Su-57 |
Sebagai negara penyumbang investasi dan riset pesawat siluman F-35 sekaligus anggota NATO dan sekutu AS di kawasan Timur Tengah, Turki memang berhak mendapat jatah sekitar 100 unit pesawat tempur generasi ke-5, F-35 Lightning II yang dibuat di pabrik Lockheed Martin AS.
Turki sendiri merasa kecewa berat setelah upaya memiliki jet tempur Siluman F-35 dari AS yang tinggal dikirim tenyata dibatalkan sepihak oleh Kongres AS dan Pentagon.
Awal mulanya Turki berniat membeli sistem pertahanan rudal S-400 dari Rusia setelah ditolak ingin membeli rudal Patriot buatan AS. Hubungan AS-Turki akhirnya memanas dan berakibat pada penghentian pengiriman F-35 ke Turki.
Keinginan Turki untuk memiliki F-35 sebenarnya membuat gusar sekutu AS di Timur Tengah (Israel) terlepas dari pembelian sistem pertahanan udara S-400 dari Rusia.
Pasalnya Turki dikhawatirkan akan menyaingi superioritas udara Israel di kawasan Timur Tengah dan negara-negara di Eropa Timur.
Turki bahkan bukan hanya ingin menyaingi Israel dalam soal kekuatan udara tapi juga ingin menggempur Israel.
Selain itu, rupanya Turki di bawah pemerintahan Presiden Recep Tayyip Erdogan, nampaknya sudah mulai bosan untuk bersekutu dengan NATO dan AS karena sering dirugikan.
Salah satu ulah AS yang membuat Presiden Erdogan marah besar adalah keterlibatan AS yang melnyokong pembrontak Kurdi dan melindungi pentolan tokoh kudeta dalam aksi untuk menggulingkan kekuasaan Erdogan pada tahun 2016. AS sendiri sampai saat ini memiliki pangkalan militer di Incirlik, Turki.
Setelah peristiwa itu kini Turki justru makin akrab dengan Rusia yang dalam konflik di Suriah sama-sama menggempur teroris ISIS.
Langkah Turki memutuskan membeli sejumlah rudal-rudal S-400 Rusia, tentu saja mengejutkan AS dan NATO karena manuver Erdogan itu mencerminkan tindakan yang ‘mbalelo’.
Pasalnya sebagai anggota NATO dan sekutu AS, Turki memang dilarang keras membeli persenjataan dari Rusia, negara yang justru sedang diembargo ekonomi oleh AS dan sekutunya.
Rusia diembargo ekonomi oleh AS dan sekutunya karena menguasai wilayah Krimea (2014) secara tidak sah menurut Barat dan Ukraina.
Turki yang berang terhadap ulah AS karena menghentikan pengiriman F-35, telah membuat Turki melangkah lebih jauh dalam hubungannya dengan pihak lain yakni Rusia.
Pada akhir bulan Juli 2018, Turki dan Rusia malah sudah sepakat untuk membangun kerja sama militer. Khususnya untuk memproduksi jet-jet tempur siluman secara bersama.
Langkah Presiden Erdogan untuk bekerja sama memproduksi pesawat siluman dengan Rusia tentu akan membuat AS dan NATO makin berang.
Pasalnya Presiden Erdogan seperti sudah tidak mau tergantung lagi dalam soal kepemilikan persenjataan dengan NATO dan AS.
Turki bahkan menekankan demi memperkuat pertahanan nasionalnya, program kerja sama untuk memproduksi pesawat siluman juga akan melibatkan China.
Sikap Presiden Erdogan itu jelas membuat hubungan dengan AS-NATO makin merenggang dan tinggal menunggu waktu saja kapan untuk ‘bercerai’ dari NATO. (AW)
Sumber : http://time.com/