Uji Sistem Anti-Rudal David’s Sling |
Amerika Serikat (AS) yang mencari sistem penangkal rudal jarak menengah menengok ke Israel untuk mencari solusi tepat guna dan minim pengembangan.
Baru-baru ini Missile Defense Agency dari Departemen Pertahanan AS dan Missile Defense Organization dari Israel bekerjasama dan berhasil menyelesaikan pentahapan uji coba operasional sistem penangkal rudal Kelah Da’vid alias David’s Sling (Ketapel Daud). Ini merupakan hasil kerja baru dua perusahaan produsen misil Rafael dan Raytheon.
Dalam uji coba kelima yang dilaksanakan di medan pengujian Yanat di pantai sebelah Selatan Tel-Aviv, rudal David’s Sling diluncurkan terhadap sejumlah sasaran. Sasaran tersebut disimulasikan sebagai rudal jelajah yang memiliki kemampuan untuk bermanuver dalam trayektorinya.
Pengujian ini hendak melihat kemampuan dan kinerja seluruh sistem mulai dari radar pencari dan pengarah, sampai rudal Stunner sebagai eksekutornya.
Cara kerja sistem David Sling adalah menggunakan MMR (Multi Mission Radar) untuk menjejak sasaran, dimana info vital dari sasaran yang datang akan dikirimkan ke BMC (Battle Management Centre). BMC akan menghitung solusi pencegatan dan titik optimum dimana rudal Stunner akan diluncurkan untuk mencegat rudal jelajah yang datang. Berdasarkan data tersebut, rudal Stunner akan diluncurkan dan mencari sasarannya secara otomatis, atau dengan dipandu MMR.
Sistem David’s Sling dikembangkan untuk menggantikan MIM-23 HAWK (Homing All the Way Killer) dan MIM-104 Patriot. Rudal Stunner yang menjadi unsur pemukul sistem ini memiliki kemampuan untuk mencegat sasaran pada jarak 40 km sampai 300 km dari titik peluncurannya.
David’s Sling didesain untuk mampu menghadang rudal jelajah generasi baru dari Blok Timur seperti Iskander yang memiliki sistem manuver untuk merubah trayektori di udara dan memiliki kemampuan untuk melontarkan sistem decoy untuk membingungkan radar.
Radar MMR pada David’s Sling mengandalkan radar AESA Elta EL/M-2084 yang telah digunakan secara meluas di berbagai platform, termasuk sistem Iron Dome yang dikembangkan terlebih dahulu.
Dengan kemampuannya berpindah frekuensi secara simultan, sistem ini cukup kebal terhadap upaya jamming. Kalaupun jamming berhasil dilakukan, sistem David’s Sling dapat dioperasikan dengan menggunakan sistem bidik elektro optik.
Rudal Stunner sendiri juga dibekali dengan sistem pemandu dan penjejak IR atau emisi infra merah sehingga dapat membedakan antara hululedak rudal asli yang suhunya lebih tinggi dibandingkan dengan decoy.
Sistem David’s Sling sendiri didesain untuk dapat operasional pada 2017, dimana AU Israel sudah mengoperasikan sistem ini sejak 2015 untuk diuji pada fase IOC (Initial Operational Capability). Amerika Serikat berencana mengadopsi sistem ini apabila pengujiannya memuaskan untuk menemani sistem THAAD yang mereka kembangkan sendiri. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.co.id/