![]() |
Jenderal Mallaby |
Moekari anggota Tokobetsu Kaisatsu-Tai, polisi bentukan Jepang di tahun 1944 ini meyakinkan bahwa pembunuh Jenderal Mallaby pasukan Belanda sendiri.
“Info ini saya peroleh dari teman saya yang waktu itu memang melihat langsung peristiwa itu,” kata Moekari.
Moekri mengatakan hal tersebut saat hadir dalam acara Silaturahmi dengan Veteran dan janda veteran yang diadakan Hotel Harris-Pop Gubeng Surabaya, Selasa (8/11/2016).
Informasi dari teman Moekari yang kini sudah meninggal itu masuk akal.
Sebab menurut Moekari yang bisa dekat langsung dengan Jenderal Mallaby tentu orang-orang Belanda sendiri.
“Yang bisa melakukan itu hanyalah orang yang profesional. Waktu itu tentara Belanda melempar granat ke mobil Mallaby,” ucapnya.
Target dari aksi itu adalah untuk membuat marah Tentara Sekutu dan menghancurkan tentara Indonesia.
“Faktanya target itu berhasil sehingga memicu perang 10 November itu,” imbuh Sri Lestari, putri Moekari yang turut mendampingi di acara silaturahmi tersebut.
Sri Lestari pula yang kemudian mendokumentasikan perjalanan sang ayah selama perang kemerdekaan dalam buku berjudul 500 Km – Sebuah Nilai Perjuangan Tanpa Angka.
Buku setebal 120 halaman itu memapar fakta yang terjadi saat Agresi Militer I hingga Agresi Militer II.
Anak keempat dari enam bersaudara ini mengaku perlu waktu dua tahun untuk menyelesaikan buku tersebut.
“Menulisnya sih cepat, hanya satu bulan. Yang paling lama adalah napak tilasnya,” kata wanita yang akrab disapa Tari ini.
Napak tilas itu dianggap penting untuk mendapatkan fakta langsung di lapangan berdasar kisah yang diperoleh dari sang ayah.
Tari beruntung karena mendapat tambahan cerita antara lain dari Mbah Karim, penduduk sipil yang besar perannya membantu para pejuang, khususnya dalam ‘Peristiwa Tlogo’.
Narasumber lain yang ditemui adalah Rahmat Soegiro Uno.
Di masa penjajahan Jepang pria yang belakangan mukim di Batu sebelum akhirnya meninggal dunia adalah instruktur PETA.
Silaturahmi Bersama Veteran itu adalah bentuk kepedulian Hotel Harris-Pop Gubeng kepada para pejuang kemerdekaan yang masih hidup serta keluarganya.
“Acara ini untuk mengingat perjuangan para pahlawan sekaligus membangkitkan semangat generasi muda agar dapat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif,” kata GM Hotel Harris-Pop Gubeng Surabaya, Stylianos Koureas.
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2016/11/09/jenderal-mallaby-diyakini-dibunuh-tentara-belanda?page=2
“Info ini saya peroleh dari teman saya yang waktu itu memang melihat langsung peristiwa itu,” kata Moekari.
Moekri mengatakan hal tersebut saat hadir dalam acara Silaturahmi dengan Veteran dan janda veteran yang diadakan Hotel Harris-Pop Gubeng Surabaya, Selasa (8/11/2016).
Informasi dari teman Moekari yang kini sudah meninggal itu masuk akal.
Sebab menurut Moekari yang bisa dekat langsung dengan Jenderal Mallaby tentu orang-orang Belanda sendiri.
“Yang bisa melakukan itu hanyalah orang yang profesional. Waktu itu tentara Belanda melempar granat ke mobil Mallaby,” ucapnya.
Target dari aksi itu adalah untuk membuat marah Tentara Sekutu dan menghancurkan tentara Indonesia.
“Faktanya target itu berhasil sehingga memicu perang 10 November itu,” imbuh Sri Lestari, putri Moekari yang turut mendampingi di acara silaturahmi tersebut.
Sri Lestari pula yang kemudian mendokumentasikan perjalanan sang ayah selama perang kemerdekaan dalam buku berjudul 500 Km – Sebuah Nilai Perjuangan Tanpa Angka.
Buku setebal 120 halaman itu memapar fakta yang terjadi saat Agresi Militer I hingga Agresi Militer II.
Anak keempat dari enam bersaudara ini mengaku perlu waktu dua tahun untuk menyelesaikan buku tersebut.
“Menulisnya sih cepat, hanya satu bulan. Yang paling lama adalah napak tilasnya,” kata wanita yang akrab disapa Tari ini.
Napak tilas itu dianggap penting untuk mendapatkan fakta langsung di lapangan berdasar kisah yang diperoleh dari sang ayah.
Tari beruntung karena mendapat tambahan cerita antara lain dari Mbah Karim, penduduk sipil yang besar perannya membantu para pejuang, khususnya dalam ‘Peristiwa Tlogo’.
Narasumber lain yang ditemui adalah Rahmat Soegiro Uno.
Di masa penjajahan Jepang pria yang belakangan mukim di Batu sebelum akhirnya meninggal dunia adalah instruktur PETA.
Silaturahmi Bersama Veteran itu adalah bentuk kepedulian Hotel Harris-Pop Gubeng kepada para pejuang kemerdekaan yang masih hidup serta keluarganya.
“Acara ini untuk mengingat perjuangan para pahlawan sekaligus membangkitkan semangat generasi muda agar dapat mempertahankan dan mengisi kemerdekaan dengan hal-hal positif,” kata GM Hotel Harris-Pop Gubeng Surabaya, Stylianos Koureas.
Sumber : http://www.tribunnews.com/regional/2016/11/09/jenderal-mallaby-diyakini-dibunuh-tentara-belanda?page=2