Menteri Luar Negeri Rusia, Sergei Lavrov menuturkan, Moskow tidak mengesampingkan bahwa Amerika Serikat (AS) dapat mengerahkan rudal jarak menengah dan pendek di kawasan Asia Pasifik di sekitar perbatasan Rusia. Dia mengaku sudah menyampaikan kekhwatiran ini kepada Menteri Luar Negeri AS, Mike Pompeo.
"Situasinya mengkhawatirkan, karena telah secara tegas menarik diri dari Perjanjian Pasukan Nuklir Jangka Menengah (INF), AS tidak merahasiakan bahwa mereka telah mengembangkan senjata yang dilarang oleh perjanjian itu untuk waktu yang lama," ucap Lavrov, seperti dilansir Tass pada Senin (23/12/2019).
![]() |
Sergei Lavrov |
"Fakta bahwa mereka menguji meluncurkan rudal seperti itu dengan cukup cepat dan baru-baru ini meluncurkan rudal jelajah ofensif dari suatu sistem berarti, seperti yang telah mereka katakan kepada kami, karena pertahanan rudal hanya membuktikan apa yang telah kami katakan selama bertahun-tahun, bahwa ini adalah sistem ganda, seperti yang dikatakan pabrikannya, Lockheed Martin, di situs webnya," sambungnya.
Amerika, papar Lavrov, mengatakan mereka tidak bisa duduk diam melakukan apa-apa ketika China sedang membangun senjata seperti itu dan AS tidak memiliki hal semacam itu.
Lavrov menyebut, AS juga mengatakan senjata seperti itu harus dikerahkan di kawasan Asia Pasifik dan secara terbuka disebutkan akan dikerahkan ke Jepang dan Korea Selatan (Korsel). Lavrov menuturkan, dia baru saja membahas topik ini dengan Menteri Luar Negeri Jepang, Toshimitsu Motegi.
"Dia (Motegi) terus menekankan bahwa akan tergantung pada Jepang untuk mengoperasikan sistem Aegis Ashore yang dibeli dari Washington. Tetapi fakta yang saya sebutkan tadi membuat kami ragu bahwa rudal jarak pendek dan menengah tidak akan dikerahkan di sekitar perbatasan kami, khususnya di Jepang dan Korsel," ujarnya.
"Apa pun alasan mengapa AS berusaha mengerahkan rudal ini mungkin ada (dan mereka terus berbicara tentang China), itu akan membuat sedikit perbedaan bagi kita yang akan menentang secara formal. Pertama, kami tidak ingin lihat rudal ini digunakan melawan China. Itu adalah mitra strategis kami. Bagaimanapun, itu akan membuat situasi menjadi tidak stabil," tukasnya. (Victor Maulana)
Sumber : https://www.sindonews.com/