Pesawat Tempur TNI AU Terpaksa Masuk Museum Gara-Gara "Ulah Temannya" - Radar Militer

01 Mei 2018

Pesawat Tempur TNI AU Terpaksa Masuk Museum Gara-Gara "Ulah Temannya"

 OV-10 Bronco
 OV-10 Bronco 

Jika kita berkunjung ke sejumlah museum TNI AU, misalnya Museum Pusat Dirgantara Mandala di komplek Lanud Adi Sutjipto, Yogykarta untuk melihat-lihat berbagai pesawat tempur yang dipajang, umumnya masih terlihat bagus-bagus.
Di tahun 2018 umumnya pesawat-pesawat tempur atau pesawat transpor yang dipajang oleh TNI AU di sejumlah museum memang tampak lebih kinclong karena dicat seperti baru dan setiap komponennya juga dibersihkan.
Penampilan sejumlah museum TNI AU banyak mengalami perubahan ketika TNI AU dipimpin oleh Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) Marsekal TNI Hadi Tjahjanto (2017) yang kemudian menjabat Panglima TNI.
Sebagai museum yang bisa digunakan untuk mengenal sejarah dan beragam teknologi pesawat yang dimiliki TNI AU, para pengunjung memang akan lebih antusias untuk mendatangi sejumlah museum TNI AU jika isi museum disajikan secara menarik.
Pasalnya selama ini kesan museum hanya merupakan tempat memajang ‘benda-benda kuno’ sehingga kurang menarik minat para pengunjung terutama dari generasi millenial yang sangat mendambakan teknologi dan barang serba baru.
Tapi sesungguhnya pesawat-pesawat yang dipajang di berbagai museum TNI AU bukan hanya pesawat-pesawat model lama yang ketika dimasukkan ke museum sudah tidak dapat terbang lagi.
Pasalnya beberapa pesawat tempur TNI AU yang ‘terpaksa’ masuk museum padahal secara teknis masih laik terbang dan bisa digunakan untuk bertempur.
Misalnya, pesawat tempur jenis OV-10 Bronco dan A-4 Skyhawk yang merupakan jet tempur multi fungsi dan bisa membawa aneka bom.
Ketika masuk museum kedua jenis pesawat itu digolongkan sebagai pesawat tempur yang sudah aging atau berusia tua. Padahal baik Bronco maupun Skyhawk berkat perawatan dan modifikasi oleh TNI AU masih memiliki sisa ribuan jam terbang dan laik terbang.
Namun kedua jenis pesawat itu terpaksa dimuseumkan karena salah satu ‘temannya’ mengalami kecelakaan dan dari hasil investigasi dinyatakan harus digrounded.
Dalam dunia penerbangan termasuk penerbangan militer ketika salah satu pesawat dinyatakan grounded karena masalah teknis maka pesawat lainnya yang masih sejenis juga harus digrounded untuk diperiksa secara detail.
Jika hasil investasi menyatakan semua pesawat harus digrounded karena alasan usia pesawat sudah tua atau karena tidak ada suku cadang lagi, semua pesawat akhirnya harus masuk museum.
Dengan keputusan dari hasil investigasi yang bersifat menyeluruh itu maka pesawat yang sebenarnya masih bisa terbang dan bertempur pun ‘terpaksa’ masuk ke museum untuk selama-lamanya.
Pada dasarnya sejumlah pesawat yang sebenarnya masih bisa terbang itu, seiring jalannya waktu memang akan menjadi pesawat tua yang tidak bisa terbang lagi.
Kecuali ada usaha untuk menghidupkan lagi melalui proyek restorasi tapi harus dengan dukungan dana yang sangat besar. (Agustinus Winardi)
Sumber : Intisari

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb