Kapal Selam Kelas-Kilo Rusia |
Militer Rusia terintegrasi erat dengan sistem dan perangkat pertahanan Rusia, sehingga sulit bagi negara lain untuk menembus pasar tersebut.
Beberapa hari setelah mencabut embargo senjata yang telah berlaku puluhan tahun untuk Vietnam, AS mengharapkan banjir pesanan dari Hanoi. Seorang narasumber dari industri senjata menyampaikan pada Defense News bahwa Vietnam hendak meningkatkan sistem keamanan dan pertahanannya dengan membeli pesawat tempur F-16, memodernisasi pesawat patroli maritim P-3C Orion yang dipersenjatai dengan torpedo dan pesawat militer tanpa awak.
Namun, terdapat jurang menganga antara spekulasi dan realitas. Militer Vietnam terintegrasi erat dengan perangkat dan sistem pertahanan Rusia, sehingga sulit bagi negara lain untuk menembus pasar tersebut.
Menurut Carl Thayer, profesor emeritus di Akademi Angkatan Bersenjata Australia, pembelian skala besar mungkin masih jauh karena tenaga kerja dan jaringan logistik, perbaikan, dan perawatan senjata Vietnam sangat bergantung pada teknologi Soviet/Rusia.
Standar ganda Amerika yang aneh terkait isu hak asasi manusia juga akan menjadi penghalang penjualan senjata antarnegara tersebut. Ketika negara teokrasi Timur Tengah yang terendam minyak, seperti Arab Saudi, bisa mendapat lampu hijau, pemerintah otoriter Vietnam sepertinya akan diperlakukan berbeda.
Selain itu, karena tak punya kantong tebal, Hanoi tak bisa berfoya-foya membelanjakan senjata Amerika, setidaknya dalam jangka pendek dan menengah. Ditambah lagi, militer Vietnam telah memesan sejumlah platform senjata Rusia sehingga Vietnam tak bisa menyisihkan dana bagi perangkat AS. Hal itu termasuk:
- Kapal selam jarak jauh, sepertinya akan dipersenjatai dengan torpedo berat 533 mm dan misil Klub-S;
- Enam kapal fregat siluman ringan kelas Gepard, masing-masing dipersenjatai dengan 8 misil antikapal Kh-35E, atau 4 misil antikapal supersonik SS-N-22 Sunburn;
- Kesepakatan lisensi perakitan misil antikapal Rusia Kh-35;
- Empat pesawat tempur Su-30MK2 tambahan, yang meningkatkan jumlah armada pasukan udara mereka menjadi 36 pesawat pada akhir 2016. Pesanan terbaru bernilai 600 juta dolar AS, untuk 12 jet, yang ditandatangani pada 2013.
- Rusia mungkin bukan satu-satunya pemasok senjata Vietnam, tapi jelas merupakan mitra pertahanan yang paling penting.
Selain perangkat beroktan tinggi yang disebutkan di atas, Hanoi juga terikat dengan ekosistem pertahanan Rusia secara kritis.
Sebagai contoh, latihan penerbangan pesawat Su-30 bagi pasukan udara Vietnam dibantu oleh AU India, yang mengoperasikan pesawat yang sama. India juga melatih anggota AL Vietnam mengoperasikan kapal selam kelas-Kilo Rusia.
Defense Industry Daily (DID) menyebutkan, Vietnam sedang menilik peluang untuk memodernisasi setidaknya sebagian dari 480 armada tank tempur T-72 mereka dan membeli T-90 untuk menggantikan sekitar seribu armada T-55 yang sudah dimakan usia. Uji kelayakan T-90 India dikabarkan telah selesai, termasuk dalam menghadapi iklim panas.
DID juga mengabarkan Vietnam sangat tertarik dengan peluncur-udara India-Rusia BrahMos, yang didesain untuk mengangkut pesawat tempur Su-30. “Hal tersebut akan menambah sekitar 300 kilometer jangkauan serangan pesawat tempur Vietnam, menciptakan ancaman mematikan bagi kapal dan instalasi pesisir musuh. Penempatan kombinasi tersebut hampir sama signifikannya dengan kapal selam baru Vietnam dalam menggeser keseimbangan kekuatan di Laut Tiongkok Selatan secara keseluruhan.”
Prospek Jangka Panjang
Meski Rusia selalu menjadi pemasok senjata yang bisa diandalkan, seiring waktu Vietnam tentu ingin memndiversivikasi senjatanya. Secara teori, pasar senjata AS mengizinkan Vietnam untuk memilih produk yang diinginkan. Namun kenyatannya, AS tak bisa menandingi Rusia, yang sering didampingi dengan pinjaman liberal.
Namun, AS masih berharap setidaknya Vietnam mau melakukan pembelian skala kecil yang kelak bisa memperluas kerja sama seperti latihan militer. Menurut Navy Times, dengan menjual senjata ke Vietnam, ada kemungkinan AS bisa menempatkan pasukannya di negara tersebut, karena para pelatih perlu membantu Vietnam menguasai perangkat baru mereka.
“Kementerian Luar Negeri tengah berupaya mengirim pasukan darat ke Vietnam. Pusat Penjaga Perdamaian Vietnam merupakan upaya bersama antara Vietnam dan AS berupa pusat latihan yang didesain untuk membantu Vietnam berkontribusi dalam misi perdamaian PBB.
“Hal yang menarik bagi Vietnam adalah keunggulan militer AS di bidang medis yang mampu menyelamatkan ribuan jiwa selama perang di Irak dan Afganistan.”
Menurut informasi dari Komando Pasifik AS bagi industri pertahanan, Vietnam hendak menegaskan kehadirannya di Laut China Selatan dengan meningkatkan jumlah kapal selam tempur, interaksi pencegatan maritim berbasis udara-darat, senjata antipermukaan, kesadaran domain maritim, peringatan dini, serta komando, kontrol, komunikasi, komputer, intelijen, pengintaian, dan penyadapan.
Seperti yang disampaikan dalam laporan berjudul ‘Republik Sosialis Vietnam: Rencana Kerja Sama Keamanan Negara’, AS hendak menjadi ‘mitra yang bisa diandalkan untuk isu keamanan yang kompleks’. Mereka juga berharap bisa membangun hubungan militer di luar dukungan terhadap komando militer termasuk penjualan senjata, layanan silang, perbaikan, serta kerja sama sains dan teknologi.
Dinamika Baru, Luka Lama
China merupakan lem yang bisa menambah erat hubungan Vietnam-AS. Pada masa Perang Vietnam, Beijing memainkan peran penting sebagai penyalur senjata Rusia bagi militer Vietnam. Namun persahabatan komunis tersebut telah lama hilang, terutama karena ‘upaya agresif China yang mengklaim 90 persen wilayah Laut China Selatan’. Kedua negara telah bersengketa selama beberapa tahun terakhir terkait hal tersebut. Tak seperti dulu ketika Moskow mendukung Hanoi dalam perang melawan China, kini Rusia memainkan peran yang lebih seimbang di wilayah tersebut. Rusia sepertinya tak akan memihak salah satu negara.
Dengan AS, hal tersebut berbeda. Setelah 20 tahun menjalin hubungan diplomatik, Hanoi melihat musuh dari musuh sebagai kawan. AS mendukung negara-negara Asia Tenggara dalam sengketa wilayah dengan China, dan berharap Vietnam akan turut serta.
Namun, hal tersebut tak akan menjadi pelayaran yang mudah. Barack Obama mungkin sudah mengunjungi Ho Chi Minh City dan berbagi kebahagiaan, tapi kedua pihak belum melupakan kekejian Perang Vietnam, yang membunuh satu juta warga Vietnam dan 58 ribu warga Amerika. Dengan latar belakang ini, upaya untuk menormalisasi hubungan hanya mengorek memori menyakitkan.
Misalnya, muncul kritik keras atas keputusan menyerahkan kepemimpinan Universitas Fulbright Vietnam pada mantan senator AS yang dituduh terlibat dalam pembunuhan massal selama Perang Vietnam.
Bob Kerrey, seorang mantan senator Demokrat dan gubernur Nebraska, merupakan salah satu pemimpin dalam serangan 1969 terhadap desa yang dikuasai komunis, yang di sana pasukan AL Vietnam yang ia pimpin membunuh setidaknya 13 anak-anak dan perempuan yang tak bersenjata.
Serangan tersebut ramai dibicarakan pada 2001. Kerrey menyampaikan penyesalannya, tapi banyak warga Vietnam yang masih bisa menerima penunjukan pria dengan darah di tangannya sebagai kepala universitas di negara tersebut.
Selain itu, My Lai, Agent Orange, Operation Linebacker, dan kejahatan perang lain akan terus saling menggoda selama bertahun-tahun, atau puluhan tahun.
Sementara, Rusia yang selalu menjadi penyelamat di mata orang-orang Vietnam akan terus menjadi mitra strategis yang bisa dipercaya. dan pemasok senjata utama Hanoi.
Sumber : http://ruskarec.ru/