Kh-59ME |
Akhir dari babak Operasi Trikora di tahun 60-an jelas dipengaruhi kemampuan diplomasi RI yang mampu menekan pemerintah Belanda lewat kampanye psy war. Hadirnya alutsista sangar, seperti kapal penjelajah KRI Irian, jet tempur supersonic MiG-21, kapal selam Whiskey Class, dan pembom Tupolev Tu-16 Badger memberi tekanan keras pada kekuatan militer Belanda di Papua. Tak tanggung-tanggung, eksistensi kapal induk HNLMS Karel Doorman pun ikut terancam.
Lantas yang jadi pertanyaan, siapakah pengancam terberat bagi Karel Doorman? Sebagai kapal induk ringan, setiap pergerakannya sudah pasti mendapat pengawalan dari korvet atau frigat. Potensi serangan dari permukaan dan bawah laut relatif masih bisa ditangani kapal-kapal perang pengawal Karel Doorman, tapi ada yang diperkirakan tak sanggup diatasi, yakni ancaman serang dari rudal anti kapal. Maklum pada masa itu, sistem pertahanan anti serangan udara di kapal permukaan belum mengenal teknologi semacam CIWS (Close In Weapon System).
Dan ditakar dari kekuatan militer yang ada, ancaman yang mampu mengkandaskan Karel Doorman tak lain rudal anti kapal AS-1 Kennel. Hanya dibutuhkan dua kombinasi tembakan dari AS-1 Kennel, maka Karel Doorman yang berbobot 19.900 ton dapat dihancurkan. Sebagai wahana peluncur AS-1 Kennel yakni Tu-16 B (Tu-16KS) milik TNI AU (d/h AURI). AS-1 Kennel dengan dimensi sebesar jet tempur MiG-15, punya bobot aduhai hingga 3 ton yang didalamnya terdapat hulu ledak 600 kg high explosive. Bisa dibayangkan seperti apa kehancuran yang bakal dialami AL Belanda jika saat itu nekad melawan RI.
Sejak era AS-1 Kennel berakhir, praktis Indonesia tak pernah lagi memiliki varian rudal anti kapal yang diluncurkan dari platform pesawat tempur tau bomber. Yang ada justru taburan variasi rudal anti kapal yang diluncurkan dari platform korvet dan frigat. Padahal gelaran konsep pertempuran bakal sangat berbeda, meski labelnya sama-sama rudal anti kapal. Dengan dihantar lewat jet tempur, rudal akan lebih cepat menyasar menuju target.
Dan bicara dalam konteks saat ini, rupanya TNI ingin mengenang supremasi AS-1 Kennel dengan pengadaan rudal anti kapal jenis baru, Kh-59ME besutan pabrik Tactical Missile Corporation (TMC),Rusia. TMC sendiri sudah tak asing bagi sistem senjata TNI AU, pasalnya TCM juga yang memproduksi rudal Kh-31P dan Kh-29TE untuk Sukhoi Su-27/Su-30 Flanker Skadron Udara 11 TNI AU.
Mengutip dari Wikipedia.com dan berita di Janes.com (29/12/2015), menyiratkan bahwa Kh-59ME sudah dalam proses pengadaannya untuk TNI AU. Malahan DPR RI memberi alokasi pembelian rudal ini senilai US$18 juta. Kh-59ME merupakan varian ekspor dari keluarga rudal Kh-59. Rudal ini punya bobot 930 kg, menjadikan rudal terberat alias paling gambot yang dimiiki TNI AU. Sebagai perbandingan rudal udara ke permukaan Kh-29TE bobotnya 600 kg dengan hulu ledak 320 kg, dan rudal Kh-31P punta bobot 600 kg dengan hulu ledak 90 kg. Kh-59ME sendiri punya berat hulu ledak 320 kg yang dipicu dengan sistem cluster atau shaped charge fragmentation.
Sistem pemandu Kh-59ME mengandalkan mode kombinasi inertial guidance dan TV guidance (pemandu TV), serupa dengan rudal Kh-29TE. Inertial guidance digunakan untuk membimbing rudal ke area sasaran, dan TV guidance lebih untuk memandu rudal pada identifikasi sasaran yang tepat. Dengan TV guidance juga memungkinkan bagi operator pengendali untuk melhat sasaran secara visual dan real time atas sasaran yang akan dikunci. TV guidance akan diaktifkan 10 km menjelang rudal tiba di area sasaran. Untuk memantau pencitraaan, transmisi TV Kh-59ME dapat dikoneksikan dengan perangkat APK-9ME pod yang ditempatkan pada sisi pesawat tempur.
Kh-29ME disokong dua mesin, mesin utamanya berupa two stage rocket, dan sebagai pendukung ada mesin turbofan eksternal, terdapat di bawah bodi. Dengan spesifikasi tersebut, Kh-59ME sanggup terbang sejauh 115 km dengan kecepatab sub sonic, antara Mach 0,72 – 0,88. Rudal dapat melaju dengan pola sea skimming di ketinggian 7 meter diatas permukaan laut, atau terbang jelajah di ketinggian 1.000 meter.
Kh-59 dirancang okeh biro desain Raduga, dan seri Kh-59ME dihadirkan sebagai versi peningkatan dari Kh-59 standoff missile, dan dipekenalkan ke publik pada tahun 1990. Versi perdana Kh-59 sendiri telah dioperasikan Uni Soviet pada tahun 80-an. Kh-59ME memang dirancang untuk diluncurkan dari keluarga jet tempur Sukhoi Su30 MK2. Namun tak semua Kh-59 melaju dengan sistem TV guidance, ada varian serang permukaan darat Kh-59MK2 yang menggunakan millimeter wave active radar seeker, teknologi ini memungkinkan rudal beraksi secara fire and forget.
Meski ini kabar baik untuk dunia alutsista TNI, namun jangan anggap rudal ini special Indonesia punya, pasalnya Malaysia dan Vietnam malah sudah lebih dulu mengoperasikan Kh-59ME. Di luar Indonesia, Malaysia, Rusia, dan Vietnam, negara pengguna Kh-59 adalah India, Venezuela, Cina, Aljazair, dan Korea Utara. (Haryo Adjie)
Spesifikasi Kh-59ME :
- Diameter: 380 millimeter
- Panjang: 5,70 meter
- Wingspan: 1,30 meter
- Max Cruising Flight Altitude: 1.000 meter
- Max Launch Altitude: 1.500 meter
- Max Range: 115 kilometer
- Min Cruising Flight Altitude: 50 meter
- Min Launch Altitude: 200 meter
- Sea-Skimming Flight Altitude: 7 meter
- Max Launch Airspeed: 1,100 km per jam
- Min Launch Airspeed: 600 km per jam
- Top Speed: 0.88 mach
- Berat total: 930 kg
- Berat hulu ledak: 320 kg
- Panjang: 5,70 meter
- Wingspan: 1,30 meter
- Max Cruising Flight Altitude: 1.000 meter
- Max Launch Altitude: 1.500 meter
- Max Range: 115 kilometer
- Min Cruising Flight Altitude: 50 meter
- Min Launch Altitude: 200 meter
- Sea-Skimming Flight Altitude: 7 meter
- Max Launch Airspeed: 1,100 km per jam
- Min Launch Airspeed: 600 km per jam
- Top Speed: 0.88 mach
- Berat total: 930 kg
- Berat hulu ledak: 320 kg
Sumber : TSM