Radar SAAB |
Kekaguman langsung hinggap di kepala begitu kaki menginjak bumi Swedia. Utamanya setelah melihat dapur perusahaan kedirgantaraan dan pertahanan SAAB Group.
Negara seluas 450,29 km2 dengan penduduk 9,7 juta orang ini menjadi salah satu negara produsen alat utama sistem pertahanan urutan atas di dunia. Di antaranya jet tempur Gripen, radar Giraffe, radar peringatan dini Erieye AEW&C dan sistem peluru kendali RBS15, juga pesawat komuter Saab 340 dan Saab 2000.
Hebatnya lagi, karena pasar dalam negeri hanya bisa menyerap 15% produknya, hasil produksi diorientasikan kepada ekspor. Sekitar 30% keuntungannya dikembalikan untuk pembiayaan riset dan pengembangan, dua pilar utama selain inovatif menjadikan Swedia negara maju.
Penulis sempat diundang Saab AB untuk melihat langsung proses riset dan pengembangan, pembuatan, pengujian serta hal yang terkait dari produk perusahaan.
Kami diajak ke tiga kota yaitu Gotheborg, di bagian selatan dimana Divisi Sistem Pertahanan Elektronika SAAB AB berpusat; Linkoping, kota kelahiran SAAB tempat pesawat tempur Gripen, Saab 340, dan Saab 2000 diproduksi. Kota terakhir, kantor pusat Saab di ibukota Stockholm.
Di Gotheborg inilah sistem radar permukaan Giraffe, Sea Giraffe dan Arthur dikembangkan serta diproduksi. Juga radar peringatan dini Erieye AEW&C (Airborne Early Warning & Control), yakni sistem komando dan pegamatan udara yang dipasang pada platform pesawat turboprop Saab 340 dan Saab 2000 atau jet Embraer-145 buatan Brasil.
Berbagai produk radar inilah yang beberapa waktu lalu ditawarkan Saab untuk memperkuat pertahanan Indonesia.
Terkait produk andalan Saab, perangkat multiperan dan multimisi Erieye AEW&C yang sistemnya terdiri dari multi-tasking capability radar AESA (Active Electronically Scanned Array) bekerja pada frekuensi S-band, disebut-sebut lebih maju dibanding sistem AWACS (Airborne Warning and Control System). Sistem ini terpasang pada pesawat AU AS Boeing E-3 Sentry dan Northrop Grumman E-2 Hawkeye.
Salah satu keunggulan Erieye, kemampuannya mendeteksi dan mengenal obyek kecil bergerak maupun tidak bergerak, baik di udara, darat, maupun di permukaan laut seukuran sepeda atau jet-ski.
“Helikopter yang sedang hovering di udara, dapat kami identifikasi melalui Erieye,” jelas pihak bisnis Saab Electronics Defense Dystems.
Pihak Saab menambahkan, selain misi militer, Erieye AEW&C dalam misi non militer dapat digunakan untuk pemantauan illegal fishing, pengawasan penyelundupan di perbatasan negara, dan mengatasi penyelundupan narkoba.
Barang yang sama juga bisa berperan sebagai ATC dan operasi SAR hingga gerilya. Salah satu contoh yang diberikan, penggunaan Erieye di Meksiko tahun 2006 oleh AU Meksiko yang membebaskan udara negara ini dari penyelundupan narkoba melalui sarana pesawat terbang.
Menurut data perusahaan, dari ketinggian operasional 31.000 kaki (9.450 m) Saab 2000 menggunakan perangkat radar memanjang Erieye AEW&C. Ini berbeda dengan perangkat AWACS bulat ra.
Radius pantaunya lebih dari 900 km. Artinya beyond the horizon, atau sudah di balik lengkungan Bumi atau setara volume ruang yang diawasi 500.000 km persegi horisontal dan 20 km vertikal.
Supaya lebih mudah membayangkannya, untuk mengawasi seluruh wilayah Indonesia cukup dengan dua Erieye AEW&C diterbangkan di atas wilayah udara Jakarta dan kota Makassar.
Mengenai platform Erieye AEW&C, pihak Saab menyebut bisa menyesuaikan diri terhadap permintaan pemesan perangkat ini.
