Tawaran F-16 Untuk Filipina |
Presiden Filipina, Rodrigo Duterte, menyalahkan Amerika Serikat (AS) karena mencoba menghambat modernisasi tentara negaranya dan mengkritik tindakan kerasnya terhadap obat-obatan terlarang.
Duterte kemudian menyebut tawaran kepala pertahanan dan pejabat AS lainnya untuk membeli jet tempur F-16 sebagai tawaran tidak berguna. Para pejabat AS tersebut beralasan Filipina membutuhkan pesawat yang lebih ringan untuk memerangi gerilyawan.
Presiden Filipina itu merujuk pada surat yang ia terima sebelumnya dari Menteri Pertahanan AS James Mattis, Menteri Luar Negeri Mike Pompeo dan Menteri Perdagangan Wilbur Ross.
"Yang saya butuhkan hanyalah pesawat yang digerakkan oleh baling-baling untuk anti-pemberontakan. Kami tidak memerlukan F-16 dan mereka mengayun-ayunkan di depan kami setelah mereka menghina kami," kata Duterte dalam pidato yang disiarkan televisi di sebuah upacara militer yang menandai peringatan Komando Mindanao Timur di Kota Davao.
Duterte juga menggambarkan surat itu sebagai upaya Washington untuk menyenangkan Filipina setelah sebelumnya memberikan hantaman kepada pemerintahannya. Sambil mengakui hubungan khusus antara AS dan Filipina, Duterte mengatakan ia sulit menemukan istilah teman untuk hubungan kedua negara.
“Sulit bagimu untuk mengatakan kita adalah teman. Kami adalah teman tetapi ingat kami berteman karena Anda menjadikan kami sebagai koloni beberapa tahun yang lalu. Itu bukan persahabatan yang dikehendaki," ujarnya seperti dikutip dari Sputnik, Jumat (24/8/2018).
Duterte mengulangi kekesalannya terhadap AS, termasuk penolakan untuk mengirim sekitar 23.000 senapan untuk polisi Filipina. Itu terjadi setelah beberapa anggota parlemen AS mengangkat keprihatinan atas tindakan keras polisi terhadap obat-obatan terlarang.
Sebelumnya, Duterte mencerca Asisten Menteri Pertahanan AS untuk Keamanan Asia dan Pasifik, Randall Schriver, yang memperingatkan Manila untuk tidak membeli perangkat keras militer dari Rusia.
Ia membuat pernyataan di tengah laporan media bahwa Moskow telah menawarkan bantuan kepada pemerintah Filipina dalam pembelian kapal selam Rusia dan bahwa Manila sedang mempertimbangkan proposal tersebut.
Selama kunjungan ke Rusia pada 2017, Presiden Duterte menyatakan minatnya pada senjata canggih Rusia, termasuk helikopter, pesawat, serta senjata berpanduan presisi untuk membantu memerangi ancaman terorisme. (iBerlianto)
Sumber : https://www.sindonews.com/