![]() |
Kisah Tentara yang Bertugas di Batas Negara |
Puing- puing itu teronggok di tanah, di tengah hutan. Bagian mesin dan radiator terletak di permukaan anak sungai.
Beberapa utas kabel pun masih terlihat bekas dimakan api. Sementara bagian ujung knalpot terletak terpisah, berikut logam dan alumunium bekas terbakar kondisinya terlipat atau tergulung, terletak ke arah bukit, berjarak kurang lebih satu sampai tiga meter dari sungai.
Lokasi ini berjarak kurang-lebih 200 meter dari pos pengaman perbatasan RI - Malaysia di Long Bulan, Desa Long Bulan, Desa Long Bulan, Kecamatan Long Pujungan, Kabupaten Malinau, Kaltara.
Ya, itulah puing-puing Heli Mi-17 yang jatuh dan menewaskan 13 orang kru, dan sipil yang diangkut untuk membangun pos Long Bulan pada 9 November 2013. Satu pohon besar, tinggi dan lurus menjulang ke angkasa, tampak miring adalah bekas kena tabrak heli.
Kendati sudah berselang hampir tiga tahun, kisah aneh dan unik dari seputar lokasi kejadian masih dirasakan sebagian prajurit Batalyon 713/Satyatama Gorontalo, yang sudah lima bulan berjaga di sana.
Misalnya dikemukakan Sersan Kepala Muhammad Asdar, sebagai anggota tim merangkap petugas kesehatan di Pos Long Bulan.
Ia mengaku beberapa kali mengalami atau mendengar suara aneh-aneh.
"Saya sendiri pernah mengalami, pintu diketuk-ketuk saat tengah malam. Bahkan, saya pernah mendengar suara mirip sekali seperti helikopter mau mendarat. Saat itu jam dua malam, kan tidak mungkin heli datang," ujar Asdar.
Masih menurut Asdar, kisah aneh-aneh serupa pernah dialami tim pengamanan yang bertugas sebelumnya dan sudah kembali ke kesatuannya.
"Katanya, mereka tidak bisa tenang. Sering diganggu yang aneh-aneh," tuturnya.
Gangguan roh halus ini bahkan memaksa pihak pos memindahkan dapur dari satu bangunan persegi empat ukuran kira-kira 3 X 3 meter, yang terletak paling pinggir. Ketika evakuasi para jasad korban, dapur ini menjadi tempat penampungan 13 mayat.
Kini dapur dibangun lagi, terletak bersebelahan dengan petilasan atau toilet, agak ke tengah kompleks.Satu sebab mengenai masih beradanya puing-puing helikopter tersebut di lokasi kejadian, diduga, karena unsur aneh-aneh tersebut.
Sebelumnya, puing-puing sempat diangkut ke pekarangan pos dan hendak dipindahkan, namun justru makin banyak hal aneh terjadi.
"Katanya, ada juga suara jeritan malam-malam. Jadi puing-puing dikembalikan lagi," kata Sersan Kepala Rusdi, Wakil Komandan Regu.
Penuturan ini dibenarkan Komandan Pos, Letda Infatri Rizal.
"Benar, anggota saya mengaku mengalami hal-hal aneh," kata Rizal, ayah dua anak yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan.Baik Asdar, Rusdi maupun Rizal tidak mempermasalahkan kemungkinan adanya hal aneh di seputar lokasi heli jatuh.
"Sebagai orang beragama, kami tidak takut. Kita boleh percaya ada (alam ghaib), tetapi kita harus lebih percaya dan berserah pada kuasa Allah SWT. Ketakutan tidak boleh mengalahkan tugas. Kami tetap kuat bertugas di perbatasan," ujar Rizal.
Selama di pos perbatasan, 15 personel pengaman ini, rutin saban Jumat menggelar yasinan untuk mendoakan arwah para prajurit dan warga sipil yang gugur di Long Bulan.
"Kita doakan semoga arwah para pejuang diterima di sisi Tuhan Yang Maha Besar," tuturnya. (*)
Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2016/08/31/hal-hal-aneh-sering-ditemui-prajurit-inilah-kisah-tentara-yang-bertugas-di-long-bulan?page=3
Beberapa utas kabel pun masih terlihat bekas dimakan api. Sementara bagian ujung knalpot terletak terpisah, berikut logam dan alumunium bekas terbakar kondisinya terlipat atau tergulung, terletak ke arah bukit, berjarak kurang lebih satu sampai tiga meter dari sungai.
Lokasi ini berjarak kurang-lebih 200 meter dari pos pengaman perbatasan RI - Malaysia di Long Bulan, Desa Long Bulan, Desa Long Bulan, Kecamatan Long Pujungan, Kabupaten Malinau, Kaltara.
Ya, itulah puing-puing Heli Mi-17 yang jatuh dan menewaskan 13 orang kru, dan sipil yang diangkut untuk membangun pos Long Bulan pada 9 November 2013. Satu pohon besar, tinggi dan lurus menjulang ke angkasa, tampak miring adalah bekas kena tabrak heli.
Kendati sudah berselang hampir tiga tahun, kisah aneh dan unik dari seputar lokasi kejadian masih dirasakan sebagian prajurit Batalyon 713/Satyatama Gorontalo, yang sudah lima bulan berjaga di sana.
Misalnya dikemukakan Sersan Kepala Muhammad Asdar, sebagai anggota tim merangkap petugas kesehatan di Pos Long Bulan.
Ia mengaku beberapa kali mengalami atau mendengar suara aneh-aneh.
"Saya sendiri pernah mengalami, pintu diketuk-ketuk saat tengah malam. Bahkan, saya pernah mendengar suara mirip sekali seperti helikopter mau mendarat. Saat itu jam dua malam, kan tidak mungkin heli datang," ujar Asdar.
Masih menurut Asdar, kisah aneh-aneh serupa pernah dialami tim pengamanan yang bertugas sebelumnya dan sudah kembali ke kesatuannya.
"Katanya, mereka tidak bisa tenang. Sering diganggu yang aneh-aneh," tuturnya.
Gangguan roh halus ini bahkan memaksa pihak pos memindahkan dapur dari satu bangunan persegi empat ukuran kira-kira 3 X 3 meter, yang terletak paling pinggir. Ketika evakuasi para jasad korban, dapur ini menjadi tempat penampungan 13 mayat.
Kini dapur dibangun lagi, terletak bersebelahan dengan petilasan atau toilet, agak ke tengah kompleks.Satu sebab mengenai masih beradanya puing-puing helikopter tersebut di lokasi kejadian, diduga, karena unsur aneh-aneh tersebut.
Sebelumnya, puing-puing sempat diangkut ke pekarangan pos dan hendak dipindahkan, namun justru makin banyak hal aneh terjadi.
"Katanya, ada juga suara jeritan malam-malam. Jadi puing-puing dikembalikan lagi," kata Sersan Kepala Rusdi, Wakil Komandan Regu.
Penuturan ini dibenarkan Komandan Pos, Letda Infatri Rizal.
"Benar, anggota saya mengaku mengalami hal-hal aneh," kata Rizal, ayah dua anak yang tinggal di Makassar, Sulawesi Selatan.Baik Asdar, Rusdi maupun Rizal tidak mempermasalahkan kemungkinan adanya hal aneh di seputar lokasi heli jatuh.
"Sebagai orang beragama, kami tidak takut. Kita boleh percaya ada (alam ghaib), tetapi kita harus lebih percaya dan berserah pada kuasa Allah SWT. Ketakutan tidak boleh mengalahkan tugas. Kami tetap kuat bertugas di perbatasan," ujar Rizal.
Selama di pos perbatasan, 15 personel pengaman ini, rutin saban Jumat menggelar yasinan untuk mendoakan arwah para prajurit dan warga sipil yang gugur di Long Bulan.
"Kita doakan semoga arwah para pejuang diterima di sisi Tuhan Yang Maha Besar," tuturnya. (*)
Sumber : http://kaltim.tribunnews.com/2016/08/31/hal-hal-aneh-sering-ditemui-prajurit-inilah-kisah-tentara-yang-bertugas-di-long-bulan?page=3