![]() |
Kolonel Masturi |
Bagi Anda warga Bandung, khususnya Bandung utara, Kolonel Masturi menjadi nama yang sangat umum terdengar, bahkan tiap hari dilintasi karena telah menjadi nama sebuah jalan yang menghubungkan Kota Cimahi dengan Lembang di Kabupaten Bandung Barat. Meski hanya berpangkat kolonel, di Bandung tapi namanya hampir setenar jenderal, seperti halnya Jenderal Sudirman atau Jenderal Ahmad Yani atau Gatot Subroto. Sejumlah jalan bernama para anumerta TNI ini kini menjadi jalan utama dan vital keberadaannya.
Keberadaan Jalan Kolonel Masturi tak kalah penting. Lihat saja, banyak orang kebingungan saat longsor menerjang ruas jalan ini, Minggu 13 November 2016 lalu. Tak heran karena jalan ini menjadi sala satu akses menuju banyaknya destinasi wisata di Bandung utara, khususnya Lembang.
Lalu, siapa sebenarnya Kolonel Masturi?
Satu-satunya literatur tentang Kolonel Masturi adalah situs resmi Kabupaten Bandung. Masturi tercatat di situs ini karena dulu pernah menjabat sebagai sebagai Bupati Bandung. Seperti diketahui, daerah Kabupaten Bandung utara yang sekarang menjadi wilayah Kabupaten Bandung Barat dulu tergabung dalam wilayah administratif Kabupaten Bandung.
Dalam situs itu tercatat, Masturi menjadi Bupati Bandung pada 27 Februari 1967, menggantikan R. Memed Ardiwilaga, BA. Penunjukkan Masturi dilakukan setelah DPRDGR (DPRD Gotong Royong) mengadakan sidang paripurna untuk memilih calon Bupati Bandung pada 20 Januari 1967. Jabatan Bupati Letkol R. Memed Ardiwilaga BA baru berakhir setelah dua tahun diperpanjang karena terjadi peristiwa G 30 S yang menimbulkan situasi negara dalam keadaan bahaya.
Saat diangkat menjadi Bupati bandung, Masturi masih berpangkat Mayor. Masturi adalah Bupati Bandung ke-10 dengan masa bakti cukup singkat, hanya 2 tahun, tepatnya tahun 1967-1969. Mayor Masturi adalah Bupati Bandung kedua yang berasal dari kalangan militer. Penunjukkannya dianggap sesuai konsep dwi fungsi ABRI (sekarang disebut TNI) yang menyatakan bahwa ABRI itu mempunyai tugas ganda (dwi fungsi) yaitu selain memangku tugas sebagai alat negara dalam bidang pertahanan dan keamanan juga mempunyai tugas kerja dalam bidang kemasyarakatan (sosial).
Tugas Bupati Masturi ini tergolong tidak ringan. Salah satunya adalah harus melakukan pembersihan aparat yang berusaha untuk mengembalikan kekuatan PKI. Pada akhir tahun 1967 di Daerah Kecamatan Pangalengan muncul gerombolan sisa-sisa PKI. Mereka bergerak di sekitar Perkebunan Srikandi dengan pusatnya di Gunung Kencana. Di sana mereka mengadakan latihan militer dan kegiatan-kegiatan lain yang mencurigakan. Namun, berkat kerja sama ABRI dan pertahanan sipil serta rakyat setempat, sisa-sisa PKI itu dapat ditangkap. Kekuatan gerombolan berjumlah 27 orang, mereka terdiri dari warga Negara keturunan Tiongkok dan menamakan diri TPRI (Tentara Pembebas Republik Indonesia). Dari mereka dapat dirampas 21 buah granat baja, 300 lencana, gambar-gambar Mao Tse Tung, dokumen-dokumen dan sebagainya.
Sejak tahun 1967 Pemda Kabupaten Bandung mendasarkan program kerjanya, pada program kerja kabinet Ampera, dan juga menyusun program kerja tersendiri yang dinamai program kerja Repeh Rapih Kertaraharja. Repeh Rapih Kertaraharja adalah semboyan Kabupaten Bandung ini dimaksudkan untuk mengusahakan memenuhi hajat hidup rakyat banyak mengangkat sembilan bahan pokok (sembako), terutama beras yang pada waktu itu sebelumnya mengalami krisis dan mengembalikan ketertiban serta keamanan masyarakat yang telah terganggu akibat terjadinya peristiwa G30S/PKI.
Saat pemerintahannya, Masturi merombak organisasi Pemda Kabupaten Bandung. Repelita (rencana pembangunan lima tahun) mulai dikerjakan pada 1 April 1969 sesuai jadwal. Baru saja repelita dilaksanakan selama 2 bulan, Masturi meninggal dunia pada Jumat 4 juli 1969 setelah menjabat Bupati Bandung selama 2 tahun 4 Bulan.
Untuk menghargai jasa-jasanya terutama dalam hal pembinaan Orde Baru, pencegahan munculnya kembali sisa-sisa G30S/PKI, mewujudkan situasi dan kondisi yang cocok untuk memenuhi pembangunan serta menyusun Repelita Kabupaten Bandung, DPRDGR Kabupaten Bandung memutuskan untuk memberi gelar "Pahlawan Pembangunan Daerah Kabupaten Bandung" bagi Kolonel Anumerta Masturi.
Kolonel Masturi juga dikenal sebagai ayahanda Atty Suharti, Wali Kota Cimahi nonaktif yang sekarang kembali melaju pada Pilkada Kota Cimahi 2017.***
Sumber : http://www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/2016/11/20/siapa-kolonel-masturi-385297