Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1 |
Gagal mencapai ketinggian 30 kilometer tak membuat tim Menembus Langit patah arang menerbangkan kembali pesawat nirawak mereka ke stratosfer. Mereka berencana meluncurkan ulang pesawat Unmanned Aerial Vehicle (UAV) Ai-X1 pada Sabtu (29/10).
"Kita tidak mungkin melanjutkan hari ini, tapi kita bisa lanjut besok lagi. Kita masih mengantongi izin terbang untuk besok," tegas pimpinan proyek Menembus Langit, Azhar Pangesti di Jakarta, Jumat (28/10).
Misi lepas landas pesawat UAV Ai-X1 yang bertempat di fasilitas penerbangan Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat ini memang seharusnya dijadwalkan mengangkasa di stratosfer pada Jumat, 28 Oktober.
Sayangnya, ia mengalami gangguan GPS setelah melewati awan kumpulan awan hitam di ketinggian 10 kilometer. Seperti yang dijelaskan CEO AeroTerrascan Dian Rusdiana Hakim, awan hitam tersebut memperburuk kualitas GPS.
Demi mencegah kejadian yang sama, tim akan melakukan evaluasi dari data yang berhasil mereka rekam.
"Paling untuk besok kita mengatur ulang sensitivitas sensor GPS agar kejadian serupa tak terjadi lagi," terang Dian di tempat yang sama.
Rencana peluncuran UAV Ai-X1 yang akan dilakukan esok hari ini tetap menggunakan fasilitas milik LAPAN di Pamengpeuk, Garut.
Misi utama dari proyek Menembus Langit adalah kemajuan riset dan teknologi, terutama di bidang antariksa, aeronautika dan meteorologi.
Mereka menggandeng sejumlah universitas di Indonesia dalam proses pengolahan data meteorologi yang tertangkap setelah proyek ini berakhir.
Tentang UAV Ai-X1
Pesawat UAV Ai-X1 dikembangkan oleh perusahaan swasta AeroTerrascan yang berbasis di Bandung. Ia juga menjadi inisiator proyek peluncuran ini.
Dian sebagai CEO bisa dibilang sebagai penghembus ide pertama mengenai proyek Menembus Langit. Ia mengawinkan mimpi untuk menciptakan pesawat tanpa awak yang dapat membawa nama Indonesia di masa depan dengan potensi yang ia temukan lewat kerja kolaborasi.
"Mimpi kita bikin space agency untuk menerbangkan wahana dan manusia ke luar angkasa," tutur Dian sembari berkelakar.
AeroTerrascan memang tidak sendirian. Mereka turut menggandeng sebuah organisasi bernama Dengan Senang Hati pada pertengahan 2016 untuk mewujudkan ide mereka.
Berkat kerjasama itu, AeroTerrascan dapat berkonsentrasi penuh di wilayah teknis. Sementara peran Dengan Senang Hati layaknya magnet yang terus menarik berbagai kalangan untuk membesarkan proyek ini sehingga dikenal masyarakat luas. Menurut Azhar, proyek ini melibatkan 95 orang.
Pesawat Ai-X1 bisa dibilang sebagai drone dengan desain dan kegunaan yang mengarah ke kategori High Altitude Long Endurance (HALE) atau pseudosatelite. Dengan kata lain, Ai-X1 adalah drone berbobot 2,7 kilogram yang dilengkapi berbagai sensor.
Namun Azhar menilai Ai-X1 bisa juga dikatakan sebagai pesawat ulang-alik. Sebab Ai-X1 didesain dengan kemampuan return-to-home (ulang-alik) secara otomatis.
"Kalau drone itu kan kemampuannya lebih terbatas ya. Sedangkan yang namanya ulang-alik itu kan kalau pesawatnya diprogram untuk pulang secara utuh, tidak seperti roket," ucap Azhar.
Uji coba eksperimen serupa dengan pesawat dan tempat yang sama sudah lebih dulu dilakukan pada 27 Agustus lalu. Saat itu, pesawat Ai-X1 berhasil merengkuh ketinggian 12,9 km sebelum kendala pada tali penghubung menyelesaikan perjalanan wahana mencapai stratosfer.
UAV A1-Xi ini sejatinya direncanakan bisa 'berjalan-jalan' di stratosfer Bumi selama 40 menit. Proyek ini digadang-gadang mampu menjadikannya sebagai pesawat nirawak pertama buatan Indonesia yang menjalankan misi tersebut.
Jika peluncuran besok berhasil, UAV A1-Xi akan mengumpulkan data mengenai kondisi atmosfer Bumi menggunakan berbagai instrumen ilmiah yang disematkan di tubuhnya, yakni termometer, magnetometer, barometer, hingga kamera 360. (hnf)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161028163914-199-168731/setelah-gagal-pesawat-nirawak-besok-kembali-diluncurkan/
"Kita tidak mungkin melanjutkan hari ini, tapi kita bisa lanjut besok lagi. Kita masih mengantongi izin terbang untuk besok," tegas pimpinan proyek Menembus Langit, Azhar Pangesti di Jakarta, Jumat (28/10).
Misi lepas landas pesawat UAV Ai-X1 yang bertempat di fasilitas penerbangan Pamengpeuk, Garut, Jawa Barat ini memang seharusnya dijadwalkan mengangkasa di stratosfer pada Jumat, 28 Oktober.
Sayangnya, ia mengalami gangguan GPS setelah melewati awan kumpulan awan hitam di ketinggian 10 kilometer. Seperti yang dijelaskan CEO AeroTerrascan Dian Rusdiana Hakim, awan hitam tersebut memperburuk kualitas GPS.
Demi mencegah kejadian yang sama, tim akan melakukan evaluasi dari data yang berhasil mereka rekam.
"Paling untuk besok kita mengatur ulang sensitivitas sensor GPS agar kejadian serupa tak terjadi lagi," terang Dian di tempat yang sama.
Rencana peluncuran UAV Ai-X1 yang akan dilakukan esok hari ini tetap menggunakan fasilitas milik LAPAN di Pamengpeuk, Garut.
Misi utama dari proyek Menembus Langit adalah kemajuan riset dan teknologi, terutama di bidang antariksa, aeronautika dan meteorologi.
Mereka menggandeng sejumlah universitas di Indonesia dalam proses pengolahan data meteorologi yang tertangkap setelah proyek ini berakhir.
Tentang UAV Ai-X1
Pesawat UAV Ai-X1 dikembangkan oleh perusahaan swasta AeroTerrascan yang berbasis di Bandung. Ia juga menjadi inisiator proyek peluncuran ini.
Dian sebagai CEO bisa dibilang sebagai penghembus ide pertama mengenai proyek Menembus Langit. Ia mengawinkan mimpi untuk menciptakan pesawat tanpa awak yang dapat membawa nama Indonesia di masa depan dengan potensi yang ia temukan lewat kerja kolaborasi.
"Mimpi kita bikin space agency untuk menerbangkan wahana dan manusia ke luar angkasa," tutur Dian sembari berkelakar.
AeroTerrascan memang tidak sendirian. Mereka turut menggandeng sebuah organisasi bernama Dengan Senang Hati pada pertengahan 2016 untuk mewujudkan ide mereka.
Berkat kerjasama itu, AeroTerrascan dapat berkonsentrasi penuh di wilayah teknis. Sementara peran Dengan Senang Hati layaknya magnet yang terus menarik berbagai kalangan untuk membesarkan proyek ini sehingga dikenal masyarakat luas. Menurut Azhar, proyek ini melibatkan 95 orang.
Pesawat Ai-X1 bisa dibilang sebagai drone dengan desain dan kegunaan yang mengarah ke kategori High Altitude Long Endurance (HALE) atau pseudosatelite. Dengan kata lain, Ai-X1 adalah drone berbobot 2,7 kilogram yang dilengkapi berbagai sensor.
Namun Azhar menilai Ai-X1 bisa juga dikatakan sebagai pesawat ulang-alik. Sebab Ai-X1 didesain dengan kemampuan return-to-home (ulang-alik) secara otomatis.
"Kalau drone itu kan kemampuannya lebih terbatas ya. Sedangkan yang namanya ulang-alik itu kan kalau pesawatnya diprogram untuk pulang secara utuh, tidak seperti roket," ucap Azhar.
Uji coba eksperimen serupa dengan pesawat dan tempat yang sama sudah lebih dulu dilakukan pada 27 Agustus lalu. Saat itu, pesawat Ai-X1 berhasil merengkuh ketinggian 12,9 km sebelum kendala pada tali penghubung menyelesaikan perjalanan wahana mencapai stratosfer.
UAV A1-Xi ini sejatinya direncanakan bisa 'berjalan-jalan' di stratosfer Bumi selama 40 menit. Proyek ini digadang-gadang mampu menjadikannya sebagai pesawat nirawak pertama buatan Indonesia yang menjalankan misi tersebut.
Jika peluncuran besok berhasil, UAV A1-Xi akan mengumpulkan data mengenai kondisi atmosfer Bumi menggunakan berbagai instrumen ilmiah yang disematkan di tubuhnya, yakni termometer, magnetometer, barometer, hingga kamera 360. (hnf)
Sumber : http://www.cnnindonesia.com/teknologi/20161028163914-199-168731/setelah-gagal-pesawat-nirawak-besok-kembali-diluncurkan/