Museum Mandala Bhakti |
Rakyat semarang melakukan perlawanan yang sangat heroik terhadap penjajahan Jepang saat mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Peristiwa ini dicatat oleh sejarah sebagai pertempuran lima hari di Semarang.
Berbagai peninggalan berupa peralatan perang seperti senjata dan alat komunikasi tersimpan di Museum Perjuangan Mandala Bhakti Semarang. Peninggalan tersebut menjadi saksi perjuangan yang dilakukan dengan sangat gigih oleh Rakyat Semarang.
Gandung Rahardjo, Pemandu Wisata di Museum Mandala Bhakti, mengatakan gedung Museum Mandala Bhakti menjadi salah satu lokasi terjadinya pertempuran lima hari di Semarang.
“Di sini dulunya merupakan markas kempeitai atau satuan polisi militer jepang. Jadi terjadi pendudukan oleh pejuang-pejuang Semarang di Gedung ini,” ujar Gandung.
Menurut penuturannya, pemicu awal terjadinya perlawanan dari rakyat semarang ialah banyak tawanan jepang yang melarikan diri dari penjara di Cepu.
Kemudian pasukan jepang dari markas kidobutai atau batalion kido yang berposisi di Jatingaleh menuju ke Markas kempeitai untuk menggabungkan pasukan dengan tujuan merebut kembali Kota Semarang.
Di peristiwa penggabungan inilah rakyat Semarang melakukan aksi perlawanan yang berlangsung selama lima hari dari 15 – 19 Oktober 1945.
“Rakyat Semarang melakukan perlawanan. Terjadi perlawanan di berbagai daerah di Semarang, antara lain di depan museum Mandala Bhakti yang dahulu menjadi markas Kempeitai, kawasan Johar, Pleburan, Purusara yang sekarang sudah menjadi Rumah Sakit Dokter Kariadi dan banyak lagi,” jelas Gandung.
Selain berusaha merebut kembali Kota Semarang, tentara Jepang juga bertujuan untuk membebaskan tahanan Jepang yang ditahan di Penjara Bulu.
Ketika tentara mulai terdesak oleh perlawanan rakyat Semarang yang makin meluas, mereka menuju daerah utara yakni yang dikenal sebagai Kampung Batik.
Di titik inilah menjadi puncak kemarahan rakyat Semarang. Saat itu tentara jepang membakar kampung batik secara membabi buta.
Dengan adanya pembakaran itu datanglah berbagai bantuan dari beberapa kota sekitar Semarang seperti Demak, Pati, Kudus, Solo, Yogyakarta, Salatiga, Ambarawa, Magelang, Kendal, Purwodadi dan Pekalongan.
Di Museum Mandala Bhakti selain dapat melihat berbagai peralatan yang digunakan selama peristiwa pertempuran lima hari, pengunjung juga bisa mengetahui seluk beluk seputar peristiwa secara lengkap lewat narasi peristiwa, dokumentasi foto dan uraian dari pemandu wisata.Salah satu dokumentasi foto yang dipamerkan adalah foto tokoh-tokoh yang terlibat yakni Dr. Kariadi dan peristiwa penangkapan Gubernur Wongsonegoro.
“Dokter Kariadi merupakan salah satu korban yang gugur saat terjadi peristiwa lima hari tersebut. Beliau gugur ditembak tentara Jepang di daerah Jalan Pandanaran. Saat itu, Dokter Kariadi menuju kolam atau tandon air di daerah siranda yang dikabarkan telah diracun oleh pihak Jepang. Meski sempat dibawa ke purusara (saat ini RS dr Kariadi) tapi nyawanya tidak terselamatkan. Untuk menghargai jasa beliau, namanya diabadikan menjadi Rumah Sakit terbesar di Kota Semarang, RSUP dr. Kariadi,” tutur Gandung.
Untuk mengenang aksi heroik dan jasa para pahlawan yang gugur, pemerintah Indonesia di era Presiden Ir. Soekarno, membangun monumen tugu muda yang terletak tepat di seberang Museum Perjuangan Mandala Bhakti.
“Diatas monumen terdapat desain kobaran api dengan lima lidah api. Api berwarna merah melambangkan keberanian para pejuang, lima lidah api melambangkan pertempuran selama lima hari yang dilakukan oleh rakyat Semarang,” imbuh Gandung.
Berbagai peninggalan peristiwa lima hari di Semarang terletak di ruang peristiwa di Museum Perjuangan Mandala Bhakti Semarang. Museum ini berlokasi di Jalan Mgr. Sugiyopranoto No 1 Semarang. (Maulana Ramadhan/magang tribunjateng)
Sumber : http://jateng.tribunnews.com/2016/12/04/mengenang-perjuangan-rakyat-semarang-saat-pertempuran-lima-hari-di-museum-mandala-bhakti?page=2