Story : HMAS Kanimbla (L51) Kapal Perang Milik AL Australia yang Hampir Ditorpedo Kapal Selam KRI Cakra-401 TNI AL - Radar Militer

27 April 2018

Story : HMAS Kanimbla (L51) Kapal Perang Milik AL Australia yang Hampir Ditorpedo Kapal Selam KRI Cakra-401 TNI AL

KRI Cakra-401
KRI Cakra-401  

Ketika konflik di Timor-Timur (Timtim) sedang memanas dan sudah dipastikan akan lepas dari Indonesia karena Pro Integrasi kalah dalam jajak pendapat (Referendum) dengan Pro Kemerdekaan, suasana semakin diperkeruh oleh campur tangan Australia.
Bagaimana tidak, Australia mulai ikut campur dengan mengirimkan pasukannya melalui resolusi PBB yang tergabung dalam misi multinasional International Force for East Timor (INTERFET).
Australia menjadi penyumbang pasukan terbanyak dalam misi multinasional tersebut.
INTERFET saat itu bertugas menjaga serta mengatasi krisis keamanan dan kemanusiaan di Timor Timur pada tahun 1999-2000.
Perlu diketahui, disana juga ada pasukan TNI yang bisa saja sewaktu-waktu terjadi singgungan dengan INTERFET jika tak ada koordinasi dalam menjalankan tugas masing-masing.
Itu baru didarat, beda cerita jika di laut.
Saat itu salah satu kapal selam KRI Cakra-401 milik TNI AL Tipe U 209 buatan Jerman sedang melaksanakan patroli di laut Timor.
Namun awak sonar KS memergoki noise suara baling-baling kapal asing bergerak mendekat kearah Timor-timur.
KRI Cakra-401 milik Angkatan Laut Indonesia itu segera mendekati secara diam-diam menuju arah suara baling-baling kapal asing tersebut.
Ketika jarak semakin dekat baru diketahui suara baling-baling itu berasal dari kapal permukaan, bukan kapal selam.
Perlahan-lahan KRI Cakra-401 naik ke kedalaman periskop.
Lalu tampaklah iring-iringan kapal perang yang salah satunya jenis Landing Platform Amphibious (LPA) HMAS Kanimbla (L51) milik Australia dikawal oleh dua kapal Fregat tempur milik Selandia Baru.
Ketiga kapal itu masuk teritori laut negara Indonesia tanpa izin untuk menuju Dili.
Karena dianggap melanggar hukum internasional, KRI Cakra-401 segera melakukan penindakan.
KRI Cakra-401 bergerak lebih agar ketiga kapal itu masuk dalam jangkauan serangan point blank range torpedo.
Lantas disiapkanlah torpedo untuk menenggelamkan HMAS Kanimbla (L51) dan kedua frigat itu.
Akan tetapi kedua kapal frigat segera mendeteksi adanya kapal selam yang tengah mendekat, namun mereka tidak mengetahui dimana persisnya kapal selam itu berada.
Frigat pengawal HMAS Kanimbla (L51) pun juga sudah siap dalam peran tempur untuk menghadapi serangan KRI Cakra-401.
Komandan HMAS Kanimbla (L51) langsung keder mengetahui kapalnya akan ditenggelamkan dengan tembakan torpedo.
Ia segera menjalin komunikasi kepada pemerintah Australia atas kejadian menegangkan yang sedang dialami mereka.
Mengetahui hal itu Canberra segera mengontak Jakarta agar 'menetralisir' keadaan di laut Timor itu dan meminta izin berlayar menuju Dili bagi ketiga kapal perang tersebut.
Sesudah itu maka KRI Cakra-401 diperintahkan agar tidak menghalangi iring-iringan konvoi tersebut ke Dili karena sudah ada keterangan dari pihak Australia kepada Indonesia.
Sesuai perintah, U 209 kemudian keluar ke permukaan air dan terus membayang-bayangi HMAS Kanimbla (L51) seperti Hiu sedang mengintai mangsanya untuk diserang.
HMAS Kanimbla (L51) dan kedua fregat itu terus dibayang-bayangi oleh KRI Cakra-401, jaga-jaga saja agar ketiga kapal perang tersebut tidak melakukan tindakan provokatif lagi sampai akhirnya merapat ke Dili.
Kejadian ini membuat pemerintah Australia menjadi segan dan menghargai keberanian awak KRI Cakra-401 Indonesia. (Putra Dewangga Candra Seta)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb