![]() |
Bungker di Pulau Enggano |
Pulau Enggano merupakan satu dari ratusan pulau terluar yang ada di Indonesia. Pulau dengan luas sekira 40.260 hektare (Ha) ini terdapat di Kecamatan Enggano, Kabupaten Bengkulu Utara, Bengkulu.
Pulau yang terpaut 175 km dari Kota Bengkulu, ini bukan hanya menyajikan obyek wisata bahari.
Namun, pulau yang dihuni oleh 3.738 jiwa penduduk tersebut juga memiliki jejak peninggalan zaman penjajahan Jepang, sekira tahun 1935 silam.
Peninggalan yang masih membekas itu, seperti bunker-bunker buatan tentara Jepang yang berfungsi sebagai pos-pos pengintaian untuk mengantisipasi serangan. Bunker itu terdapat di dua desa, yakni di Desa Malakoni dan Desa Apoho.
Pulau yang memiliki lima suku asli dan satu suku pendatang ini, di zaman Jepang sempat dibangun terowongan di atas bukit Desa Malakoni. Konon, terowongan itu dibangun untuk pembantaian masyarakat Enggano kala itu.
Pembangunan terowongan itu juga menggunakan tenaga dari masyarakat Enggano, baik orangtua, dewasa maupun remaja. Menurut cerita, masyarakat Enggano bekerja siang malam secara paksa oleh Jepang.
Kepada Okezone, Ketua Lembaga Suku Adat Budaya Enggano, Harun Kaarubi (70) bercerita, rencana pembangunan terowongan itu terhenti ketika adanya peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki, pada 6 Agustus 1945. Tentara Jepang memilih mundur dan pulang ke Jepang dengan menggunakan kapal laut.
Sementara, gudang logistik, landasan pesawat dan fasilitas lainnya ditinggalkan begitu saja oleh tentara Jepang. Namun, seluruh senjata, baik itu senjata api jenis pistol, senjata api jenis laras panjang dibuang di tengah laut. Begitu juga stok logistik makanan berupa beras, roti ditinggal di gudang yang terdapat di atas bukit.
''Terowongan itu belum selesai dibangun. Rencana terowongan itu dibangun untuk pembantaian warga Enggano. Tapi, belum sempat terjadi pembantaian, karena ada bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,'' kenang Harun.
Harun menyampaikan, Jepang menduduki Enggano sekira 10 tahun, yang mana kedatangan Jepang ke Enggano, lanjut Harun, untuk mencari rempah-rempah.
Sejak peninggalan Jepang puluhan tahun lalu, terang Harun, warga Enggano masih sempat menemukan peninggalan Jepang, berupa helm tentara yang tertimbun di dalam tanah.
''Tentara Jepang cukup lama menduduki Enggano. Beberapa tahun lalu ada warga menemukan helm yang diketahui peninggalan tentara Jepang,'' tandas Harun. (day)
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/08/21/340/1469153/kisah-tentara-jepang-bangun-terowongan-pembantaian-di-enggano
Namun, pulau yang dihuni oleh 3.738 jiwa penduduk tersebut juga memiliki jejak peninggalan zaman penjajahan Jepang, sekira tahun 1935 silam.
Peninggalan yang masih membekas itu, seperti bunker-bunker buatan tentara Jepang yang berfungsi sebagai pos-pos pengintaian untuk mengantisipasi serangan. Bunker itu terdapat di dua desa, yakni di Desa Malakoni dan Desa Apoho.
Pulau yang memiliki lima suku asli dan satu suku pendatang ini, di zaman Jepang sempat dibangun terowongan di atas bukit Desa Malakoni. Konon, terowongan itu dibangun untuk pembantaian masyarakat Enggano kala itu.
Pembangunan terowongan itu juga menggunakan tenaga dari masyarakat Enggano, baik orangtua, dewasa maupun remaja. Menurut cerita, masyarakat Enggano bekerja siang malam secara paksa oleh Jepang.
Kepada Okezone, Ketua Lembaga Suku Adat Budaya Enggano, Harun Kaarubi (70) bercerita, rencana pembangunan terowongan itu terhenti ketika adanya peristiwa bom atom Hiroshima dan Nagasaki, pada 6 Agustus 1945. Tentara Jepang memilih mundur dan pulang ke Jepang dengan menggunakan kapal laut.
Sementara, gudang logistik, landasan pesawat dan fasilitas lainnya ditinggalkan begitu saja oleh tentara Jepang. Namun, seluruh senjata, baik itu senjata api jenis pistol, senjata api jenis laras panjang dibuang di tengah laut. Begitu juga stok logistik makanan berupa beras, roti ditinggal di gudang yang terdapat di atas bukit.
''Terowongan itu belum selesai dibangun. Rencana terowongan itu dibangun untuk pembantaian warga Enggano. Tapi, belum sempat terjadi pembantaian, karena ada bom atom di Hiroshima dan Nagasaki,'' kenang Harun.
Harun menyampaikan, Jepang menduduki Enggano sekira 10 tahun, yang mana kedatangan Jepang ke Enggano, lanjut Harun, untuk mencari rempah-rempah.
Sejak peninggalan Jepang puluhan tahun lalu, terang Harun, warga Enggano masih sempat menemukan peninggalan Jepang, berupa helm tentara yang tertimbun di dalam tanah.
''Tentara Jepang cukup lama menduduki Enggano. Beberapa tahun lalu ada warga menemukan helm yang diketahui peninggalan tentara Jepang,'' tandas Harun. (day)
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/08/21/340/1469153/kisah-tentara-jepang-bangun-terowongan-pembantaian-di-enggano