radarmiliter.com - Boeing mengungkapkan bahwa mereka telah melakukan kemajuan baru dengan prototipe pertama drone Loyal Wingman barunya untuk Angkatan Udara Australia (Royal Australian Air Force). Baru-baru ini, untuk pertama kalinya, pesawat tak berawak yang masih dalam kondisi belum lengkap tersebut, berdiri pada landing gear-nya sendiri dan sistem tenaga listrik utamanya dihidupkan.
![]() |
Drone Boeing Loyal Wingman |
Pembuat pesawat yang bermarkas di Chicago tersebut mengumumkan pencapaiannya yang baru pada 8 April 2020. Padahal perusahaan baru saja mengungkapkan bahwa mereka telah menyelesaikan sebagian besar pekerjaan pesawat drone tersebut pada 10 Februari 2020. Boeing Divisi Australia, yang berpusat di Brisbane, yang merupakan pemimpin proyek yang dikenal sebagai Airpower Teaming System (ATS), pertama kali meluncurkan secara terbuka pada Februari 2019.
Tim industri Boeing terdiri dari 16 perusahaan yang berbeda, termasuk BAE Systems Australia, RUAG Australia, Ferra Engineering, dan AME Systems. Keempat perusahaan tersebut masing-masing memasok sistem kontrol penerbangan dan peralatan navigasi, sistem landing gear, komponen dan sub-rakitan mesin yang presisi, dan wiring loom, menurut Boeing.
Boeing mengatakan telah mengintegrasikan dan menguji berbagai sistem pada drone saat konstruksi berjalan untuk membantu mempercepat pengembangan. Boeing Divisi Australia juga melakukan setidaknya satu uji terbang sistem tertentu dengan menggunakan pesawat tak berawak pengganti berukuran skala lebih kecil bertenaga jet pada November 2019.
Drone Loyal Wingman ATS ukuran penuh akan memiliki panjang sekitar 38 kaki (11,58 m), akan ditenagai oleh mesin jet kelas bizjet, dan memiliki jangkauan sekitar 2.000 mil laut (3.704 km). Drone akan terlihat seperti jet tempur tanpa kokpit dan memiliki kinerja seperti pesawat tempur. Persenjataan ofensif yang akan dibawanya masih belum diumumkan, namun sistem drone tersebut akan mencakup sistem peperangan elektronik, dan paket sensor untuk misi ISR (intelligence, surveillance, and reconnaissance). AU Australia berencana untuk menghubungkan drone tersebut dalam jaringan bersama dengan berbagai platform pesawat berawak, termasuk F-35A Joint Strike Fighter dan F/A-18E/F Super Hornet, pesawat perang elektronik EA-18G Growler, platform peringatan dini dan kendali udara E-7A Wedgetail, dan pesawat patroli maritim P-8A Poseidon.
Untuk Australia, ini dapat memberikan peningkatan besar dalam kemampuan dengan biaya yang relatif rendah dan tanpa waktu dan biaya yang diperlukan untuk melatih pilot tradisional. Dengan menghubungkan ke pesawat berawak melalui datalink, drone ATS dapat memberikan pilot pesawat berawak gambaran yang lebih komprehensif medan pertempuran di sekitar mereka dan membantu mereka mendeteksi ancaman lebih cepat untuk menghindari atau menetralisirnya. Dikombinasikan dengan desain stealth drone, ini bisa sangat berharga untuk membantu mengurangi risiko lebih lanjut terhadap aset bernilai lebih tinggi, seperti F- 35, ketika menembus jauh ke daerah-daerah musuh yang dijaga ketat.
Sifat modular dari desainnya juga mendukung tujuan integrasi yang cepat untuk kemampuan dan muatan baru dengan biaya dan upaya yangminimal. Seiring berjalannya waktu, versi bersenjata dari pesawat tanpa awak ATS dapat membantu meningkatkan kapasitas amunisi, keragaman sensor, dan banyak lagi dari kekuatan gabungan pesawat tak berawak dan berawak, atau bahkan dimungkinkan drone beroperasi sebagai kawanan (swarm) yang otonom.(Angga Saja-TSM)
Sumber : thedrive.com