China Khawatir Penggunaan AI dalam Senjata Bakal Picu Perang - Radar Militer

12 Februari 2019

China Khawatir Penggunaan AI dalam Senjata Bakal Picu Perang

Ilustrasi
Ilustrasi 

Para ahli dan politisi di China khawatir dengan pengintegrasian kecerdasan buatan (AI) ke dalam senjata dan peralatan militer secara tidak sengaja dapat menyebabkan perang antar negara.
Menurut laporan baru yang diterbitkan oleh Center for a New American Security (CNAS) menyebutkan bahwa petinggi China semakin melihat dinamika berlomba-lomba membuat senjata berbasis AI sebagai ancaman bagi perdamaian global.
"Skenario spesifik yang saya jelaskan oleh seorang pejabat China adalah peningkatan yang tidak disengaja terkait dengan penggunaan pesawat tak berawak," ucap Gregory C. Allen, asisten senior di CNAS, seperti yang dikutip dari The Verge.
Sebagai contoh adalah penggunaan drone dalam militer. Karena drone dikendalikan dari jarak jauh, pihak militer tidak akan segan untuk menembak jatuh drone selama tidak ada risiko korban manusia, meskipun masuk ke dalam wilayah udara yang diperebutkan.
"Maksud saya adalah tidak adanya kejelasan bagaimana kedua belah pihak akan menafsirkan perilaku tertentu yang melibatkan peralatan otonom. Pihak yang mengirimkan drone otonom akan berpikir itu bukan masalah besar karena tidak ada risiko korban, sementara pihak lain dapat menembak jatuh karena alasan yang sama. Tetapi tidak ada kerangka kerja yang disepakati tentang pesan apa yang dikirim oleh perilaku kedua belah pihak," tambah Allen.
Pada intinya, menurut Allen negara-negara di dunia belum menetapkan aturan-aturan konflik bersenjata untuk sistem otonom.
Para pejabat China berpikir, misalnya, jika negaranya dan Amerika Serikat adalah satu-satunya dua negara adidaya AI yang layak, kedua negara tersebut pasti memiliki bakat, pendanaan, dan sektor teknologi mumpuni yang dibutuhkan untuk mengembangkan teknologi AI. Meskipun kedua negara memiliki kelemahannya masing-masing, seperti China yang unggul pada akses ke lebih banyak data dan Amerika yang memiliki keunggulan dalam pengembangan teknologi chipset.
Allen mengatakan bahwa kerja sama juga diperlukan dalam penggunaan AI, terutama ketika menyangkut masalah militer. Tanpa adanya pemahaman yang tepat mengenai strategi berbagai negara dalam hal ini, Allen menambahkan bahwa peluang terjadinya kesalahpahaman dan konflik dapat terjadi.

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb