Kiprah Kompi Zeni Nubika TNI AD di Balik Layar Penanganan Covid-19 - Radar Militer

20 April 2020

Kiprah Kompi Zeni Nubika TNI AD di Balik Layar Penanganan Covid-19

radarmiliter.com - Selain petugas medis yang berjibaku menangani pasien di Rumah Sakit Darurat Covid-19 di Wisma Atlet, Kemayoran, Jakarta Pusat, keberadaan personel TNI yang tergabung dalam Kompi Zeni Nubika di rumah sakit itu juga tak bisa dipandang sebelah mata. Mereka bekerja di balik layar, memastikan rumah sakit tidak justru menjadi pusat penyebaran virus korona baru.
Nubika merupakan singkatan dari nuklir, biologi, dan kimia. Keberadaan Kompi Zeni Nubika di TNI Angkatan Darat (AD) berada di bawah Direktorat Zeni. Di Rumah Sakit (RS) Darurat Covid-19, kompi tersebut diturunkan untuk melakukan dekontaminasi atau pembersihan rumah sakit dari Covid-19.
 Kompi Zeni Nubika TNI AD
 Kompi Zeni Nubika TNI AD 
Direktur Zeni AD Brigadir Jenderal TNI M Munib, beberapa waktu lalu, mengatakan, Kompi Zeni Nubika mendukung aktivitas rumah sakit dengan jenis kemampuan yang digunakan ialah dekontaminasi, disposal nubika, dan asistensi teknis perlindungan nubika.
Setiap hari, personel kompi membersihkan para petugas medis berpakaian alat pelindung diri seusai mereka menjalankan tugas di rumah sakit. Dekontaminasi ini penting untuk memastikan mereka ataupun orang lain tak terinfeksi Covid-19 yang mungkin saja terbawa dari rumah sakit.
"Pembersihan petugas dengan menggunakan larutan dekon khusus standar militer jenis RM 21, yang telah memenuhi standar keamanan internasional untuk bahan kosmetik dan lingkungan," ujar Munib.
Petugas medis di RS Darurat Covid-19 berasal dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Subroto, Kesehatan Kodam Jaya, Batalyon Kesehatan Marinir dan Kesehatan TNI AU, Kementerian Kesehatan, Dinas Kesehatan DKI Jakarta, Palang Merah Indonesia, serta sukarelawan.
Tidak hanya itu, kompi bertugas pula membersihkan area zona merah rumah sakit dan kendaraan seperti ambulans. Mereka juga bertugas memusnahkan limbah rumah sakit dengan insinerator atau dibakar dengan kondisi tertentu.
Dalam pemusnahan sampah itu, mereka bekerja sama dengan Kementerian Kesehatan dan Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta. Instansi ini yang mengatur pembuangan limbah sekaligus menyediakan alat truk insinerator.
Untuk semua tugas yang bisa dibilang tak ada henti-hentinya di RS Darurat Covid-19 tersebut, menurut Munib, diturunkan total 25 personel.
"Masih ada satu tim yang siaga karena Kizi (Kompi Zeni) Nubika memang dirancang menangani bahaya di dua trouble spot," lanjutnya.
Kiprah kompi
Kiprah Kompi Zeni Nubika selama pandemi Covid-19 bukan hanya di RS Darurat Covid-19. Menurut Kepala Dinas Penerangan TNI AD Brigadir Jenderal TNI Candra Wijaya, kompi itu juga hadir saat proses karantina warga negara Indonesia (WNI) dari Wuhan, China, tempat pertama kali Covid-19 ditemukan, di Pulau Natuna, Kepulauan Riau.
Mereka diturunkan melakukan dekontaminasi ketika WNI yang bekerja di kapal pesiar World Dream dan Diamond Princess dikarantina di Pulau Sebaru, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta.
Semua tugas itu dilaksanakan dengan kemampuan dan keterbatasan yang ada.
Kompi Zeni Nubika bukan unit yang tergolong besar di tubuh TNI. Walau dibentuk tahun 1986, satu-satunya unit di TNI yang menangani nuklir serta senjata biologi dan kimia tersebut bisa dibilang agak tertinggal.
Tingkatannya pada kompi dengan komandan seorang kapten pun menunjukkan bahwa ancaman biologi, kimia, dan nuklir belum dianggap sebagai ancaman yang mungkin terjadi. Bandingkan dengan satuan serupa di militer Singapura yang dipimpin oleh perwira berpangkat kolonel atau di Amerika Serikat yang justru dipimpin seorang brigadir jenderal.
Ketertinggalan
Fikih Hidayat dalam tulisannya, ”Kapabilitas Kompi Zeni Nubika TNI AD dalam Menghadapi Ancaman Bencana Nubika”, di Jurnal Manajemen Bencana Universitas Pertahanan, November 2019, juga menyimpulkan banyak ketertinggalan dari Kompi Nubika TNI AD. Tulisan dari hasil pengumpulan data dan wawancara yang dilaksanakan selama 2015-2016 itu bisa menjadi catatan perbaikan ke depan.
Fikih mencatat, jumlah personel Kompi Nubika tidak sampai 100 orang serta yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengembangan spesifikasi khusus nubika pada 2015 hanya 13 orang. Di sisi lain, kapabilitas dari seluruh fasilitas dan prasarana pangkalan hanya mencapai sekitar 50 persen.
Untung saja pada 2015 ada bantuan mobil laboratorium lapangan dari Australia. Jika tak ada bantuan, alat-alat yang dipakai adalah alat-alat dari tahun 1990-an.
Maka, tidak heran jika Kompi Zeni Nubika hanya bisa mengatasi masalah di dua tempat pada saat bersamaan.
Munib menyebutkan, untuk menghadapi Covid-19, saat ini di tingkat Batalyon/Denzipur Zipur Kodam dan Kostrad telah dibentuk satu peleton nubika yang berada di wilayah kodam masing-masing. Namun, ia mengakui masih terbatas dalam aspek peralatan dan jumlah personel.
"Ke depan, kita lihat perlu ada pengembangan Kompi Zeni Nubika ini untuk menjadi setingkat batalion," ujar Munib.
Fikih mencatat, jumlah personel Kompi Nubika tidak sampai 100 orang serta yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengembangan spesifikasi khusus nubika pada 2015 hanya 13 orang. Di sisi lain, kapabilitas dari seluruh fasilitas dan prasarana pangkalan hanya mencapai sekitar 50 persen.
Untung saja pada 2015 ada bantuan mobil laboratorium lapangan dari Australia. Jika tak ada bantuan, alat-alat yang dipakai adalah alat-alat dari tahun 1990-an.
Maka, tidak heran jika Kompi Zeni Nubika hanya bisa mengatasi masalah di dua tempat pada saat bersamaan.
Munib menyebutkan, untuk menghadapi Covid-19, saat ini di tingkat Batalyon/Denzipur Zipur Kodam dan Kostrad telah dibentuk satu peleton nubika yang berada di wilayah kodam masing-masing. Namun, ia mengakui masih terbatas dalam aspek peralatan dan jumlah personel.
"Ke depan, kita lihat perlu ada pengembangan Kompi Zeni Nubika ini untuk menjadi setingkat batalion," ujar Munib.(EDNA C PATTISINA)

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb