Story : Kopda Suparlan Jibaku Prajurit Baret Merah di Timor-Timur - Radar Militer

21 Juni 2016

Story : Kopda Suparlan Jibaku Prajurit Baret Merah di Timor-Timur

Prajurit Baret Merah di Timor-Timur
Prajurit Baret Merah di Timor-Timur

Kisah turun-temurun yang sangat membanggakan bagi Korps Baret Merah akan keberanian tanpa batas yang dimiliki salah satu prajuritnya di medan pertempuran. Pada saat melaksanakan tugas operasi di Timor-Timur (sekarang Timor Leste), Prajurit Satu (Pratu) Suparlan maju ke medan pertempuran sampai titik darah penghabisan tanpa sedikitpun merasa gentar.
Timor-Timur, 9 Januari 1983, merupakan hari peristiwa bersejarah tersebut terjadi. Pada hari tersebut pasukan Kopassandha (sekarang Kopassus) terpaksa bertempur langsung dengan para pasukan pemberontak Fretilin.
Suparlan yang tergabung dalam unit gabungan yang dipimpin Kapten Poniman Dasuki diutus untuk melaksanakan tugas operasi. Tim gabungan itu terdiri dati 4 anggota Kopassandha dan 5 anggota Kostrad. Tim gabungan ini mulanya bermaksud menyergap markas Fretilin yang berkekuatan 300 orang di zona Z yang ditemukan oleh Prajurit Dua (Prada) Tamsil.
Namun ternyata, sebelum sempat beraksi untuk melumpuhkan penjaga di pos, tiba-tiba dari berbagai arah muncul pasukan Fretilin yang lebih besar. Pertempuran hebat dengan porsi yang tak seimbangpun terjadi seketika. Empat orang anggota tim tumbang pada penyergapan itu. Sementara lima anggota tim lainnya terdesak di bibir jurang sambil mencari jalan melarikan diri sambil melakukan perlawanan yang menewaskan beberapa anggota Fretilin.
Dengan cepat komandan unit menginstruksikan anggota yang tersisa untuk menuju ke sebuah celah. Namun, Pratu Suparlan yang berada di lini depan tak mengindahkan instruksi tersebut, malah berjibaku melindungi unitnya. “Komandan, bawa mereka. Saya akan menghambat mereka komandan,” teriak Suparlan dalam cerita Mayor Inf Sudjari.
Suparlan pun membuang senapan M16-nya dan mengambil senapan mesin milik rekannya yang gugur. Dia berlari ke arah musuh untuk menyambut mereka dengan senapan mesin yang ia pegang. Walau banyak terhunus proyektil dari pihak musuh, namun tenaga Suparlan tak padam dan terus menyerang hingga peluru habis. Cerita ini merupakan pengakuan anggota Fretelin yang tertangkap usai perang.
Lemah lantaran kehabisan darah dan peluru, Suparlan tak patah semangat, ia mencabut sangkur untuk bertempur jarak dekat. Dalam keadaan yang tak berimbang tersebut, Suparlan pun masih dapat menjatuhkan enam orang pasukan Fretilin hingga akhirnya ia tak mampu lagi menggenggam sangkur miliknya.
Walau di kelilingi pasukan Fretilin, Suparlan tak menciutkan nyalinya. Dengan berpura-pura tertunduk lemah, pasukan Fretilin pun beramai-ramai mendekatinya setelah satu tembakan tepat mengenai lehernya. Dalam posisi yang hampir roboh, Suparlan mengumpulkan tenaga yang tersisa untuk melakukan perlawanan terakhirnya. Suparlan berlari menuju tengah-tengah pasukan Fretilin yang mengerubunginya dan menarik dua granat yang ada di kantongnya untuk meledakan diri bersama mereka.
Melihat suparlan gugur, rekan-rekannya yang telah menguasai medan di atas ketinggian menembaki pasukan Fretilin dengan bertubi-tubi. Dalam serangan lanjutan dari tim yang tersisa, tiga orang dari tim kembali gugur. Pasukan Fretilin pun banyak pula yang berjatuhan. Bantuan dari Kostrad dan Brimob pun datang di lokasi dan memukul mundur pasukan Fretilin.
Sebanyak 83 pasukan Fretilin tewas, sementara dari tim gabungan tersisa Kapten Poniman dan Prada Tamsil. Beberapa anggota pasukan Fretilin pun tertangkap. Saat diintrogasi, mereka menceritakan bagaimana Pratu Suparlan bertempur dengan gagah berani sampai akhirnya ia gugur dengan terhormat.
Dari peristiwa jibaku Pratu Suparlan yang merelakan jiwa raganya melindungi tim dan melaksanakan tanggung jawab tugas operasinya, ia negara menganugerahkan kenaikan pangkat luar biasa padanya menjadi Kopra Dua (Kopda).Tak hanya itu, pada 13 April 1987 dikeluarkan kepres yang menganugerahkan tanda jasa Bintang Sakti. Tak putus sampai disitu, namanya pun diabadikan sebagai nama pangkalan udara Pusdikpassus di Batujajar pada 26 Mei 1991. Namanya pun terpahat pada batu granit hitam Monumen Seroja di kompleks Mabes TNI, Cilangkap.(Beny Adrian Rewrite: Ery)
Sumber : http://angkasa.co.id/sejarah/kisah-jibaku-prajurit-baret-merah/

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb