TNI AL Jebol Rompi Antipeluru Marinir AS |
Senjata SS1 Varian 1 (SS1 V1) buatan PT Pindad yang dipergunakan oleh tim marinir TNI AL mampu menjebol rompi antipeluru milik United State Marines Corps (USMC). Peristiwa itu terjadi saat uji setting senjata atau zeroing dalam rangakaian Latihan Rim of Pacific di Kaneohe Bay Marine Corps Base, Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat baru-baru ini.
Komandan Satgas Marinir Indonesia, Mayor Mar Indra Fauzi Umar yang membawa 45 anggota pilihan dari Indonesia mengatakan, zeroing senjata dilaksanakan oleh tiga negara yakni Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia yang tergabung dalam satu kompi.
"Seluruh unsur kompi seharusnya melakukan zeroing, tapi kemarin minus New Zealand," ujar Indra, Hawaii, Amerika Serikat, Minggu (10/7/2016).
Dia menjelaskan, program zeroing senjata merupakan program tambahan yang dilaksanakan sebelum latihan sebenarnya digelar. Zeroing dilakukan untuk membedah setting dan perkenaan senjata yang dipakai oleh anggota kompi. "Zeroing untuk mengenalkan senjata, tujuannya agar bidikan tepat," jelasnya.
Proses pengenalan senjata antar anggota kompi, kata dia merupakan peristiwa menarik yang ditunggu-tunggu dalam sebuah ivent latihan bersama. Lanjutnya, setiap negara yang mengirimkan pasukan dalam latihan multilateral biasanya memiliki rasa ingin tahu dan penasaran terhadap senjata yang dipergunakan oleh kontingen negara lain.
"Saat itu USMC menggunakan senjata jenis M4, Australia menggunakan Steyr dan kita (Indonesia) menggunakan produk Pindad," ucapnya.
Menurutnya, uji tembak dilakukan dalam jarak standar zeroing, yakni 25 meter atau seperempat dari jarak menembak sebenarnya pada saat latihan. Dia menambahkan, seluruh jenis senjata yang akan dipergunakan dalam latihan harus melalui proses zeroing agar dalam satu kompi saling mengetahui kekurangan dan kelebihan perangkat anggota kompi lainnya.
Dia menyampaikan, selain senjata, USMC awalnya menawarkan body armour vest atau rompi antipeluru dan helm untuk dipergunakan dalam latihan. Namun setelah rompi standar mereka tertembus peluru buatan Pindad, USMC membuat laporan resmi kepada atasan mereka. "Di lapangan akhirnya laris senjata kita dicoba sama mereka (kontingen negara lain)," tukasnya.
Perwira menengah yang sehari-hari menjabat sebagai Pabandya Spers Pasmar-2 Jakarta itu menuturkan, berita tembusnya rompi dan helm standar tempur USMC itu menyebar dengan cepat. "Pada acara jamuan makan di KRI Diponegoro kemarin (Kamis) ada Perwira Bintang Satu USMC yang kroscek ke saya," tuturnya.
Bahkan, kata dia, armour plate atau baja penahan laju peluru pada rompi yang dapat ditembus oleh senjata Indonesia memiliki ketebalan hingga 1,75 centimeter. "Sama M4 dan Steyr cuma penyok, sama peluru kaliber 5,56 centimeter Pindad tembus," tandasnya.
Keunggulan SS1 V1 buatan Pindad yang melampaui Steyr dan M4 diakuinya dapat menaikkan moral dan kepercayaan diri pasukan. Usai peristiwa itu, bahkan barak tempat kontingen Indonesia berkemah sempat didatangi beberapa anggota marinir asing untuk berkenalan, dan bertukar cinderamata. "Bahkan komandan basis memuji, katanya kalau marinir kita disuruh nembak berlian, pasti kena," ucapnya.
Hingga bulan Agustus mendatang, sebanyak 45 orang anggota marinir TNI AL akan mengikuti latihan perang bersama dan tergabung dengan 27 negara peserta Rim Of Pacific. Latihan yang diselenggarakan oleh AL Amerika dua tahun sekali di Hawaii itu merupakan latihan multilateral terbesar di dunia.
Komandan Satgas Marinir Indonesia, Mayor Mar Indra Fauzi Umar yang membawa 45 anggota pilihan dari Indonesia mengatakan, zeroing senjata dilaksanakan oleh tiga negara yakni Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia yang tergabung dalam satu kompi.
"Seluruh unsur kompi seharusnya melakukan zeroing, tapi kemarin minus New Zealand," ujar Indra, Hawaii, Amerika Serikat, Minggu (10/7/2016).
Dia menjelaskan, program zeroing senjata merupakan program tambahan yang dilaksanakan sebelum latihan sebenarnya digelar. Zeroing dilakukan untuk membedah setting dan perkenaan senjata yang dipakai oleh anggota kompi. "Zeroing untuk mengenalkan senjata, tujuannya agar bidikan tepat," jelasnya.
Proses pengenalan senjata antar anggota kompi, kata dia merupakan peristiwa menarik yang ditunggu-tunggu dalam sebuah ivent latihan bersama. Lanjutnya, setiap negara yang mengirimkan pasukan dalam latihan multilateral biasanya memiliki rasa ingin tahu dan penasaran terhadap senjata yang dipergunakan oleh kontingen negara lain.
"Saat itu USMC menggunakan senjata jenis M4, Australia menggunakan Steyr dan kita (Indonesia) menggunakan produk Pindad," ucapnya.
Menurutnya, uji tembak dilakukan dalam jarak standar zeroing, yakni 25 meter atau seperempat dari jarak menembak sebenarnya pada saat latihan. Dia menambahkan, seluruh jenis senjata yang akan dipergunakan dalam latihan harus melalui proses zeroing agar dalam satu kompi saling mengetahui kekurangan dan kelebihan perangkat anggota kompi lainnya.
Dia menyampaikan, selain senjata, USMC awalnya menawarkan body armour vest atau rompi antipeluru dan helm untuk dipergunakan dalam latihan. Namun setelah rompi standar mereka tertembus peluru buatan Pindad, USMC membuat laporan resmi kepada atasan mereka. "Di lapangan akhirnya laris senjata kita dicoba sama mereka (kontingen negara lain)," tukasnya.
Perwira menengah yang sehari-hari menjabat sebagai Pabandya Spers Pasmar-2 Jakarta itu menuturkan, berita tembusnya rompi dan helm standar tempur USMC itu menyebar dengan cepat. "Pada acara jamuan makan di KRI Diponegoro kemarin (Kamis) ada Perwira Bintang Satu USMC yang kroscek ke saya," tuturnya.
Bahkan, kata dia, armour plate atau baja penahan laju peluru pada rompi yang dapat ditembus oleh senjata Indonesia memiliki ketebalan hingga 1,75 centimeter. "Sama M4 dan Steyr cuma penyok, sama peluru kaliber 5,56 centimeter Pindad tembus," tandasnya.
Keunggulan SS1 V1 buatan Pindad yang melampaui Steyr dan M4 diakuinya dapat menaikkan moral dan kepercayaan diri pasukan. Usai peristiwa itu, bahkan barak tempat kontingen Indonesia berkemah sempat didatangi beberapa anggota marinir asing untuk berkenalan, dan bertukar cinderamata. "Bahkan komandan basis memuji, katanya kalau marinir kita disuruh nembak berlian, pasti kena," ucapnya.
Hingga bulan Agustus mendatang, sebanyak 45 orang anggota marinir TNI AL akan mengikuti latihan perang bersama dan tergabung dengan 27 negara peserta Rim Of Pacific. Latihan yang diselenggarakan oleh AL Amerika dua tahun sekali di Hawaii itu merupakan latihan multilateral terbesar di dunia.
Paduan SS-1V1 dan Munisi MU-5TJ Pindad Mampu Jebol Rompi dan Helm Standar USMC
Para Prajurit Korp Marinir TNI-AL mencatatkan ‘kejutan’ dalam latihan bareng Rim of Pacific di Kaneohe Bay Marine Corps Base Hawaii, Honolulu, Amerika Serikat baru-baru ini. Pada saat uji zeroing senjata bersama kontingen Indonesia, Amerika Serikat, dan Australia dalam kompi gabungan, Marinir Indonesia yang menggunakan SS-1 V1/M1 dan peluru MU-5TJ justru sukses menjebol pelat keramik pada rompi anti peluru MTV (Modular Tactical Vest) standar Korp Marinir AS.
Masing-masing prajurit dari tiap negara menggunakan senapan serbu organik, Marinir AS menggunakan karabin M4, Australia menggunakan EF88 Austeyr, sementara Marinir Indonesia menggunakan SS-1V1. Sasarannya adalah rompi anti peluru berikut helm organik Korp Marinir AS, LWH (Light Weight Helmet). Dari ketiganya, hanya SS-1V1 yang sukses menjebol pelat keramik yang dipasang di balik rompi MTV, sementara dua senapan lain hanya menimbulkan penyok saja.
Tembakan akurat dari prajurit Korps Marinir berhasil menjebol rompi tepat di bagian jantung dan area dada, dan membuyarkan serabut-serabut kevlar dan benang cordura nylon yang menyusun rompi MTV. Sementara peluru yang menghajar LWH benar-benar tembus depan dan belakang. Kehebatan peluru dan senapan buatan Pindad ini tak ayal membuat kontingen negara lain penasaran dan berebut mencoba SS-1V1, seperti yang disampaikan Dan Satgas Marinir Indonesia, Mayor (Mar) Indra Fauzi Umar yang sehari-hari bertugas sebagai Pabandya Spers Pasmar-2.
Seperti yang diketahui khalayak, SS-1V1 merupakan hasil adopsi dari senapan serbu FN FNC buatan Belgia, dan merupakan senapan serbu standar TNI saat ini, sembari menunggu SS-2 diadopsi secara meluas. Korp Marinir sendiri menggunakan SS-1V1, SS-1V2, dan SS-1M (Marinized) yang lebih tahan karat. Sementara itu, peluru yang digunakan adalah peluru 62grain MU-5TJ (Tajam) yang dibuat sesuai standar peluru SS109 yang merupakan standar NATO. Peluru ini memiliki penetrator baja dan dikelilingi oleh inti timah, yang pada gilirannya diselubungi jaket tembaga. Kepala peluru diberi warna hijau metalik.
Kemampuan peluru 5,56x45mm ini mampu menembus helm Kevlar dari jarak 600 meter, dan bila melihat jarak zeroing pada latihan bersama yaitu 25 meter, sebenarnya hal tersebut merupakan kinerja yang masih masuk parameter kualitas. Artinya, PT Pindad mampu membuat peluru sesuai dengan standar NATO dan memiliki kualitas yang tinggi. Selamat untuk Korp Marinir TNI-AL dan PT Pindad. (Aryo Nugroho)
Sumber :
http://nasional.sindonews.com/read/1122523/14/gunakan-ss1-v1-tni-al-jebol-rompi-antipeluru-marinir-as-1468140197
http://indomil.com/paduan-ss-1v1-dan-munisi-mu-5tj-mampu-jebol-rompi-dan-helm-standar-usmc/