(Virtual Tour) Lanud Iswahjudi: Home of Fighters - Jantung Kekuatan Udara Nasional - Radar Militer

29 Desember 2015

(Virtual Tour) Lanud Iswahjudi: Home of Fighters - Jantung Kekuatan Udara Nasional

Lanud Iswahjudi
Lanud Iswahjudi

Bagi Anda penggemar dunia kemiliteran, boleh jadi obyek yang paling ingin Anda kunjungi adalah Pangkalan Udara (lanud) Iswahjudi di Madiun, Jawa Timur. Namun sebagai instalasi militer strategis, bertandang ke lanud Iswahjudi pastinya perlu prosedur keamanan yang amat ketat, jangankan masuk ke lanud, pesawat sipil yang melintas di atas lanud pun dilarang keras.
Proteksi ketat pada lanud Iswahjudi tentu ada tujuannya, mengingat kebutuhan yang sifatnya strategis terkait keamanan negara. AS pun melarang terbang untuk pesawat sipil yang melintas di ruang udara pangkalan. Secara bagi kepentingan strategis, hanya Iswahjudi-lah lanud TNI AU yang dikelola murni untuk kepentingan militer. Meski berada di kelas A, lanud seperti Halim Perdanakusuma, lanud Supadio, lanud Hasanuddin, dan lanud Roesmin Nurjadin, kesemuanya punya status berbagi area landasan dengan penerbangan sipil yang dikelola PT Angkasa Pura.
Sebagai home of fighters, lanud Iswahyudi juga jadi satu-satunya lanud yang menjadi homebase dari tiga skadron tempur (Wing 3), yakni Skadron Udara 3 F-16 A/B Fighting Falcon, Skadron Udara 14 F-5 E/F Fighter II, dan Skadron Udara 15 T-50i Golden Eagle. Dikutip dari lanud-iswahjudi.mil.id, selain ada wing tempur, di lanud Iswahjudi juga terdapat dua depo pemeliharaan (Depohar 20 dan Depohar 60), dan markas Yon Pakshas 463. Agar lebih mengenal lanud Iswahjudi, mari flash back sejenak ke awal berdirinya lanud ini.
Maospati terletak di perbatasan Kabupaten Madiun - Magetan, Jawa Timur. Tersembunyi di antara Gunung Wilis dan Gunung Lawu, yang memiliki cuaca udara panas dan angin yang cukup kencang. Maospati sendiri adalah sebuah kecamatan dengan penduduk yang tidak terlalu padat. Saat ini area pertanian masih tersebut. Bila kita dalam perjalanan dari Surabaya ke Solo, melewati rute jalan raya Madiun, maka 6 km setelah Kota Madiun, di sebelah kiri jalan akan terlihat area Lanud Iswahjudi. Inilah pangkalah udara TNI AU paling megah dan terbesar.
Pangkalan Maospati dibangun saat ketegangan Perang Dunia II hampir mencapai puncaknya. Pada periode tersebut Jepang mulai menunjukkan kekuatannya dan mengancam para penjajah kulit putih. Sebenarnya Belanda sudah memiliki beberapa kekuatan pesawat di Indonesia sejak tahun 1921 di Soekamiskin. Namun penggelaran kekuatan pesawat tempur baru dilakukan menjelang Perang Dunia II dimulai. Pada tahun 1939, pembangunan landasan mulai dilaksanakan. Di tahap awal landasan dibangun sepanjang 1.586 meter dan lebar 53 meter.
Setelah pembangunan selesai pada akhir Mei 1940, lanud Maospati mulai dibuka dan ditempatkan satu skadron tempur dengan pesawat Curtiss 75A-7 Hawk pada 1 Februari 1941. Akhir tahun 1941, dua skadron tempur diaktifkan dengan kekuatan Curtiss Wright 21B Intrceptor, sontak Maospati menjadi pangkalan inti kekuatan Belanda/Sekutu di Pulau Jawa.
Sebagai persiapan akan datangnya Perang Pasifik, pada 1 Desember 1941, diadakan mobilisasi perang untuk menghadapi serbuan Jepang di Maospati. Saat itu kekuatan yang ada di Maospati adalah 13 unit Curtiss 75A-7 Hawk , 17 unit Curtiss Wright 21B Interceptor, 3 unit pembom B-17E, dan 6 unit Brewster 339 Buffalo. Dan nyatanya serbuan Jepang ke Maospati pada 3 Februari 1942 memang begitu dahsyat. Dibawah payung Operasi Z, tidak ada satupun korban jatuh di pihak Jepang. Dan pada 2 Maret 1942, seluruh kekuatan Belanda dan Sekutu telah terusir dari Maospati.
Uniknya setelah diduduki Jepang, Maospati hanya dijadikan sebagai bengkel mesin pesawat dan basis penyimpanan suku cadang. Maospati tak lagi menjadi pangkalan utama seperti masa pendudukan Belanda. Landasan yang ada masih menyisakan bekas bom-bom yang dijatuhkan saat Operasi Z. Maospati pun menjadi kota mati.
Denyut nadi lanud Maospati kembali bangkit pada tahun 1960, saat dimana lanud Maospati akan digunakan sebagai homebase Skadron 14 yang selanjutnya resmi berdiri pada tahun 1962 dengan jet tempur MiG-21 Fishbed. Praktis sebelum 1960, kondisi lanud Maospati masih sama seperti saat ditinggalkan Jepang pada tahun 1945. Operasi penerbangan hanya dilalukan oleh pesawat dari pangkalan lain yang singgah disana. Kondisi landasan pun dalam kualitas buruk dan tidak terawat.
Menyongsong kedatangan jet-jet tempur dan pembom Tu-16 Badger dari Uni Soviet sebagai persiapan kampanye Operasi Trikora, pada bulan September 1957, TNI AU [d/h AURI) mengadakan program pembangunan landasan baru.
Proyek pembangunan landasan baru diserahkan pada John Building Company (JBC), perusahaan nasional yang berkantor pusat di Jakarta. Ternyata dalam proses pelaksanaannya, perusahaan ini membuat banyak masalah. AURI kemudian membekukan kontrak yang sudah berjalan 28% pada 15 Juni 1959. Untuk sisa pekerjaan yang 72% akhirnya digarap sendiri oleh AURI bekerjasama dengan kontraktor lokal dari Madiun. Pekerjaan ini cukup sulit dilaksanakan mengingat terbatasnya peralatan yang dimiliki. Dengan upaya keras, akhirnya pembangunan landasan berhasil dirampungkan pada tahun 1960.
Proyek pembangunan landasan ini mencakup perpanjangan landasan menjadi 2.350 x 60 meter. Kedua ujung landasan dibuat dibuat dari beton berukuran 60 x 60 meter. Kemudian dibangun taxiway berukuran 3.300 x 23 meter, untuk parkir pesawat dibuat plat form dengan ukuran 200 x 110 meter. Juga dilakukan perataan tanah, memadatkan, dan membangun landasan rumput, grass trip 2.670 x 300 meter. Tidak lupa dibuat saluran air sepanjang 12 km, yang diantaranya termasuk pembuatan saluran dan bangunan air sepanjang 1 km, pembuatan gorong-gorong di bawah area landasan, dan pembuatan tanggul di sekitar landasan. Mengutip sumber dari kanalsatu.com (17/2/2014), saat ini lanud Iswahjudi punya panjang landasan utama 3.800 meter dan lebar 60 meter.
Nah, untuk menghormati jasa pahlawan udara kita. Setelah landasan berhasil direnovasi, maka lanud Maospati diganti namanya menjadi lanud Iswahjudi. Hal ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Menteri/Kepala Staf Angkatan Udara No. 546 tanggal 4 November 1960. Peresmian penggantian nama lanud dilaksanakan bertepatan dengan Hari Pahlawan 10 November 1960.
Cuplikan Penting Tentang Lanud Iswahjudi
Landasan pacu lanud Iswahyudi, Madiun, Jawa Timur, sedang dalam proses perbaikan. Untuk itu, sejumlah pesawat tempur yang bermarkas di bandara tersebut pun dipindah ke Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jawa Tengah. Pemindahan markas itu akan berlangsung hingga 1,5 bulan ke depan sembari menunggu proses perbaikan runway.