Bila Indonesia meminta dipasang pada pesawat produk PT Dirgantara Indonesia, CN-235 atau C295 misalnya, bisa dipenuhi setelah dilaksanakan sejumlah perubahan pada pesawat. Pesawat juga harus mengantongi sertifikasi untuk dipasang perangkat AEW&C dari Saab.
Selain Meksiko dan Brasil yang sudah mengoperasikan, Thailand memesan yang menjadikannya operator pertama di Asia Tenggara, merangkap operator perdana JAS-39 Gripen di ASEAN dengan pesanan 12 pesawat.
Mei 2014, Saab Electronic Defense Systems meluncurkan lima produk sistem radar baru, lebih canggih dari pada pendahulunya berteknologi mutakhir. Tiga di antaranya radar permukaan dan dua varian laut berbasis frekuensi X- dan S-band. Radar baru Giraffe 4A merupakan radar multifungsi penuh pertama dengan GaN-based 2D AESA.
Sedangkan Giraffe 1X merupakan radar jarak pendek. Varian lautnya adalah Sea Giraffe 1X berupa lightweight multirole stacked-beam 3D radar dengan AESA digital beam-forming antenna beroperasi pada frekuensi X-band.
Untuk jarak menengah dan lebih jauh dikembangkan radar permukaan Giraffe 4A. Versi angkatan lautnya Sea Giraffe 4A, yakni radar multiperan dengan AESA digital beam-forming antenna beroperasi pada frekuensi S-band dengan kemampuan simultan air-surveillance, air defense, sense-and-warn, dan weapon-locating.
Radar 4A berkemampuan deteksi dua kali lipat dari Giraffe AMB (Agile Multi-Beam) dan radar Arthur dengan jarak pantau instrumen 280 km untuk air surveillance dan 100 km untuk weapon location.
Untuk pantauan udara jarak jauh, termasuk kemampuan tactical ballistic missile defense, dikembangkan radar baru Giraffe 8A sebagai jawaban radar permukaan pada sistem radar jarak jauh Erieye AEW&C. Beroperasi pada frekuensi S-Band, jarak jangkauannya mencapai 470 km.
Angkasa menyempatkan diri masuk ke dalam kabin operator berukuran sekitar tiga meter persegi radar Giraffe AMB yang diperagakan di depan kantor SAAB AB. Ada dua radar di atas platform dua truk masing-masing berwarna serba hijau dan warna kamuflase gurun pasir. Ruangannya sangat kompak, antara lain dilengkapi empat layar monitor Barco ukuran 17 inci.
Pada layarnya antara lain terdeteksi pergerakan kapal kecil di Danau Vanen dan laut sekitarnya. Tampak pula pesawat terbang militer dan komersial yang melintas di ruang udara di atasnya.
Salah salah satu titik terlihat bergerak cukup cepat, bila diklik titik ini akan diketahui identitasnya. “Akan diketahui siapa, menuju ke mana, pada ketinggian berapa dan sebagainya,” jelas Erik Paulsson, operator merangkap penguji radar multifungsi Giraffe AMB.
Titik yang diklik berjarak 60 mil laut itu adalah pesawat penumpang Scandinavian Air Service yang sedang terbang enroute dari Laut Utara menuju Laut Baltik, lengkap dengan nomor penerbangan dan registrasi pesawat.
Data yang disajikan berbasis data-link, dapat pula dibagi secara persis dan tepat waktu dengan sistem pertahanan udara atau darat dan sistem lainnya. Inilah salah satu kelebihan dari radar permukaan mobil Giraffe AMB, yang diperagakan menggunakan platform truk Volvo. Dudi Sudibyo
Spesifikasi Giraffe AMB :
- Tipe : Stacked beam 3D radar
- Antena : 3D phased array, digital beam forming
- Frekuensi : C (G/H)-band
- Pantauan elevasi : > 70 derajat
- Rotasi : 60 rpm
- Jangkauan instrumen : 120 km
- Kapasitas : udara > 200 tracks; roket/artileri/mortar > 100 tracks/menit
- Sumber tenaga : internal
- Zona cuaca : semua zona cuaca: daratan, pantai, gurun dan kutub
Sumber : http://angkasa.grid.id/