Pemerintah berkomitmen memperkuat industri pertahanan dalam negeri demi kemandirian bangsa. Agar lebih efektif dan efisien, produksi pesawat tempur IFX dan kapal selam PT PAL pun akan dievaluasi kembali. Namun, pemerintah diharapkan membuat keputusan yang tepat dan lengkap terkait hasil evaluasi produksi tersebut.
![]() |
KRI Alugoro-405 |
Sejauh ini produksi pesawat tempur kerja sama Korea Selatan dan Indonesia masih dalam proses perancangan. Sementara, dari enam yang akan diproduksi PT PAL, dua kapal selam sudah diserahkan kepada TNI Angkatan Laut. Tiga lainnya tengah dibuat dan dipersiapkan produksinya.
”Untuk tahun 2020, kita harus perkuat pertahanan kita. Misalnya, pesawat-pesawat yang tak bisa terbang harus bisa terbang,” kata Wakil Menteri Pertahanan Sakti Wahyu Trenggono seusai membuka Rapat Pimpinan Kementerian Pertahanan, TNI, dan Polri, Rabu (22/1/2020), di Jakarta.
Wahyu mengatakan, industri pertahanan akan terus dikembangkan agar menjadi lebih kuat. Hal itu sesuai dengan visi yang ditetapkan Presiden Joko Widodo bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Ia memberi contoh Ghana yang terus memperbesar pembelian senjata dari PT Pindad. Demikian pula Filipina yang menyepakati pembelian tank dari PT Pindad. ”Perencanaan akan kita buat jangka panjang. Kalau perlu, bagaimana melihat kemampuan industri pertahanan itu sampai 15 tahun mendatang,” kata Wahyu.
Menanggapi hal itu, Ketua Pelaksana Harian Komite Kebijakan Industri Pertahanan Sumardjono mengatakan, semua pihak harus berkomitmen pada kemandirian bangsa, yaitu membangkitkan industri pertahanan. Namun, keputusan yang dibuat sebaiknya didasarkan pada data yang tepat dan lengkap. Oleh karena itu, pengambilan keputusan tidak meninggalkan faktor teknis.
Menurut Sumardjono, dalam lima tahun terakhir, ada langkah maju terkait industri pertahanan. Beberapa persenjataan strategis bahkan bisa dibuat di dalam negeri. Ia mencontohkan, saat ini PT PAL tengah melakukan beberapa uji coba kapal selam yang baru. Kapal selam tersebut adalah kapal selam ketiga dari sesi pertama kontrak, yang juga merupakan kapal selam pertama yang dibuat di PT PAL bekerja sama dengan Korsel.
”Dulu, waktu kapal pertama diserahterimakan di Korea, memang ada 12 masalah di kapal selam tersebut. Kita datangkan ahlinya, lalu akhirnya berkurang masalahnya, tinggal lima kendala. Kapal selam yang dibuat kedua sudah jauh lebih baik penyelesaiannya,” kata Sumardjono.
Budiman Saleh, Dirut PT PAL, mengatakan, seluruh masalah terkait kerja sama produksi kapal selam telah diselesaikan. Sejauh ini, kapal selam yang dibuat PT PAL dinilai sudah cukup bagus. Bahkan, kapal selam ketiga telah berhasil melakukan sejumlah tes yang sebelumnya belum pernah dilakukan di Indonesia. ”Senin kemarin, saya ikut sendiri tes kapal selam di kedalaman 250 meter yang berarti tekanan 25 bar, beberapa tes yang dicujicobakan berhasil kita laksanakan,” kata Budiman.
Langkah selanjutnya, tambah Budiman, melakukan tes di kedalaman 300 meter. Selain itu juga direncanakan tes kecepatan di permukaan dan di kedalaman, pemakaian baterai dan tes penembakan dengan torpedo. ”Pada akhir Desember 2020, kita harapkan kapal selam ketiga tersebut sudah bisa diserahterimakan,” ujar Budiman.
Diakui oleh Budiman, tak mudah membangun kepercayaan di antara pengguna dan pemerintah. Namun, saat ini, PT PAL telah mampu membangun kapal selam sendiri, terutama di sisi manufaktur. Dengan modal pemerintah Rp 1,5 triliun, yang dikucurkan pada 2013, beberapa fasilitas telah dibangun. Namun, teknologinya masih banyak yang harus dipelajari.
Saat ini PT PAL juga tengah melakukan peremajaan total KRI Cakra yang dibeli dari Jerman pada 1980-an. (Edna C Pattisina)
Sumber : https://kompas.id
Sepertinya ada upaya melemahkan semangat kemandirian alutsista kita...gawat. Dg bermacam alasan...mulai dr kurang kualitas sampai dg kita cma merakit. Padahal dlm belajar kita memang perlu blajar dr bwah. Takutnya kata evaluasi adalah jalan utuk pelemahan
BalasHapus