapisan khusus tadi. Walaupun canggih, lapisan ini mahal dan harus diaplikasikan berulangkali karena tidak tahan suhu panas dan kelembapan, sehingga pesawat tempur dan pembom stealth AU AS harus dicat berulangkali.
Pelan tapi pasti, Rusia sebagai pesaingnya mulai menguasai teknologi material sintetik untuk membuat lapisan RAM tersebut. Selama Perang Dingin, pesawat tempur Blok Timur dikenal karena penggunaan material ringan seperti titanium (titanal) atau duralumin yang tahan panas tinggi, tetapi untuk material stealth belum banyak yang bisa dilakukan.
Nah, untuk penempur generasi kelima T-50 Pak Fa yang digadang akan mampu menyaingi F-22 Raptor milik AU AS, desainernya punya racikan bahan khusus yang dijanjikan akan memberikan lapisan penyerap radar untuk T-50 yang desainnya termasuk radikal tersebut. Sang desainer Alexander Davidenko menyatakan bahwa RCS (Radar Cross Section) dari T-50 sama dengan objek terbang sebesar 50x100cm.
Hal ini berkat digunakannya bahan dan material komposit, dimana 70% dari komponen yang menyusun fuselage T-50 terbuat dari material komposit. Dibandingkan dengan Su-30MK2 yang dimiliki TNI AU misalnya, area reflektif T-50 40 kali lebih kecil, sehingga lebih sukar terdeteksi oleh sistem radar terutama pada jarak yang jauh. Hal ini memungkinkan T-50 untuk melakukan pendadakan sempurna dan meninggalkan area lawan sebelum musuh sempat bereaksi.
Nah, rahasia materi yang digunakan oleh T-50 untuk menyerap gelombang radar tersebut adalah material komposit dari bahan plastik sintetik, yang disintesa dari batu bara. Teknologi pembuatan plastik polietilen tersebut dinamai MTO (Methanol to Olefins) yang kini banyak digunakan oleh negara-negara maju dan dianggap optimal dan lebih murah dibandingkan mengolah biji plastik dengan metode konvensional.
Sudah tentu, komposisi hasil akhir plastik komposit untuk material stealth yang digunakan oleh T-50 adalah rahasia perusahaan, kalau dibocorkan tentu keunggulan T-50 akan hilang.
Yang jelas, pabrik riset T-50 di Ulan-Ude sudah mulai melaksanakan uji terbang purwarupa TVS-2-DTS yang hampir seluruhnya menggunakan material komposit. Akankah Rusia membuktikan klaimnya bahwa T-50 akan benar-benar memiliki fitur stealth yang bisa menyaingi pesawat tempur Barat? Hanya waktu yang akan membuktikannya. Apalagi, rencananya AU Rusia sudah akan menerima T-50 pertamanya pada akhir 2017, walaupun estimasi ini kelihatannya akan mundur, dengan mempertimbangkan kemajuan pengujian Sukhoi T-50 itu sendiri. (Aryo Nugroho)