![]() |
Sukhoi Su-27/30 |
Salah satu matra penting yang sedang dikembangkuatkan dalam program modernisasi militer Indonesia adalah tentara langitnya. Angkatan udara sebuah negara memegang peran kunci dalam pertempuran teknologi tinggi sekaligus menggambarkan hebatnya marwah sebuah negara. Dalam kondisi damai kehebatan angkatan udara yang dimiliki sebuah negara menjadi kewibaan yang pantas disegani.
Saat ini kekuatan angkatan udara kita ditopang oleh 16 jet tempur Sukhoi Su-27/30, 34 jet tempur F-16A/B C/D, 33 jet tempur Hawk Mk.100/200, 15 jet latih tempur T50i dan 15 pesawat CoIN EMB-314 Super Tucano. Kekuatan yang dimiliki saat ini hanya bisa dikalahkan ketika masa Dwikora dan selama pemerintahan Orde Baru kekuatan sebesar ini tidak pernah tercapai. Artinya inilah kekuatan terbesar yang pernah kita miliki setelah era Dwikora.
Perolehan kekuatan pukul tentara langit ini patut kita syukuri namun untuk mendapatkan keperluan penjagaan teritori dirgantara negeri ini, jumlah itu sesungguhnya belum memadai. Maka rencana kedatangan alutsista strategis 11 jet tempur canggih Sukhoi Su-35 mulai tahun depan lengkap dengan persenjataannya adalah sebuah penantian yang sangat dtunggu dan dirindukan.
Harus diakui kehadiran jet tempur Sukhoi Su-35 memberikan angin segar yang membanggakan. Karena alutsista canggih ini akan menempatkan Indonesia setara dengan kekuatan yang ada di kawasan setidaknya dari sudut pandang teknologi. China sudah memiliki Su-35, Australia dan selanjutnya Singapura akan mendapatkan F-35.
Kemudian penempatan Su-35 di Iswahyudi AFB utamanya adalah untuk melindungi pulau Jawa sebagai pulau paling utama dan sebagai jantung Indonesia. Disamping itu posisinya yang berada di tengah selatan negeri kepulauan ini mampu menjangkau seluruh sudut teritori negeri. Sangat dimungkinkan jumlah Su-35 akan ditambah 5 unit lagi sehingga menjadi kekuatan 1 skadron penuh.
Dalam perkembangan terakhir isian alutsista TNI AU selain jet tempur Su-35 akan segera diisi dengan 5 pesawat angkut berat Hercules type J, 2 skadron jet tempur F-16 Viper, 2 unit jet tanker, 2 unit AWACS, 4 unit pesawat amfibi, 16 unit UAV, 6 unit radar. Pemenuhan ini diyakini akan dapat terpenuhi dalam 4 tahun ke depan.
Peta jalan pertumbuhan kekuatan angkatan udara kita perlu kita sambut hangat. Proyeksi kekuatan yang direncanakan dan dipublikasikan akan memberikan pesan kuat kepada kita bahwa TNI AU ingin mendapatkan postur kekuatan dengan dukungan semua pihak. Kasus pengadaan helikopter AW-101 beberapa waktu lalu memberikan pelajaran penting dan pahit pada TNI AU.
Infrastruktur untuk menampung jet tempur yang singgah dan menginap sudah tersedia di Medan, Batam, Natuna, Tarakan, Manado, Biak dan Kupang. Misalnya untuk patroli udara skadron F-16 dari Pekanbaru ke Natuna bisa singgah di Batam. Natuna, Biak dan Kupang adalah proyeksi terkuat penempatan lokasi skadron jet tempur TNI AU dalam waktu dekat. Sudah dibentuk Koopsau III di Biak sebagai bagian memperkuat payung kekuatan udara kita di Timur.
Sembari mempersiapkan itu semua yang paling utama adalah menyediakan SDM Airmanship yang profesional. Karena seluruh airmanship berada pada lingkaran teknologi terkini yang harus terus diperbaharui kapabilitas dan kualitasnya. Kekuatan dan keunggulan angkatan udara ada di alutsista dan teknologinya. Maka personil yang menanganinya haruslah orang yang cerdas dan profesional.
Sudah saatnya kita memiliki kekuatan angkatan udara yang sepadan dengan luasnya wilayah teritori negeri ini. Dan karena membangun kekuatan tentara langit membutuhkan anggaran investasi besar maka pentahapan sesuai urgensinya sangat diperlukan. Kita perlu pesawat AWACS, kita perlu pesawat tanker, kita perlu radar juga UAV maka paket-paket ini menjadi prioritas.
Sinergi interoperability juga sedang dibangun diantara tiga angkatan. Dalam operasional pertempuran sinergi komunikasi, koordinasi dan komando sangat diperlukan dan AWACS memegang kendali manajemen pertempuran udara. Simulasi-simulasi interoperability sudah mulai diuji coba secara parsial intra angkatan.
Perkuatan angkatan udara kita adalah bagian dari kesadaran pengambil kebijakan. Bahwa kewibawaan dan mewibawakan teritori udara adalah kemutlakan yang tidak boleh ditunda hanya karena soal pertumbuhan ekonomi yang tidak sesuai. Angkatan udara adalah teknologi dan lambang marwah teritori. Maka pertumbuhan kekuatannya sangat kita apresiasi, kita doakan dan kita nantikan. (Jagarin Pane)
Penulis adalah pemerhati pertahanan dan alutsista TNI
Sumber : TSM