Di penghujung dekade 1990-an Departemen Pertahanan AS mengumumkan dimulainya program helikopter nirawak, atau yang disebut dengan VTOL-UAV. Setidaknya tiga kontraktor pertahanan ikut serta dalam sayembara ini, yaitu Bell, Sirkosky, dan tim hasil kolaborasi Teledyne Ryan dengan Schweizer Aircraft.
Sekitar pertengahan tahun 2000 desain hasil kolaborasi Teledyne Ryan dan Schweizer Aircraft diumumkan sebagai pemenang. Para teknisi membenamkan mesin Rolls-Royce 250-C20 di badan VTOL-UAV yang diberi kode RQ-8 ini.
![]() |
Helikopter Nirawak MQ-8C Fire Scout |
Di bagian depannya ditanamkan sebuah penjejak dan laser rangefinder yang terhubung dengan sistem UAV milik RQ-4 Global Hawk buatan Northrop Grumman. Dengan sistem ini RQ-8 pun mampu dioperasikan tidak hanya dari kapal laut tapi juga dari kendaraan Humvee milik Marinir AS.
Di tengah riset pengembangannya, ternyata AD AS ikut tertarik dengan proyek lanjutan RQ-8. Ketertarikan ini berujung pada penandatanganan kontrak pemesanan tujuh unit RQ-8B hasil pengembangan terakhir. Di tahun 2006 RQ-8B berubah nama menjadi MQ-8B.
Di lingkungan US Navy, helikopter nirawak ini biasa dibawa bersama dengan operasional kapal fregat. Satu unit fregat mengangkut empat MQ-8B Fire Scout. Sedangkan untuk kapal perang pantai biasanya dilengkapi satu hingga dua unit Fire Scout. Dari sisi waktu pengerahan pun MQ-8B tidak membutuhkan banyak waktu dan ruang.
Di tahun 2011, US Africa Command dan US Special Operations Command (SOCOM) mengirimkan proposal untuk kebutuhan akan helikopter nirawak yang berdaya jelajah lebih jauh dan dapat mengangkut lebih banyak muatan dan senjata. Sebagai catatan, MQ-8B Fire Scout hanya mampu mengangkut sekitar 272 kg barang, termasuk bahan bakar.
Dari sinilah Northrop Grumman kemudian berpikir keras untuk mengembangkan helikopter nirawak dengan performa lebih baik. Idenya cukup gila, membenamkan sistem avionik MQ-8B ke helikopter lain yang lebih besar.
Tim pengembang akhirnya memilih helikopter Bell 407 untuk bisa terbang tanpa awak. Alasannya, Bell 407 dianggap memiliki karakteristik yang mirip dengan helikopter latih AL AS TH-57 Sea Ranger, sehingga lebih mudah untuk melatih para pilot daratnya.
Di pertengahan 2010 Northrop memulai proyek modifikasi Bell 407 ini menjadi helikopter nirawak. Jeroan dari Bell 407 ini pun dikeluarkan untuk diganti dengan sistem otomatis. Bisa dibilang, seluruh sistem nirawak, mulai dari sistem elektronik hingga sistem kendali di daratnya sama dengan sistem yang digunakan di Fire Scout.
Di tahun 2012 Departemen Pertahanan AS tertarik dengan konsep helikopter nirawak ini dan kemudian langsung memesan sebanyak 30 unit MQ-8C. Dengan adanya UAV baru ini Pentagon akhirnya memutuskan untuk menghentikan pembelian MQ-8C Fire Scout sampai 30 unit.
MQ-8C digadang-gadang mampu terbang hingga 14 jam dengan muatan penuh. Payload dapat diisi hingga 1.430 kg barang. Walau menggunakan sistem dari UAV lama tapi MQ-8C mampu melaju hingga kecepatan 140 knot, atau hampir 260 kilometer per jam.
Tahun 2013, heli baru yang diberi kode Fire-X ini menjalani serangkaian pengujian, meliputi uji terbang selama 250 jam terbang hingga ketinggian 20.000 kaki, sama dengan batas ketinggian Bell 407.
Uji pertama adalah pengujian terbang menggunakan pilot di darat, setelah dianggap berhasil MQ-8C diuji terbang secara otomatis total dengan menentukan waypoint terlebih dahulu.
Selain itu, MQ-8C juga diuji performanya saat mengangkut berbagai macam muatan di dalam badannya hingga 450 kg, mulai dari logistik pasukan, hingga senjata. Setelah uji terbang tersebut kabar perkembangan heli nirawak ini cenderung hilang.
SOCOM sebagai pihak yang mengajukan UAV ini pun mendapat bagian pertama untuk menggunakan MQ-8C. SOCOM akan menggunakan MQ-8C sebagai destroyer yang akan dioperasikan dari kapal-kapal fregat. Saat ini, MQ-8C milik AD AS telah dioperasikan dari kapal pendarat (Landing Craft Support/LCS).
Walau menjadi kesatuan pertama yang ditawari MQ-8C, namun nyatanya AL AS tidak langsung menandatangani kontrak pemesanan. Setelah lebih dari 15 tahun pengembangan, baru pada awal tahun ini AL AS membukukan pesanan 5 unit MQ-8C. Rencananya, AL AS baru menerima pesanannya tahun 2021 mendatang. (Remigius Septian)
Sumber : angkasa.news