Komandan Pangkalan Udara (Lanud) Adi Soemarmo, Kolonel (Penerbang) Agus Radar Sucahyo mengatakan, sejumlah pesawat tempur telah pindah ke Solo sejak Senin 17 Maret 2014. Pesawat-pesawat yang dipindahkan ke Solo meliputi 6 pesawat T-50, 2 pesawat F-5, serta 1 pesawat Hawk MK-53. “Yang pindah ke sini itu Skuadron Udara 14 dan Skuadron Udara 15,” kata dia di Bandara Adi Soemarmo, Solo, Jumat (21/3/2014).
Agus Radar mengungkapkan, selain dipindahkan ke Bandara Adi Soemarmo, pesawat F-16 yang bermarkas di Bandara Iswahyudi, Madiun dipindahkan ke Medan. “Skuadron 3 pindah ke Madiun untuk sementara waktu. Pemindahan direncanakan sekitar 1,5 bulan sambil menunggu perbaikan runway Iswahyudi selesai,” papar dia.
Dikatakan Agus Radar, pemindahan pesawat tersebut hanya untuk tempat tinggal landas dan pendaratan. Sementara, latihan tempur tetap digelar di atas langit Madiun. “Kalau latihan tetap di Madiun, tetapi untuk take off dan landing di Bandara Solo,” jelas dia.
Pemprov Jatim melalui Dinas Perhubungan dan Lalu Lintas Angkutan Jalan (Dishub dan LLAJ) kembali mengusulkan Lapangan Udara (Lanud) TNI AU Iswahjudi, Madiun sebagai bandara komersial untuk melayani penerbangan sipil.
Kepala Dishub dan LLAJ Jatim Wahid Wahyudi mengatakan, usulan menjadikan Lanud Iswahjudi akan disampaikan ke Mabes TNI. Pertimbangannya, beberapa Lapangan Udara, seperti Abdurahman Saleh di Malang dan Halim Perdana Kusuma di Jakarta juga sudah dimanfaatkan untuk penerbangan sipil.
“Jika Mabes TNI mengizinkan, maka menjadikan Lanud Iswahjudi untuk kepentingan penerbangan sipil pasti akan terwujud,” ujarnya, Jumat (15/8/2014). Menurut Wahid, untuk mengubah Lapangan Udara militer menjadi sipil relatif lebih mudah.
Karena infrastruktur yang ada dinilai sudah sangat layak dan keberadaannya juga didesain untuk melayani penerbangan pesawat dengan jenis apapun. “Kalau Mabes TNI setuju, tinggal menyampaikan izin dan usulan ke Kementerian Keuangan untuk membangun terminal tunggu bagi para penumpang serta peron,” jelasnya. Dengan pertimbangan bahwa keberadaan Lanud Iswahjudi tidak selama 24 jam penuh digunakan untuk kepentingan militer. Maka disela-sela untuk kepentingan militer itulah keberadaan Lapangan Udara di wilayah Jatim bagian Barat tersebut dapat dimanfaatkan untuk kepentingan penerbangan sipil.
Usulan ini kemudian langsung kandas, lantaran mendapat penolakan keras dari DPR RI dan Mabes TNI. Jangankan masuk ke lanud, melintas di ruang udara lanud Iswajudi pun terlarang.
Imbas dari letusan Gunung Kelud di Kediri Jawa Timur, yang terjadi tadi malam pukul 22.50 WIB, Lanud Iswahjudi dilanda hujan pasir dan debu, sehingga mengakibatkan landasan pacu, taxi way maupun main aprron tertutup debu setebal 1 hingga 2 cm, Jumat (14/2/2014).
Dampak erupsi Gunung Kelud tersebut, Lanud Iswahjudi menghentikan sementara jadwal operasi dan latihan penerbangan, mengingat tebalnya pasir dan debu yang menempel di landasan, serta jarak pandang yang sangat terbatas sehingga sangat berbahaya jika penerbangan tetap dilaksanakan.
Sementara upaya pembersihan landasan dengan menyemprotkan air dari mobil Pemadam Kebakaran (PK), terus dilakukan agar landasan terbebas dari material pasir dan debu yang menempel.
Virtual Tour
Jika belum bisa melihat dari dekat lanud Iswahjudi, ada cara untuk mengunjungi lanud tersebut secara virtual dan tentunya legal. Sebagai medianya adalah aplikasi Google Maps. Anda bisa mengarahkan destinasi ke “Iswahyudi Air Force Base,” sebelumnya pastikan gadget yang Anda gunakan terkoneksi dengan internet. Bila obyek sudah tertuju, kemudian pilih menu Satellite, agar tampil peta dalam citra foto satelit.
Dengan Google Maps, resminya Anda bisa melakukan zooming sampai jarak 5 – 10 meter dari permukaan tanah. Area lanud cukup terlihat jelas, termasuk Anda bisa melihat monumen tempat bersemayamnya pembom Tu-16, jet tempur A-4E Skyhawk, dan jet latih T-33A Bird. Demi keamanan , oleh pihak Google beberapa beberapa area nampak dikaburkan, seperti area parkir pesawat. Namun dalam Google Maps masih terlihat jelas shelter jet tempur. Untuk lebih jelasnya, tentu Anda bisa langsung mencoba sendiri. (Danang)
Profil Iswahjudi
Iswahjudi yang lahir di Surabaya, 15 Juli 1918 menempuh pendidikannya di AMS, Malang. Setamat dari AMS, ia melanjutkan studi ke Sekolah Dokter (NIAS) di kota kelahirannya. Namun, sebelum sempat menyelesaikan pendidikan kedokterannya, ia memutuskan untuk berganti haluan dengan pindah ke Sekolah Penerbangan (Militaire Luchtvaart Opleiding School) di Kalijati, Jawa Barat. Ia rupanya menyadari bahwa profesi dokter bukanlah panggilan hatinya dan lebih tertarik untuk menjadi seorang penerbang.
Pada tahun 1941, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di sekolah penerbangan dan berhak memperoleh ijazah penerbang (Klein Militaire Brevet). Setahun setelah kelulusannya, yakni ketika Jepang menguasai Tanah Air pada tahun 1942, ia dilarikan ke Australia oleh pemerintah Hindia Belanda. Di negeri kangguru itu ia kemudian diberikan pelatihan menerbangkan pesawat. Awalnya ia dipersiapkan untuk mengikuti operasi-operasi udara Sekutu. Namun, Iswahjudi tidak mau dilibatkan dalam operasi tersebut. Oleh karena itu, ia pun melarikan diri dan kembali ke Indonesia pada tahun 1943 dengan menggunakan perahu karet.
Dalam menjalankan tugasnya melakukan pengamanan udara dalam wilayah RI, AURI memerlukan dukungan pesawat yang memadai. Peran serta aktif dari masyarakat dalam hal ini sangat diperlukan, maka ketika menjalankan tugasnya sebagai Komandan Pangkalan Udara Gadut Bukittinggi, Iswahjudi mengajak masyarakat untuk berpartisipasi dalam pembelian pesawat terbang. Rupanya himbauan tersebut mendapatkan respon yang positif dari masyarakat.
Secara sukarela mereka menyisihkan sebagian penghasilannya yang kemudian disumbangkan untuk membeli sebuah pesawat terbang jenis AVRO ANSON. Pesawat yang dibeli dari seorang pedagang Amerika Serikat bernama Keagan itu kemudian diberi Nomor Registrasi RI-003. Keagan yang menerbangkan pesawat itu kemudian diantar kembali ke Bangkok.
Iswahjudi kemudian berangkat ke Bangkok didampingi Halim Perdanakusuma pada bulan Desember 1947. Mereka mendapat tugas untuk mengadakan kontak dengan pedagang-pedagang Singapura dalam rangka membeli senjata yang akan dibawa kembali ke Indonesia untuk keperluan pertahanan. Pesawat kemudian kembali ke Tanah Air lewat Singapura. Tanggal 14 Desember 1947 sewaktu pesawat terbang berada di udara Perak, Malaysia, tiba-tiba cuaca buruk.
Menyadari tengah berada dalam situasi genting, Iswahjudi pun berusaha melakukan pendaratan darurat, namun sayang usahanya tak berhasil, pesawat naas itu membentur pohon dan jatuh di laut Tanjung Hantu, Perak, Malaysia. Keesokan harinya, upaya pencarian dilakukan di sekitar lokasi jatuhnya pesawat. Jenazahnya berhasil ditemukan dan kemudian dimakamkan di Lumut, Malaysia. Pada tahun 1975, makamnya dipindahkan ke Taman Makam pahlawan Kalibata, Jakarta. Atas jasa-jasanya kepada negara, Marsma TNI Anumerta R. Iswahjudi dianugerahi gelar sebagai pahlawan Nasional.

Sumber : TSM

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb