Gokdogan dan Bozdogan |
Keinginan Turki untuk membuat pesawat tempur masa depan TFX dibarengi dengan proyek pembuatan sistem senjatanya sekaligus. Kalau sudah bisa buat pesawat tempur, jangan sampai harus mengemis-ngemis supaya diberikan ijin membeli rudal canggih.
Apalagi Turki saat ini terus menunjukkan tanda-tanda kiblat yang bergeser makin menjauh dari Eropa dan AS. Sudah tentu, 90% sistem persenjataan AU Turki yang mengandalkan produk buatan Paman Sam tentu bisa-bisa terancam kesinambungannya.
Nah, dalam pameran IDEF 2017 untuk pertama kalinya badan riset pertahanan Turki TUBITAK (Dewan Riset Sains dan Teknologi) SAGE (Institut Pengembangan Riset Industri Pertahanan) membuka selubung keberadaan proyek rudal untuk pesawat tempur.
Tak tanggung-tanggung, tidak hanya satu tetapi ada dua rudal yang dikembangkan secara simultan. Pertama adalah rudal dengan pemandu infra merah untuk dogfight jarak dekat dengan nama Gokdogan (burung Alap-alap). Kedua, rudal dengan sistem pemandu radar yang diberi nama Bozdogan (burung Merlin).
Bisa diduga, Gokdogan adalah rudal yang memiliki kemampuan setara AIM-9 Sidewinder, sementara Bozdogan sendiri adalah rudal yang mengacu kepada AIM-120 AMRAAM.
Secara fisik, keduanya mirip rudal buatan AS tersebut, kecuali pada bentuk sirip-sirip kendalinya. Gokdogan disebut-sebut memiliki nosel yang bisa dikendalikan sudut-sudutnya (thrust vectoring control) sehingga memiliki kemampuan manuver yang luar biasa.
Jarak luncur Gokdogan sendiri bisa mencapai 30 kilometer, sementara Bozdogan memiliki jarak jangkau mencapai 65 kilometer.
Untuk penguncian sasaran, Gokdogan sudah mendukung penggunaan HMS (Helmet Mounted Sight). Ini memampukan penguncian dengan tolehan kepala pilot, tanpa perlu mengunci sasaran lewat HUD (off boresight capability). Rudal ini juga memiliki ketahanan tinggi terhadap pengacauan menggunakan chaff.
Sementara Bokdogan memiliki alat pencari dengan pemandu radar, dengan kemampuan perubahan sasaran di tengah perjalanan dengan bantuan update dari sistem datalink yang kompatibel.
SAGE sendiri memulai proyek pengembangan kedua rudal air to air ini pada tahun 2013. Targetnya, rudal akan mampu mempersenjatai armada F-16 Fighting Falcon yang dimiliki oleh AU Turki dan F-35 yang sudah dipesan. Plus, bisa dijual untuk pesawat tempur negara-negara yang berminat atas kedua produk ini.
Rencananya, setelah dipamerkan kedua rudal akan memasuki fase uji coba, dimana kedua rudal akan menjalani sejumlah tes dengan penembakan langsung dari F-16 terhadap sasaran berupa drone.
SAGE sendiri menargetkan bahwa proses pengembangan akan diselesaikan pada 2019, dilanjutkan langsung dengan fase produksi. Aryo Nugroho
Sumber : http://angkasa.grid.id/