radarmiliter.com - Karena masa kerja armada Tornado mendekati akhir, Angkatan Udara Jerman menghadapi masalah peningkatan yang berkelanjutan dalam biaya pemeliharaan dan masalah ketersediaan. Pemerintah Jerman sedang mengevaluasi penggantian dan sepertinya rencananya (masih belum disetujui) adalah untuk mengganti Tornado dengan armada campuran Eurofighter Typhoons dan Boeing F/A-18 Super Hornet mulai dari 2025.
Jet Tempur Tornado AU Jerman |
Sampai beberapa waktu yang lalu, Angkatan Udara Jerman berencana untuk mengganti armada Tornado hanya dengan Eurofighter dalam konfigurasi ECR dan Project Quadriga. Untuk referensi, Project Quadriga adalah program untuk menggantikan Eurofighter Tranche 1 yang lama dengan pesawat baru dengan peningkatan terbaru dan radar AESA Captor E-Scan Mk1 yang baru; pesawat tambahan dalam konfigurasi ini diusulkan sebagai pengganti Tornado. Varian ECR (Electronic Combat Reconnaissance) akan menggantikan kemampuan Electronic Warfare (EW) dan Suppression of Enemy Air Defenses (SEAD) Tornado ECR, sementara pesawat Quadriga yang tersisa akan menggantikan kemampuan Tornado IDS.
Namun, sebelum memilih pesawat apa yang akan menggantikan Tornado, Jerman perlu untuk memenuhi persyaratan penting, yaitu pesawat baru tersebut harus memiliki kemampuan nuklir karena negara tersebut merupakan bagian dari perjanjian pembagian nuklir NATO. Karenanya, seperti dilansir surat kabar bisnis Jerman Handelsblatt, Kementerian Pertahanan Jerman memiliki rencana untuk membeli hingga 90 Eurofighter dan 45 F/A-18.
Baik Eurofighter maupun Super Hornet tidak memiliki kemampuan nuklir, tetapi Kementerian Pertahanan Jerman tampaknya telah menilai bersama dengan Amerika Serikat, bahwa integrasi bom nuklir B-61 akan lebih cepat dilakukan pada pesawat buatan Amerika, sementara itu akan memakan waktu tiga hingga lima tahun lebih lama apabila dilakukan pada Eurofighter.
45 F/A-18 tersebut mungkin mencakup campuran sekitar 30 F/A-18E/F Super Hornet dan 15 E/A-18G Growler, yang mana hal ini akan menyebabkan batalnya pembelian varian Eurofighter ECR baru. Menurut Handelsblatt, keputusan itu mungkin dimotivasi oleh beberapa ahli yang tidak mempercayai Airbus dapat menyelesaikan pengembangan Eurofighter ECR dalam waktu yang singkat.
Pilihan F/A-18 tersebut memicu beberapa kontroversi di Jerman dimana para pejabat industri dan pemerintah berpendapat bahwa empat miliar euro akan hilang dari industri Jerman dan pemasoknya, merusak industri Jerman dan menyebabkan juga biaya yang lebih tinggi untuk para pembayar pajak, karena Angkatan Udara Jerman perlu membangun infrastruktur baru untuk jumlah pesawat yang relatif kecil.
Nampaknya pilihan AU Jerman ditentukan oleh kebutuhan untuk memiliki pesawat berkemampuan nuklir untuk menggantikan kemampuan Tornado dalam waktu yang singkat.(Angga Saja-TSM)
Sumber : theaviationist.com