Indonesia Tak Bisa Lagi Nonblok di Konflik Laut China Selatan - Radar Militer

31 Juli 2016

Indonesia Tak Bisa Lagi Nonblok di Konflik Laut China Selatan

Angkatan Laut Indonesia
Angkatan Laut Indonesia

Konflik Laut China Selatan dipastikan akan mengubah sikap politik luar negeri pemerintah Indonesia. Ini terjadi setelah ada insiden yang terjadi di perairan Natuna pada Juni lalu antara Indonesia dan China.
"Kejadian itu sudah mengubah pandangan antara Indonesia dan China tentang masalah-masalah di Laut China Selatan," kata mantan Kepala Staf TNI Angkatan laut Laksamana (Purn) Ahmad Sucipto Sabtu, 30 Juli 2016, di Restoran Gado-Gado Boplo, Menteng, Jakarta.
Insiden antara Indonesia dan China terjadi saat militer Indonesia memberi tembakan peringatan atas nelayan China yang dianggap memasuki perairan Indonesia. Setelah insiden itu, ada pernyataan dari pihak China bahwa Indonesia dan China punya masalah overlapping claim di Laut China Selatan. "Selama ini tidak pernah muncul kata-kata itu," kata Sucipto.
Pernyataan China bahwa ada masalah overlapping claim itu dipastikan mengubah sikap politik luar negeri Indonesia. Selama ini Indonesia bersikap non-allignment (nonblok) atas sengketa di Laut China Selatan dan mengatakan sengketa itu harus ditempuh melalui jalur internasional dengan jalan damai. Menurut Sucipto, setelah adanya pernyataan China tersebut, Indonesia tidak bisa lagi mengambil posisi nonblok.
Indonesia, kata Sucipto, harus mempertahankan kepemilikan dan hak atas perairan Natuna. "Pasti kita akan mengubah sikap politik luar negeri kita atas Laut China Selatan, entah kapan, tapi pasti ada perubahan," kata Sucipto. Dan salah satu penguat dari politik luar negeri itu adalah memperkuat tentara dan armada militer. Ini dilakukan untuk mempersiapkan skenario terburuk, yaitu perang.
Sengketa Laut China Selatan terjadi antara China dan beberapa negara ASEAN. Sayangnya, negara-negara ASEAN gagal menghasilkan komunike bersama atas sengketa tersebut. Pengamat pertahanan Connie Rahakundini Bakrie mengatakan kegagalan itu membuktikan kegagalan ASEAN dalam menyelesaikan sengketa Laut China Selatan.
Connie mengatakan ASEAN sudah tidak lagi digunakan untuk kepentingan ASEAN, seperti awal didirikan. ASEAN telah berubah dengan masuknya banyak kepentingan negara-negara di luar ASEAN, misalnya melalui ASEAN+3, ASEAN+6, dan lainnya. Ini membuat di antara sesama negara ASEAN terbelah yang didorong kepentingan masing-masing, ada yang pro-Amerika Serikat dan pro-China. "Jadi menurut saya kita ubah saja, balik pada ASEAN for ASEAN," kata Connie.
Pilihan kedua, Connie menyarankan agar Indonesia meninggalkan ASEAN bila organisasi kawasan itu menjadi beban bagi Indonesia dalam menyelesaikan Laut China Selatan. Terlebih lagi Indonesia telah menyatakan visinya untuk menjadi poros maritim dunia. "Kenapa kita enggak memperkuat kita sendiri dan tidak membawa beban-beban ASEAN lagi," kata Connie.
Sumber : https://dunia.tempo.co/read/news/2016/07/30/118791946/indonesia-tak-bisa-lagi-nonblok-di-konflik-laut-cina-selatan

Bagikan artikel ini

Silakan tulis komentar Anda

- Berkomentarlah yang sopan dan bijak sesuai isi artikel/ berita;
- Dilarang berkomentar SPAM, SARA, Politik, Provokasi dsb