Amerika Serikat - China |
Pengamat politik luar negeri asal Indonesia, Arya Sandhiyudha menilai hubungan Amerika Serikat dan China pascapilpres AS 8 November mendatang tidak akan membawa perubahan berarti. Baik dalam kerjasama maupun perseteruan di antaranya.
“Kedua negara dalam beberapa aspek sudah menjalin kerjasama militer, maka dalam aspek keamanan keduanya diprediksi akan selalu berada pada spektrum kebijiakan yang medioker alias di tengah-tengah saja,” terangnya kepada Okezone, Minggu (30/10/2016).
Berdasarkan situasi di atas, Arya meyakini AS akan selalu menghindari kompetisi atau persaingan terbuka dengan mitra ekonominya di Asia tersebut. Lulusan program doktoral ilmu politik dan hubungan internasional di Fatih University, Turki, itu menyebut, strategi yang dipakai Negeri Paman Sam dalam hal ini adalah hedging strategy.
“Strategi ini mengandalkan kepekaan untuk membatasi kebijakan dari wilayah yang sensitif bagi negara lain. Di samping tetap berupaya menciptakan keseimbangan yang saling menguntungkan,” ucapnya.
Sementara mengenai penerapan strategi ini sepeninggalnya Presiden Barack Obama, pengamat yang juga menyandang sebutan Ustad ini akan sangat tergantung pada preferensi kebijakan luar negeri masing-masing capres. Sebab menurutnya, satu sama lain memiliki latar ideologi dan kepribadian yang berbeda dan akan memengaruhi kebijakan, agenda besar dan cara AS menyelamatkan kepentingan strategisnya di kawasan, khususnya Asia Pasifik.
“Kedua kandidat pastilah sama dalam hal melihat kepentingan strategis AS. Namun secara taktis sangat banyak hal yang dapat membedakan mereka,” katanya merujuk kepada Hillary Clinton dan Donald Trump.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/10/30/18/1528236/pengamat-as-akan-selalu-menghindari-persaingan-terbuka-dengan-china
“Kedua negara dalam beberapa aspek sudah menjalin kerjasama militer, maka dalam aspek keamanan keduanya diprediksi akan selalu berada pada spektrum kebijiakan yang medioker alias di tengah-tengah saja,” terangnya kepada Okezone, Minggu (30/10/2016).
Berdasarkan situasi di atas, Arya meyakini AS akan selalu menghindari kompetisi atau persaingan terbuka dengan mitra ekonominya di Asia tersebut. Lulusan program doktoral ilmu politik dan hubungan internasional di Fatih University, Turki, itu menyebut, strategi yang dipakai Negeri Paman Sam dalam hal ini adalah hedging strategy.
“Strategi ini mengandalkan kepekaan untuk membatasi kebijakan dari wilayah yang sensitif bagi negara lain. Di samping tetap berupaya menciptakan keseimbangan yang saling menguntungkan,” ucapnya.
Sementara mengenai penerapan strategi ini sepeninggalnya Presiden Barack Obama, pengamat yang juga menyandang sebutan Ustad ini akan sangat tergantung pada preferensi kebijakan luar negeri masing-masing capres. Sebab menurutnya, satu sama lain memiliki latar ideologi dan kepribadian yang berbeda dan akan memengaruhi kebijakan, agenda besar dan cara AS menyelamatkan kepentingan strategisnya di kawasan, khususnya Asia Pasifik.
“Kedua kandidat pastilah sama dalam hal melihat kepentingan strategis AS. Namun secara taktis sangat banyak hal yang dapat membedakan mereka,” katanya merujuk kepada Hillary Clinton dan Donald Trump.
Sumber : http://news.okezone.com/read/2016/10/30/18/1528236/pengamat-as-akan-selalu-menghindari-persaingan-terbuka-dengan-china