Tank Abrams |
Amerika Serikat berharap bahwa pemerintahan Irak yang baru bisa mandiri berdikari dalam hal pertahanan dan keamanan. Tidak heran bahwa AS memberikan sekian banyak alutsista canggih mulai dari tank M1A1 Abrams, pesawat tempur F-16IQ, helikopter, dan panser seperti Commando Select. AS begitu bermurah hati memberi fasilitas kredit untuk alutsista, ke Indonesia dan TNI saja tak pernah sebesar ke Irak.
Namun harapan AS tinggallah pepesan kosong. Bukannya mengoperasikan senjata bantuan itu dengan baik, pemerintah Irak malah menghibahkan dua dari tank Abrams itu ke kelompok milisi Hashd al-Sha'abi yang saat ini terafiliasi dengan pemerintah. Kelompok ini sendiri terdiri dari lebih dari 40 kelompok bersenjata lainnya dengan jumlah 100.000 milisi.
Pemerintah Irak sendiri menganggap Hashd al-Sha'abi sebagai milisi resmi yang tak terpisahkan dari struktur militer Irak. Milisi itu dianggap sebagai garda lokal yang menerima gaji dan bahkan pensiun dari Pemerintah Irak. Para milisi ini sendiri terlibat dalam pembebasan kota Mosul dari tangan ISIS.
Langkah gegabah militer Irak ini merupakan pelanggaran berat atas perjanjian kontrak antara AS dengan Irak. Perusahaan General Dynamics yang seharusnya menyediakan depot perbaikan di pangkalan udara Al-Muthanna ditarik mundur pada Desember 2017. Hal ini menyebabkan 60 dari total 140 tank Abrams Irak yang rusak saat penyerbuan ke Mosul tidak bisa diperbaiki.
Pemerintah Irak sendiri kini kalang kabut untuk menarik kembali dua tank yang sudah terlanjur dipakai milisi itu. Satu sudah berhasil ditarik dari Propinsi Daeshin Anbar, dan satu lagi hendak ditarik dengan tenggat waktu Februari, seperti dikutip dari Defense World (28/1). General Dynamics sendiri belum mengirim kembali teknisinya ke Irak.
Dengan 'hibah' tank Abrams ke milisi, tidak ada jaminan bahwa sistem yang terpasang di dalam Abrams itu tidak bocor ke tangan pihak lain seperti Rusia yang tentunya akan sangat tertarik pada sistem elektronik pada tank Abrams. (Aryo Nugroho)
Sumber : http://c.uctalks.ucweb.com